Perang Israel-Hamas Sedang Mencapai Klimaks

Minggu, 12 November 2023 - 10:51 WIB
loading...
Perang Israel-Hamas Sedang Mencapai Klimaks
Mantan pejabat Mossad Yossi Alpher menggambarkan perang Israel-Hamas sedang mencapai klimaks di Gaza, Palestina. Foto/REUTERS
A A A
GAZA - Perang antara militer Israel dengan Hamas di Gaza, Palestina, sedang mencapai klimaks. Hal ini digambarkan oleh Yossi Alpher, mantan perwira intelijen Pasukan Pertahanan Israel (IDF) dan mantan pejabat Mossad.

Pasukan Israel telah mengepung Rumah Sakit (RS) al-Shifa di Gaza—yang dianggap sebagai lokasi pos komando utama Hamas—seiring meningkatnya kekhawatiran akan nasib pasien dan stafnya, dan antisipasi meningkat bahwa perang sedang mencapai klimaksnya.

"Ini adalah sebuah misteri besar," kata Alper kepada Newsweek, mengenai bagaimana Hamas akan menjadi sasaran di situs RS tersebut dan apa yang akan terjadi setelahnya.

Kampanye militer Israel yang sedang berlangsung di Gaza sebagai respons atas serangan Hamas di Israel selatan pada 7 Oktober yang menyebabkan sekitar 1.200 orang tewas.



Lebih dari 11.000 orang telah terbunuh di Gaza sejak pasukan Israel memulai operasinya.

Puluhan ribu pengungsi berlindung di rumah sakit tersebut. Seorang ahli bedah mengatakan kepada BBC bahwa unit perawatan intensif (ICU) di sana telah rusak akibat serangan Israel, menewaskan dua pasien, termasuk seorang bayi.

Namun Israel mengatakan pihaknya tidak menargetkan rumah sakit dan menyalahkan proyektil yang salah sasaran yang diluncurkan oleh kelompok milisi di Gaza sebagai penyebab serangan tersebut.

Pihak Israel mengatakan telah terjadi pertempuran sengit melawan Hamas di sekitar wilayah tersebut.

IDF mengatakan bahwa rumah sakit di Gaza perlu dikosongkan untuk menghadapi Hamas—yang membantah menggunakan warga sipil sebagai tameng hidup, sebagaimana Israel berulang kali menuduh mereka melakukan hal tersebut.

Alpher mengatakan meski aksi militer Israel di sekitar RS al-Shifa telah menjadi fokus serangan mereka, dia khawatir dengan kemungkinan adanya hal yang berlebihan mengenai peran rumah sakit tersebut sebagai pusat Hamas.

"Ada peningkatan besar-besaran di Shifa," kata Alpher."Dan jika tidak ada apa-apa di sana, apa yang akan terjadi selanjutnya?"

Pasukan Israel sedang memburu pemimpin operasional Hamas di Gaza; Yahya Sinwar, yang dianggap sebagai dalang serangan 7 Oktober, dan Mohammed Deif, komandan Brigade Izz ad-Din al-Qassam, sayap militer Hamas.

“Sama sekali belum ada kepastian Sinwar dan Deif ada di sana,” kata Alpher. Mereka tahu kami akan datang. Mereka tahu kami tidak akan pergi terlalu jauh ke Selatan (Gaza), jadi mereka mungkin telah pergi atau berencana untuk berjuang sampai garis akhir, yang dalam hal ini akan menjadi klimaksnya," paparnya, yang dilansir Minggu (12/11/2023).

“Saya tidak melihat kami akan menyerang rumah sakit yang penuh dengan pasien dan dokter—itu akan menjadi bencana. Jadi berapa lama waktu yang dibutuhkan untuk melakukan hal ini masih belum jelas,” imbuh Alpher.

"Dan cara Anda mencapai terowongan di bawahnya—itu adalah misteri besar."

Alpher mengatakan bahwa, bahkan jika tindakan Israel di sekitar RS al-Shifa berakhir sebagai klimaks dari upayanya untuk memenuhi janji Israel untuk melenyapkan Hamas, “masih ada Hamas di selatan, yang mungkin termasuk kepemimpinan Hamas.”

“Masih ada bahaya eskalasi di wilayah utara, dan kita mungkin melihat ke belakang dan berkata, 'apa yang terjadi? Ini baru permulaan',” imbuh Alpher.

“Atau, begitu al-Shifa berada di belakang kami, tekanan Amerika dan internasional lainnya akan menjadi begitu kuat sehingga kami mencari cara untuk mengakhirinya dan berharap bahwa diplomasi akan berhubungan dengan wilayah selatan.”

Tekanan terhadap Israel meningkat dari negara-negara yang mendukung hak negara tersebut untuk mempertahankan diri setelah serangan Hamas sebulan lalu.

Presiden Prancis Emmanuel Macron mengatakan kepada BBC bahwa harus ada gencatan senjata dan mendesak para pemimpin lain untuk mengikuti seruannya.

AS telah mendorong penghentian pertempuran sementara untuk memungkinkan distribusi bantuan kepada warga sipil di wilayah yang terkepung.

Namun, Israel sejauh ini hanya menyetujui periode harian singkat di mana warga sipil dapat meninggalkan wilayah pertempuran darat di Gaza utara dan menuju ke selatan dengan berjalan kaki melalui arteri utama utara-selatan di wilayah tersebut.

Bulan Sabit Merah Palestina mem-posting di X (sebelumnya Twitter) bahwa tank Israel sekarang berada pada ketinggian 65 kakijauh dari Rumah Sakit al-Quds di Kota Gaza, dan penembakan langsung tersebut menciptakan "kepanikan dan ketakutan yang luar biasa di antara 14.000 pengungsi."

Sementara itu, Angelita Caredda, direktur regional Timur Tengah Dewan Pengungsi Norwegia, mengatakan kepada Newsweek pada hari Sabtu: "Mereka yang dirawat atau mencari perlindungan di rumah sakit tidak punya tempat lain untuk pergi.”

"Fasilitas medis dan mereka yang merawat orang sakit dan terluka memiliki perlindungan khusus berdasarkan hukum kemanusiaan internasional yang harus dihormati dalam segala keadaan,” kata Caredda dalam komentar email-nya.

“Kegagalan untuk melakukan hal ini merupakan pelanggaran berat terhadap hukum kemanusiaan internasional,” imbuh dia. “Gencatan senjata yang mendesak diperlukan untuk menghindari jatuhnya lebih banyak nyawa tak berdosa. Semua pihak harus mematuhi hukum perang untuk menyelamatkan semua warga sipil.”

Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu mengatakan Hamas harus disalahkan atas kerugian yang dialami warga sipil dan bahwa, meskipun Israel telah mendesak warga sipil untuk meninggalkan zona pertempuran.

“Hamas melakukan segala yang bisa dilakukan untuk mencegah mereka pergi," katanya.
(mas)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1150 seconds (0.1#10.140)