Jubir Militer Israel Klaim Hamas Telah Kehilangan Kendali di Gaza Utara
loading...
A
A
A
TEL AVIV - Juru bicara militer Israel, Laksamana Muda Daniel Hagari mengatakan Hamas telah kehilangan kendali atas Gaza utara ketika ribuan penduduk pindah ke selatan. Hal itu diungkapkannya dalam sebuah pengarahan yang disiarkan televisi.
“Kami melihat 50.000 warga Gaza berpindah dari Jalur Gaza utara ke selatan. Mereka bergerak karena mereka memahami bahwa Hamas telah kehilangan kendali di utara,” kata Hagari.
“Hamas telah kehilangan kendali dan terus kehilangan kendali di wilayah utara,” klaimnya seperti dikutip dari Al Arabiya, Kamis (9/11/2023).
Hagari menambahkan bahwa tidak akan ada gencatan senjata tetapi Israel telah mengizinkan jeda kemanusiaan pada waktu-waktu tertentu untuk memungkinkan warga pindah ke selatan.
Ada peningkatan seruan internasional untuk gencatan senjata atau “jeda” dalam pertempuran ketika konflik memasuki bulan kedua.
Namun Perdana Menteri Benjamin Netanyahu pada hari Selasa mengatakan bahwa tidak akan ada bahan bakar yang dikirim ke Gaza dan tidak ada gencatan senjata dengan Hamas kecuali sandera yang ditangkap oleh kelompok militan Palestina itu dibebaskan.
“Tidak akan ada masuknya bensin... tidak ada gencatan senjata tanpa pembebasan sandera kami,” kata Netanyahu.
Dia mengatakan militer Israel mengepung Kota Gaza dan beroperasi di dalamnya saat mereka melancarkan serangan selama sebulan terhadap Hamas.
Perang Israel-Hamas dimulai pada 7 Oktober ketika pejuang dari kelompok milisi keluar dari Jalur Gaza dan masuk ke Israel selatan.
Menurut Israel, militan Hamas membunuh sekitar 1.400 orang – sebagian besar warga sipil – dan menyandera lebih dari 240 orang. Ini merupakan serangan terburuk terhadap negara Zionis itu sejak didirikan pada tahun 1948.
Sebagai tanggapan, Israel melancarkan serangan mematikan terhadap Gaza, daerah kantong Palestina yang dikuasai Hamas, yang merupakan rumah bagi sekitar 2,4 juta orang.
Kementerian Kesehatan Palestina mengatakan lebih dari 10.300 orang – sebagian besar warga sipil – tewas akibat serangan Israel.
“Kami melihat 50.000 warga Gaza berpindah dari Jalur Gaza utara ke selatan. Mereka bergerak karena mereka memahami bahwa Hamas telah kehilangan kendali di utara,” kata Hagari.
“Hamas telah kehilangan kendali dan terus kehilangan kendali di wilayah utara,” klaimnya seperti dikutip dari Al Arabiya, Kamis (9/11/2023).
Hagari menambahkan bahwa tidak akan ada gencatan senjata tetapi Israel telah mengizinkan jeda kemanusiaan pada waktu-waktu tertentu untuk memungkinkan warga pindah ke selatan.
Ada peningkatan seruan internasional untuk gencatan senjata atau “jeda” dalam pertempuran ketika konflik memasuki bulan kedua.
Namun Perdana Menteri Benjamin Netanyahu pada hari Selasa mengatakan bahwa tidak akan ada bahan bakar yang dikirim ke Gaza dan tidak ada gencatan senjata dengan Hamas kecuali sandera yang ditangkap oleh kelompok militan Palestina itu dibebaskan.
“Tidak akan ada masuknya bensin... tidak ada gencatan senjata tanpa pembebasan sandera kami,” kata Netanyahu.
Dia mengatakan militer Israel mengepung Kota Gaza dan beroperasi di dalamnya saat mereka melancarkan serangan selama sebulan terhadap Hamas.
Perang Israel-Hamas dimulai pada 7 Oktober ketika pejuang dari kelompok milisi keluar dari Jalur Gaza dan masuk ke Israel selatan.
Menurut Israel, militan Hamas membunuh sekitar 1.400 orang – sebagian besar warga sipil – dan menyandera lebih dari 240 orang. Ini merupakan serangan terburuk terhadap negara Zionis itu sejak didirikan pada tahun 1948.
Sebagai tanggapan, Israel melancarkan serangan mematikan terhadap Gaza, daerah kantong Palestina yang dikuasai Hamas, yang merupakan rumah bagi sekitar 2,4 juta orang.
Kementerian Kesehatan Palestina mengatakan lebih dari 10.300 orang – sebagian besar warga sipil – tewas akibat serangan Israel.
(ian)