Israel, AS dan Hamas Capai Kesepakatan Tentatif, Sandera Dibebaskan dan Perang Berhenti selama 5 Hari

Minggu, 19 November 2023 - 14:52 WIB
loading...
Israel, AS dan Hamas...
Anak-anak menjadi korban perang Gaza. Foto/Reuters
A A A
GAZA - Israel , Amerika Serikat dan Hamas telah mencapai kesepakatan tentatif untuk membebaskan puluhan perempuan dan anak-anak yang disandera di Gaza dengan imbalan jeda pertempuran selama lima hari. Kabar tersebut dilaporkan Washington Post mengutip orang-orang yang mengetahui kesepakatan itu.

Namun, Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu dan para pejabat AS mengatakan belum ada kesepakatan yang tercapai.

Pembebasan sandera dapat dimulai dalam beberapa hari ke depan, kecuali ada hambatan pada menit-menit terakhir, menurut orang-orang yang mengetahui rincian perjanjian enam halaman itu.

Laporan Washington Post muncul ketika Israel tampaknya bersiap untuk memperluas serangannya terhadap militan Hamas hingga ke Gaza selatan setelah serangan udara menewaskan puluhan warga Palestina, termasuk warga sipil yang dilaporkan berlindung di dua sekolah.

Berdasarkan perjanjian tersebut, semua pihak akan menghentikan operasi tempur setidaknya selama lima hari sementara 50 atau lebih sandera dibebaskan secara berkelompok setiap 24 jam, lapor Post. Hamas menyandera sekitar 240 orang selama serangannya pada 7 Oktober di wilayah Israel yang menewaskan 1.200 orang.



Theda ini juga dimaksudkan untuk memungkinkan masuknya sejumlah besar bantuan kemanusiaan, Washington Post menambahkan bahwa garis besar kesepakatan itu dibuat selama perundingan berminggu-minggu di Qatar.

Namun Netanyahu mengatakan pada konferensi pers pada Sabtu malam: “Mengenai para sandera, ada banyak rumor yang tidak berdasar, banyak laporan yang tidak benar. Saya ingin memperjelas: Sampai sekarang, belum ada kesepakatan. Tapi saya ingin berjanji: Kapan ada sesuatu yang ingin kami sampaikan – kami akan melaporkannya kepada Anda."

Seorang juru bicara Gedung Putih juga mengatakan Israel dan Hamas belum mencapai kesepakatan mengenai gencatan senjata sementara, dan menambahkan bahwa AS terus berupaya untuk mencapai kesepakatan. Pejabat AS lainnya juga mengatakan belum ada kesepakatan yang dicapai.

Sebelumnya, Israel berjanji untuk menghancurkan Hamas setelah serangan 7 Oktober. Ketika konflik memasuki minggu ketujuh, pihak berwenang di Jalur Gaza yang dikuasai Hamas menambah jumlah korban tewas menjadi 12.300, termasuk 5.000 anak-anak.

Setelah menyebarkan selebaran pada awal pekan ini, Israel pada hari Sabtu kembali memperingatkan warga sipil di bagian selatan Gaza untuk pindah karena mereka bersiap menghadapi serangan gencar setelah menaklukkan wilayah utara.

Meningkatkan kewaspadaan internasional, Israel menjadikan Rumah Sakit Al Shifa di Kota Gaza sebagai fokus utama serangan daratnya di Gaza utara.

Sebuah tim yang dipimpin oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) yang mengunjungi Al Shifa pada hari Sabtu menggambarkannya sebagai “zona kematian”, dengan tanda-tanda tembakan dan penembakan serta kuburan massal di pintu masuknya. WHO mengatakan pihaknya sedang mengembangkan rencana untuk segera mengevakuasi pasien dan staf yang tersisa.

Terdapat 25 petugas kesehatan dan 291 pasien, termasuk 32 bayi dalam kondisi kritis, yang masih berada di Al Shifa.

