Netanyahu: Jika Israel Kalah Perang, Amerika Berikutnya
loading...
A
A
A
TEL AVIV - Perdana Menteri (PM) Israel , Benjamin Netanyahu mengklaim, militan Islam akan menimbulkan ancaman bagi Amerika Serikat (AS) dan Eropa jika Israel kalah dalam perang melawan Hamas . Ia juga mengatakan bahwa negara-negara Barat akan menjadi sasaran berikutnya jika negaranya gagal.
Meskipun perdana menteri Israel itu mengakui bahwa Washington sangat mendukung aksi militer Israel di Gaza, ia menolak seruan gencatan senjata, dan bersikeras bahwa hal itu sama saja dengan menyerah kepada Hamas.
Netanyahu memohon dukungan dari sekutu Israel itu saat duduk bersama Sean Hannity dari Fox News pada hari Senin.
“Kita harus menang bukan hanya demi diri kita sendiri, tapi demi Timur Tengah, juga demi negara-negara tetangga Arab kita dan dunia pada umumnya,” katanya.
“Kita harus menang untuk melindungi Israel. Kita harus menang untuk menjaga Timur Tengah. Kita harus menang demi dunia yang beradab. Itulah pertempuran yang sedang kita perjuangkan, dan sedang dilakukan saat ini. Tidak ada yang bisa menggantikan kemenangan itu,” lanjutnya.
“Jika kita tidak menang sekarang, maka Eropa adalah yang berikutnya dan Anda berikutnya,” ia menambahkan seperti dikutip dari RT, Selasa (14/11/2023).
Bersikeras bahwa perjuangan Israel adalah perjuangan dunia, PM Israel tersebut melanjutkan dengan menuduh bahwa ada “poros teror” antara Hamas di Gaza, Hizbullah di Lebanon, Houthi di Yaman dan pemerintah Iran.
Ia juga mengklaim bahwa “antek-antek” Teheran berusaha untuk membawa Timur Tengah dan dunia kembali ke Abad Kegelapan.
“Di sisi lain berdiri Israel, negara-negara Arab modern, tentu saja Amerika Serikat, semua kekuatan yang ingin mewujudkan perdamaian, kemakmuran bagi Timur Tengah dan dunia,” tambah Netanyahu.
Para pejabat AS selama ini enggan menyerukan gencatan senjata secara langsung, dan malah mengusulkan “jeda kemanusiaan” yang lebih singkat agar bantuan bisa masuk ke wilayah Palestina yang terkepung.
Namun, ketika jumlah korban tewas meningkat di Gaza, beberapa pejabat pemerintah telah mendesak pasukan Israel untuk menahan diri, dan Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken baru-baru ini menyesali bahwa “terlalu banyak” warga Palestina yang tewas dalam kampanye pemboman Israel.
Pada tanggal 7 Oktober, Hamas melancarkan serangan mendadak terhadap Israel, menewaskan sekitar 1.200 orang dan menyandera 240 lainnya, menurut pejabat Israel. Sebagai tanggapan, Netanyahu menyatakan perang terhadap kelompok militan Palestina itu, melancarkan serangan udara besar-besaran dan operasi darat di Gaza. Para pejabat Palestina mengatakan jumlah korban tewas di pihak mereka sejauh ini telah melebihi 11.000 orang.
Meskipun perdana menteri Israel itu mengakui bahwa Washington sangat mendukung aksi militer Israel di Gaza, ia menolak seruan gencatan senjata, dan bersikeras bahwa hal itu sama saja dengan menyerah kepada Hamas.
Netanyahu memohon dukungan dari sekutu Israel itu saat duduk bersama Sean Hannity dari Fox News pada hari Senin.
“Kita harus menang bukan hanya demi diri kita sendiri, tapi demi Timur Tengah, juga demi negara-negara tetangga Arab kita dan dunia pada umumnya,” katanya.
“Kita harus menang untuk melindungi Israel. Kita harus menang untuk menjaga Timur Tengah. Kita harus menang demi dunia yang beradab. Itulah pertempuran yang sedang kita perjuangkan, dan sedang dilakukan saat ini. Tidak ada yang bisa menggantikan kemenangan itu,” lanjutnya.
“Jika kita tidak menang sekarang, maka Eropa adalah yang berikutnya dan Anda berikutnya,” ia menambahkan seperti dikutip dari RT, Selasa (14/11/2023).
Bersikeras bahwa perjuangan Israel adalah perjuangan dunia, PM Israel tersebut melanjutkan dengan menuduh bahwa ada “poros teror” antara Hamas di Gaza, Hizbullah di Lebanon, Houthi di Yaman dan pemerintah Iran.
Ia juga mengklaim bahwa “antek-antek” Teheran berusaha untuk membawa Timur Tengah dan dunia kembali ke Abad Kegelapan.
“Di sisi lain berdiri Israel, negara-negara Arab modern, tentu saja Amerika Serikat, semua kekuatan yang ingin mewujudkan perdamaian, kemakmuran bagi Timur Tengah dan dunia,” tambah Netanyahu.
Para pejabat AS selama ini enggan menyerukan gencatan senjata secara langsung, dan malah mengusulkan “jeda kemanusiaan” yang lebih singkat agar bantuan bisa masuk ke wilayah Palestina yang terkepung.
Namun, ketika jumlah korban tewas meningkat di Gaza, beberapa pejabat pemerintah telah mendesak pasukan Israel untuk menahan diri, dan Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken baru-baru ini menyesali bahwa “terlalu banyak” warga Palestina yang tewas dalam kampanye pemboman Israel.
Pada tanggal 7 Oktober, Hamas melancarkan serangan mendadak terhadap Israel, menewaskan sekitar 1.200 orang dan menyandera 240 lainnya, menurut pejabat Israel. Sebagai tanggapan, Netanyahu menyatakan perang terhadap kelompok militan Palestina itu, melancarkan serangan udara besar-besaran dan operasi darat di Gaza. Para pejabat Palestina mengatakan jumlah korban tewas di pihak mereka sejauh ini telah melebihi 11.000 orang.
(ian)