Pertama Kali, Korban Cedera dan Warga Asing Tinggalkan Jalur Gaza Lewat Rafah
loading...
A
A
A
RAFAH - Ambulans yang mengangkut warga Palestina yang terluka keluar dari Jalur Gaza untuk mendapatkan perawatan medis darurat dari Mesir pada Rabu waktu setempat. Sementara itu, ratusan pemegang paspor asing juga mulai meninggalkan wilayah yang dilanda perang selama tiga minggu dengan Israel itu.
Evakuasi pertama kali orang-orang yang ingin menyelamatkan diri dari Jalur Gaza yang dilanda perang memberikan secercah harapan dalam krisis kemanusiaan yang menyedihkan, dengan 8.796 orang tewas dalam pemboman Israel, menurut kementerian kesehatan yang dikelola Hamas.
Wartawan AFP melihat barisan 40 ambulans berwarna putih mengalir melalui perbatasan Rafah, ketika kerumunan keluarga asing dan berkewarganegaraan ganda berkumpul di dekatnya, berharap untuk meninggalkan kondisi bencana di Gaza.
Setidaknya dua anak terlihat di dalam ambulans, salah satunya dengan perban besar melilit perutnya, saat petugas medis memeriksa korban luka dan memindahkan mereka ke tandu.
Warga negara Yordania Saleh Hussein mengatakan dia menerima kabar pada tengah malam bahwa dia ada dalam daftar untuk dievakuasi.
Foto/CNN
“Kami menghadapi banyak masalah di Gaza, yang paling kecil adalah kekurangan air dan pemadaman listrik. Ada masalah yang lebih besar seperti pemboman. Kami takut. Banyak keluarga yang menjadi martir,” katanya kepada AFP seperti dikutip dari Al Arabiya, Kamis (2/11/2023).
Gambar-gambar AFPTV menunjukkan seluruh keluarga, berjuang untuk membawa harta benda mereka, bergegas melewati penyeberangan yang dijaga ketat menuju Mesir, yang diperkirakan akan menerima setidaknya 400 pemegang paspor asing dan 90 orang yang terluka dan sakit paling parah.
"Kelompok pertama yang sebagian besar terdiri dari perempuan dan anak-anak tiba di Mesir," kata seorang pejabat kepada AFP yang tidak mau disebutkan namanya, ketika tayangan TV menunjukkan orang tua dengan kursi dorong dan orang lanjut usia turun dari bus.
"Itu cukup. Kami sudah cukup menanggung penghinaan,” kata warga Gaza Rafik al-Hilou, yang menemani kerabatnya termasuk anak-anak berusia satu dan empat tahun yang berharap bisa menyeberang ke Mesir.
“Kami kekurangan kebutuhan manusia yang paling mendasar. Tidak ada internet, tidak ada telepon, tidak ada alat komunikasi, bahkan air pun tidak. Selama empat hari terakhir, kami belum bisa memberi makan sepotong roti pun kepada anak ini. Apa yang kamu tunggu lagi?" imbuhnya.
Pembukaan perbatasan sementara dengan Mesir memberikan secercah harapan pertama dalam krisis kemanusiaan yang berkobar di Gaza yang digambarkan oleh PBB dan lembaga bantuan lainnya sebagai “belum pernah terjadi sebelumnya.”
Foto: CNN
Dilansir dari CNN, keluarnya korban cedera dan warga asing dari Jalur Gaza menyusul kesepakatan antara Israel, Hamas, dan Mesir yang ditengahi oleh Qatar dan berkoordinasi dengan Amerika Serikat (AS). Kesepakatan itu memungkinkan pembebasan warga negara asing dan warga sipil yang terluka parah dari Gaza. CNN mengutip sumber yang mengetahui hal tersebut.
"Perjanjian itu terpisah dari negosiasi penyandaeraan apa pun," tambah sumber itu.
Presiden AS Joe Biden mengatakan pembukaan Rafah terjadi setelah diplomasi Amerika yang intens dan mendesak dengan mitranya di kawasan, dan sebanyak 1.000 warga negara asing lainnya akan segera berangkat.
Israel tanpa henti menggempur Gaza sebagai pembalasan atas serangan terburuk dalam sejarah negara itu pada 7 Oktober lalu, ketika orang-orang bersenjata Hamas menyerbu melintasi perbatasan, menewaskan 1.400 orang, sebagian besar warga sipil, menurut para pejabat Israel.
Kementerian Kesehatan di Jalur Gaza yang dikuasai Hamas pada Rabu mengatakan 8.805 orang telah tewas sejak perang dengan Israel meletus pada 7 Oktober lalu. Korban tewas termasuk 3.648 anak-anak sementara 22.219orangterluka.
