Picu Kemarahan, Macron Tarik Pernyataan Israel Membunuh Bayi
loading...
A
A
A
TEL AVIV - Presiden Prancis Emmanuel Macron tampaknya menarik kembali pernyataannya yang menyebutkan serangan Israel menewaskan sejumlah warga sipil di Jalur Gaza termasuk bayi dan perempuan. Itu disampaikannya dalam sebuah wawancara dengan BBC, sambil menyerukan gencatan senjata.
Dalam pembicaraan dengan Presiden Israel Isaac Herzog via telepon, Macron memberikan klarifikasi dengan mengatakan bahwa ia tidak bermaksud menuduh Israel dengan sengaja melukai warga sipil yang tidak bersalah. Herzog mengatakan pernyataan itu menyebabkan banyak penderitaan dan kekecewaan di Israel, menurut pernyataan yang dikeluarkan kantor presiden Israel seperti dikutip dari RT, Selasa (14/11/2023).
Macron juga menegaskan kembali dukungannya terhadap hak Israel untuk membela diri dan komitmennya untuk menjamin pembebasan sandera yang ditahan di Gaza, serta menjelaskan bahwa komentarnya dibuat dengan mengacu pada situasi kemanusiaan.
Herzog dilaporkan meyakinkan mitranya dari Prancis bahwa Israel mengambil semua tindakan yang mungkin dilakukan untuk mencegah kerugian terhadap warga sipil yang tidak terlibat, dan mengalihkan kesalahan atas kematian warga sipil ke Hamas.
Sebelumnya, dalam sebuah wawancara dengan BBC, Macron mengatakan bahwa dia dengan jelas mengutuk serangan Hamas terhadap Israel. Namun, ia juga mengatakan bahwa: “Secara de facto, saat ini, warga sipil dibom... bayi-bayi ini, wanita-wanita ini, orang-orang tua ini dibom dan dibunuh.”
Dia menambahkan bahwa tidak ada alasan untuk itu dan tidak ada legitimasi, dan mendesak Israel untuk berhenti. Ia menambahkan, gencatan senjata kemanusiaan adalah satu-satunya solusi untuk melindungi seluruh warga sipil di Gaza.
Pernyataan tersebut memicu reaksi balik dari Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu, yang menuduh Macron melakukan kesalahan serius, secara faktual dan moral.
Netanyahu beralasan bahwa Israel benar-benar melakukan segalanya untuk meminimalkan kerugian terhadap warga sipil, dan mendesak pemimpin Barat tersebut untuk tidak tunduk pada tekanan dari mereka yang menyerukan gencatan senjata di Gaza.
Israel melancarkan pemboman militer yang belum pernah terjadi sebelumnya di wilayah kantong Palestina yang padat penduduknya sebagai pembalasan atas serangan Hamas di wilayahnya yang menyebabkan sekitar 1.200 warganya tewas.
Lebih dari 11.000 warga sipil Palestina telah tewas dalam serangan artileri dan udara selama lebih dari empat minggu di Gaza, setidaknya 8.000 di antaranya adalah wanita dan anak-anak, menurut pejabat kesehatan di wilayah yang dikuasai Hamas.
Pada hari Minggu, Masyarakat Bulan Sabit Merah Palestina (PRCS) mengatakan Rumah Sakit al-Quds, fasilitas medis terbesar kedua di Gaza, telah menghentikan operasinya karena kekurangan bahan bakar dan pemadaman listrik.
Mereka menyalahkan komunitas internasional dan para penandatangan Konvensi Jenewa Keempat karena mengabaikan kehancuran total sistem layanan kesehatan di Gaza dan krisis kemanusiaan yang mengerikan.
Lihat Juga: AS: Mohammed bin Salman Bersikeras Harus Ada Negara Palestina sebelum Normalisasi dengan Israel
Dalam pembicaraan dengan Presiden Israel Isaac Herzog via telepon, Macron memberikan klarifikasi dengan mengatakan bahwa ia tidak bermaksud menuduh Israel dengan sengaja melukai warga sipil yang tidak bersalah. Herzog mengatakan pernyataan itu menyebabkan banyak penderitaan dan kekecewaan di Israel, menurut pernyataan yang dikeluarkan kantor presiden Israel seperti dikutip dari RT, Selasa (14/11/2023).
Macron juga menegaskan kembali dukungannya terhadap hak Israel untuk membela diri dan komitmennya untuk menjamin pembebasan sandera yang ditahan di Gaza, serta menjelaskan bahwa komentarnya dibuat dengan mengacu pada situasi kemanusiaan.
Herzog dilaporkan meyakinkan mitranya dari Prancis bahwa Israel mengambil semua tindakan yang mungkin dilakukan untuk mencegah kerugian terhadap warga sipil yang tidak terlibat, dan mengalihkan kesalahan atas kematian warga sipil ke Hamas.
Sebelumnya, dalam sebuah wawancara dengan BBC, Macron mengatakan bahwa dia dengan jelas mengutuk serangan Hamas terhadap Israel. Namun, ia juga mengatakan bahwa: “Secara de facto, saat ini, warga sipil dibom... bayi-bayi ini, wanita-wanita ini, orang-orang tua ini dibom dan dibunuh.”
Dia menambahkan bahwa tidak ada alasan untuk itu dan tidak ada legitimasi, dan mendesak Israel untuk berhenti. Ia menambahkan, gencatan senjata kemanusiaan adalah satu-satunya solusi untuk melindungi seluruh warga sipil di Gaza.
Pernyataan tersebut memicu reaksi balik dari Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu, yang menuduh Macron melakukan kesalahan serius, secara faktual dan moral.
Netanyahu beralasan bahwa Israel benar-benar melakukan segalanya untuk meminimalkan kerugian terhadap warga sipil, dan mendesak pemimpin Barat tersebut untuk tidak tunduk pada tekanan dari mereka yang menyerukan gencatan senjata di Gaza.
Israel melancarkan pemboman militer yang belum pernah terjadi sebelumnya di wilayah kantong Palestina yang padat penduduknya sebagai pembalasan atas serangan Hamas di wilayahnya yang menyebabkan sekitar 1.200 warganya tewas.
Lebih dari 11.000 warga sipil Palestina telah tewas dalam serangan artileri dan udara selama lebih dari empat minggu di Gaza, setidaknya 8.000 di antaranya adalah wanita dan anak-anak, menurut pejabat kesehatan di wilayah yang dikuasai Hamas.
Pada hari Minggu, Masyarakat Bulan Sabit Merah Palestina (PRCS) mengatakan Rumah Sakit al-Quds, fasilitas medis terbesar kedua di Gaza, telah menghentikan operasinya karena kekurangan bahan bakar dan pemadaman listrik.
Mereka menyalahkan komunitas internasional dan para penandatangan Konvensi Jenewa Keempat karena mengabaikan kehancuran total sistem layanan kesehatan di Gaza dan krisis kemanusiaan yang mengerikan.
Lihat Juga: AS: Mohammed bin Salman Bersikeras Harus Ada Negara Palestina sebelum Normalisasi dengan Israel
(ian)