Di tempat lain di wilayah utara, Komisaris Jenderal Philippe Lazzarini dari UNRWA, organisasi bantuan PBB untuk pengungsi Palestina, mengatakan di platform media sosial X bahwa Israel membombardir dua sekolah lembaga tersebut. Lebih dari 4.000 warga sipil berlindung di salah satu tempat tersebut, katanya.

“Puluhan orang dilaporkan tewas termasuk anak-anak,” katanya. "Kedua kalinya dalam waktu kurang dari 24 jam sekolah tidak terhindar. CUKUP, kengerian ini harus dihentikan."

Juru bicara otoritas Hamas di Gaza mengatakan 200 orang tewas atau terluka di sekolah tersebut. Militer Israel tidak berkomentar.

Para saksi mata melaporkan pertempuran sengit semalam antara pasukan darat Israel dan orang-orang bersenjata Hamas di kamp pengungsi Jabalia barat laut, kamp terbesar di wilayah kantong tersebut dengan populasi hampir 100.000 orang.

Presiden Otoritas Palestina Mahmoud Abbas, yang pemerintahannya menguasai sebagian Tepi Barat yang diduduki Israel, pada hari Sabtu mengatakan “ratusan orang yang terpaksa mengungsi terbunuh” di dua sekolah di Gaza.

Abbas pada hari Sabtu meminta Presiden AS Joe Biden untuk campur tangan menghentikan operasi Israel di Gaza.

Pejabat kesehatan Palestina mengatakan 31 orang tewas dalam serangan Israel di kamp pengungsi Bureij dan Nusseirat di Jalur Gaza tengah, termasuk dua jurnalis Palestina. Para pejabat mengatakan seorang wanita dan anaknya tewas dalam serangan semalam di Khan Younis di Jalur Gaza selatan.

Biden, yang menentang gencatan senjata, ingin mengakhiri konflik, dalam artikel opini Washington Post bahwa Otoritas Palestina pada akhirnya harus memerintah Gaza dan Tepi Barat.

Ditanya tentang usulan Biden, Netanyahu mengatakan kepada wartawan di Tel Aviv bahwa Otoritas Palestina dalam bentuknya yang sekarang tidak mampu bertanggung jawab atas Gaza. Israel belum mengungkapkan strategi untuk Gaza setelah perang.

Serangan Israel di selatan dapat memaksa ratusan ribu warga Palestina yang meninggalkan Kota Gaza di utara untuk mengungsi lagi, bersama dengan penduduk Khan Younis, sebuah kota berpenduduk lebih dari 400.000 jiwa, sehingga menambah krisis kemanusiaan yang mengerikan.

Konflik tersebut telah menyebabkan dua pertiga dari 2,3 juta penduduk Gaza mengungsi.

Namun, serangan ke Gaza selatan mungkin terbukti lebih rumit dan mematikan dibandingkan di utara, dengan militan Hamas yang berhasil menguasai wilayah Khan Younis, kata sumber senior Israel dan dua mantan pejabat tinggi.

Sabtu pagi, serangan udara di distrik pemukiman sibuk Khan Younis menewaskan 26 warga Palestina dan melukai 23 lainnya, kata pejabat kesehatan.

Eyad Al-Zaeem mengatakan kepada Reuters bahwa dia kehilangan bibinya, anak-anaknya dan cucu-cucunya dalam serangan itu. Mereka semua telah dievakuasi dari Gaza utara atas perintah tentara Israel hanya untuk mati ketika tentara memberi tahu mereka bahwa mereka bisa aman, katanya.

"Mereka semua menjadi martir. Mereka tidak ada hubungannya dengan perlawanan (Hamas)," kata Zaeem, berdiri di luar kamar mayat di Rumah Sakit Nasser, tempat 26 jenazah dibaringkan sebelum dibawa oleh orang-orang terkasih ke pemakaman.

(ahm)
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.2584 seconds (0.1#10.140)