Rahasia Kotor Ekspor Senjata Israel: Warga Palestina Jadi Kelinci Percobaan
loading...
A
A
A
Terlepas dari pernyataan pemerintah Israel pada tahun 2018 yang menyatakan bahwa mereka telah menghentikan penjualan ke Myanmar, surat kabar Haaretz melaporkan tahun lalu bahwa produsen senjata terus memasok senjata kepada junta militer negara itu hingga tahun 2022, yang merupakan pelanggaran terhadap embargo senjata internasional tahun 2017 terhadap negara tersebut.
Dan, pada bulan September tahun ini, Israel memasok UAV, rudal, dan mortir ke Azerbaijan untuk kampanyenya merebut kembali Nagorno-Karabakh, yang menyebabkan 100.000 etnis Armenia mengungsi.
Ashraf al-Qudra, juru bicara Kementerian Kesehatan di Gaza, pekan lalu mengatakan dalam pernyataan pers bahwa tim medis di daerah kantong tersebut telah mengamati luka bakar parah pada tubuh warga Palestina yang terbunuh dan terluka oleh bom Israel – baik disebabkan oleh senjata yang tidak dikenal atau pun bukan – adalah sesuatu yang belum pernah mereka lihat dalam konflik sebelumnya.
Dr Ahmed el-Mokhallalati dari divisi luka bakar dan bedah plastik di Rumah Sakit al-Shifa, dalam sebuah wawancara dengan Toronto Star, menggambarkan luka tersebut sebagai luka bakar sangat dalam – luka bakar tingkat tiga dan empat, dan jaringan kulit dipenuhi partikel hitam dan sebagian besar ketebalan kulit serta semua lapisan di bawahnya terbakar hingga ke tulang”.
El-Mokhallalati mengatakan bahwa ini bukanlah luka bakar fosfor, “tetapi kombinasi dari semacam gelombang bom pembakar dan komponen lainnya”.
Militer Israel sejauh ini belum mengomentari pernyataan Kementerian Gaza. Namun misteri bom pembakar, debut Iron Sting, dan laporan penggunaan drone Spark baru dalam perang saat ini menunjukkan bahwa Israel sekali lagi menguji senjata baru dalam konflik.
“Senjata Israel akan tetap menarik bagi pembeli internasional berdasarkan kinerja pendudukannya,” kata Loewenstein.
“Tetapi Israel tidak hanya menjual senjata; mereka menjual ideologi tersebut ke negara lain – agar bisa lolos begitu saja,” tukasnya.
Dan, pada bulan September tahun ini, Israel memasok UAV, rudal, dan mortir ke Azerbaijan untuk kampanyenya merebut kembali Nagorno-Karabakh, yang menyebabkan 100.000 etnis Armenia mengungsi.
Uji Coba Senjata Baru di Gaza 2023?
Ashraf al-Qudra, juru bicara Kementerian Kesehatan di Gaza, pekan lalu mengatakan dalam pernyataan pers bahwa tim medis di daerah kantong tersebut telah mengamati luka bakar parah pada tubuh warga Palestina yang terbunuh dan terluka oleh bom Israel – baik disebabkan oleh senjata yang tidak dikenal atau pun bukan – adalah sesuatu yang belum pernah mereka lihat dalam konflik sebelumnya.
Dr Ahmed el-Mokhallalati dari divisi luka bakar dan bedah plastik di Rumah Sakit al-Shifa, dalam sebuah wawancara dengan Toronto Star, menggambarkan luka tersebut sebagai luka bakar sangat dalam – luka bakar tingkat tiga dan empat, dan jaringan kulit dipenuhi partikel hitam dan sebagian besar ketebalan kulit serta semua lapisan di bawahnya terbakar hingga ke tulang”.
El-Mokhallalati mengatakan bahwa ini bukanlah luka bakar fosfor, “tetapi kombinasi dari semacam gelombang bom pembakar dan komponen lainnya”.
Militer Israel sejauh ini belum mengomentari pernyataan Kementerian Gaza. Namun misteri bom pembakar, debut Iron Sting, dan laporan penggunaan drone Spark baru dalam perang saat ini menunjukkan bahwa Israel sekali lagi menguji senjata baru dalam konflik.
“Senjata Israel akan tetap menarik bagi pembeli internasional berdasarkan kinerja pendudukannya,” kata Loewenstein.
“Tetapi Israel tidak hanya menjual senjata; mereka menjual ideologi tersebut ke negara lain – agar bisa lolos begitu saja,” tukasnya.
(ian)