Lihat Juga: Demonstran Anti-NATO dan Pro-Palestina Mengamuk di Kanada, Bakar Mobil hingga Obrak-abrik Toko
Evakuasi pertama kali orang-orang yang ingin menyelamatkan diri dari Jalur Gaza yang dilanda perang memberikan secercah harapan dalam krisis kemanusiaan yang menyedihkan, dengan 8.796 orang tewas dalam pemboman Israel, menurut kementerian kesehatan yang dikelola Hamas.
Wartawan AFP melihat barisan 40 ambulans berwarna putih mengalir melalui perbatasan Rafah, ketika kerumunan keluarga asing dan berkewarganegaraan ganda berkumpul di dekatnya, berharap untuk meninggalkan kondisi bencana di Gaza.
Setidaknya dua anak terlihat di dalam ambulans, salah satunya dengan perban besar melilit perutnya, saat petugas medis memeriksa korban luka dan memindahkan mereka ke tandu.
Warga negara Yordania Saleh Hussein mengatakan dia menerima kabar pada tengah malam bahwa dia ada dalam daftar untuk dievakuasi.
Foto/CNN
“Kami menghadapi banyak masalah di Gaza, yang paling kecil adalah kekurangan air dan pemadaman listrik. Ada masalah yang lebih besar seperti pemboman. Kami takut. Banyak keluarga yang menjadi martir,” katanya kepada AFP seperti dikutip dari Al Arabiya, Kamis (2/11/2023).
Gambar-gambar AFPTV menunjukkan seluruh keluarga, berjuang untuk membawa harta benda mereka, bergegas melewati penyeberangan yang dijaga ketat menuju Mesir, yang diperkirakan akan menerima setidaknya 400 pemegang paspor asing dan 90 orang yang terluka dan sakit paling parah.
"Kelompok pertama yang sebagian besar terdiri dari perempuan dan anak-anak tiba di Mesir," kata seorang pejabat kepada AFP yang tidak mau disebutkan namanya, ketika tayangan TV menunjukkan orang tua dengan kursi dorong dan orang lanjut usia turun dari bus.
"Itu cukup. Kami sudah cukup menanggung penghinaan,” kata warga Gaza Rafik al-Hilou, yang menemani kerabatnya termasuk anak-anak berusia satu dan empat tahun yang berharap bisa menyeberang ke Mesir.
“Kami kekurangan kebutuhan manusia yang paling mendasar. Tidak ada internet, tidak ada telepon, tidak ada alat komunikasi, bahkan air pun tidak. Selama empat hari terakhir, kami belum bisa memberi makan sepotong roti pun kepada anak ini. Apa yang kamu tunggu lagi?" imbuhnya.
Pembukaan perbatasan sementara dengan Mesir memberikan secercah harapan pertama dalam krisis kemanusiaan yang berkobar di Gaza yang digambarkan oleh PBB dan lembaga bantuan lainnya sebagai “belum pernah terjadi sebelumnya.”
Foto: CNN
Dilansir dari CNN, keluarnya korban cedera dan warga asing dari Jalur Gaza menyusul kesepakatan antara Israel, Hamas, dan Mesir yang ditengahi oleh Qatar dan berkoordinasi dengan Amerika Serikat (AS). Kesepakatan itu memungkinkan pembebasan warga negara asing dan warga sipil yang terluka parah dari Gaza. CNN mengutip sumber yang mengetahui hal tersebut.
"Perjanjian itu terpisah dari negosiasi penyandaeraan apa pun," tambah sumber itu.
Presiden AS Joe Biden mengatakan pembukaan Rafah terjadi setelah diplomasi Amerika yang intens dan mendesak dengan mitranya di kawasan, dan sebanyak 1.000 warga negara asing lainnya akan segera berangkat.
Israel tanpa henti menggempur Gaza sebagai pembalasan atas serangan terburuk dalam sejarah negara itu pada 7 Oktober lalu, ketika orang-orang bersenjata Hamas menyerbu melintasi perbatasan, menewaskan 1.400 orang, sebagian besar warga sipil, menurut para pejabat Israel.
Kementerian Kesehatan di Jalur Gaza yang dikuasai Hamas pada Rabu mengatakan 8.805 orang telah tewas sejak perang dengan Israel meletus pada 7 Oktober lalu. Korban tewas termasuk 3.648 anak-anak sementara 22.219orangterluka.
Lihat Juga: Demonstran Anti-NATO dan Pro-Palestina Mengamuk di Kanada, Bakar Mobil hingga Obrak-abrik Toko
(ian)