Israel Kampanye Online yang Targetkan Eropa dengan Gambar Serangan Hamas
loading...
A
A
A
TEL AVIV - Israel menjalankan kampanye online yang menargetkan sebagian besar warga Eropa dengan gambar dan kesaksian mengejutkan dari serangan Hamas pada 7 Oktober lalu.
Puluhan klip jenazah yang terbakar, keluarga yang berduka, jeritan dan sirene, petugas penyelamat dan ahli patologi ditampilkan di saluran media sosial resmi Kementerian Luar Negeri Israel dan dalam kampanye iklan berbayar.
Idenya adalah untuk mengingatkan masyarakat asing bagaimana kelompok milisi Hamas menyeberang dari Gaza ke Israel dan, menurut pejabat Israel, membunuh lebih dari 1.400 orang, sebagian besar warga sipil, dan juga menyandera lebih dari 230 orang.
Kampanye online tersebut juga bertujuan untuk membenarkan pengeboman tanpa henti yang dilakukan Israel di Gaza sejak saat itu, yang telah menewaskan lebih dari 8.300 orang, termasuk lebih dari 3.000 anak-anak, menurut Kementerian Kesehatan di Gaza yang dikelola Hamas.
Beberapa video bernuansa grafis: dalam salah satu klip, seorang ahli patologi mendeskripsikan foto tubuh seorang anak yang terbakar.
Yang lainnya menggunakan kartun unicorn bermain-main di antara pelangi sebelum huruf kapital raksasa muncul di layar: “Sama seperti Anda melakukan segalanya untuk anak Anda, kami juga akan melakukan segalanya untuk melindungi anak kami.”
“Beginilah cara kami berkomunikasi pada tahun 2023,” kata Emmanuel Nahshon, pejabat dari Kementerian Luar Negeri Israel, kepada AFP, Selasa (31/10/2023).
Namun para ahli mengatakan kampanye online tersebut berisiko mengasingkan sebagian audiens.
Telah ada beberapa penolakan, dengan Google membatasi akses ke satu klip grafis dan sebuah perusahaan game menuntut iklan tersebut dihapus.
Nahshon mengatakan dia ingin pesan kampanye online tersebut disampaikan kepada dunia bahwa kekejaman Hamas sebanding dengan yang dilakukan ISIS, yang terkenal karena mempublikasikan pembantaian dan penyanderaan mereka.
Video-video kampanye Israel dilengkapi dengan slogan-slogan yang dibuat untuk dibagikan seperti “BringThemHome", “Stand with Israel, Stand with Humanity” atau “Hamas=ISIS” meskipun banyak pakar menolak perbandingan antara Hamas dan ISIS.
Nahshon mengatakan video tersebut telah ditonton lebih dari satu miliar kali, klaim ini didukung oleh data dari perusahaan pemasaran digital Amerika Serikat; SEMrush, yang menunjukkan bahwa kampanye pada tahap tersebut telah ditonton sebanyak 1,1 miliar kali di 30 negara.
Nahshon mengatakan pemerintah telah menginvestasikan “beberapa ratus ribu dolar”–meskipun angka SEMrush menunjukkan biayanya sebesar USD8,5 juta.
Target utama dari kampanye iklan ini adalah Prancis, rumah bagi komunitas Yahudi dan Arab-Muslim terbesar di Eropa, di mana dana sebesar USD4,6 juta telah dibelanjakan.
Jerman berada di urutan berikutnya dengan pengeluaran USD2,4 juta, diikuti oleh Inggris, dengan pengeluaran $1,2 juta, menurut SEMrush.
Stephanie Lamy, seorang spesialis strategi komunikasi masa perang, berpendapat bahwa kampanye Israel bertujuan untuk melegitimasi pengeboman mereka di Gaza.
“Tujuannya adalah untuk membenarkan kekerasan dan bahkan mencoba untuk mendapatkan impunitas jika terjadi pelanggaran terhadap hukum internasional,” katanya.
Hamas juga melancarkan kampanye informasi online untuk memperkuat argumennya, menyoroti agresi Israel dan korban jiwa warga Palestina yang tidak bersalah di Gaza.
Namun Hamas ditetapkan sebagai kelompok teroris oleh Amerika Serikat dan Uni Eropa, yang berarti mereka dilarang di platform media sosial utama.
Kelompok militan tersebut telah menggunakan saluran resmi di aplikasi Telegram untuk menyampaikan pesannya, termasuk video grafis pengeboman Israel di Gaza dan klip serangan 7 Oktober yang direkam oleh beberapa pejuangnya.
Saluran ini telah dinonaktifkan dalam beberapa hari terakhir di platform Android Google.
Kampanye Israel juga mengalami kemunduran.
Google mengatakan kepada AFP pekan lalu bahwa klip yang menampilkan tubuh seorang anak yang terbakar telah dibuat tidak dapat diakses oleh generasi muda dan mereka telah menambahkan peringatan konten eksplisit.
Pembuat game “Angry Birds”, perusahaan Finlandia Rovio, mengatakan pihaknya telah meminta mitra periklanannya untuk memblokir iklan Israel setelah ada keluhan dari pengguna di media sosial.
Hal ini masih membuat Israel unggul dalam perang informasi dalam hal jumlah data.
Namun para ahli mengatakan pencapaian apa pun ada harganya.
“Memberikan gambaran yang benar-benar tidak tertahankan kepada orang-orang adalah strategi yang berisiko” bagi Israel, kata pakar komunikasi Arnaud Mercier.
“Ini bisa menjadi kontraproduktif jika penonton tidak meminta untuk diekspos.”
Puluhan klip jenazah yang terbakar, keluarga yang berduka, jeritan dan sirene, petugas penyelamat dan ahli patologi ditampilkan di saluran media sosial resmi Kementerian Luar Negeri Israel dan dalam kampanye iklan berbayar.
Idenya adalah untuk mengingatkan masyarakat asing bagaimana kelompok milisi Hamas menyeberang dari Gaza ke Israel dan, menurut pejabat Israel, membunuh lebih dari 1.400 orang, sebagian besar warga sipil, dan juga menyandera lebih dari 230 orang.
Kampanye online tersebut juga bertujuan untuk membenarkan pengeboman tanpa henti yang dilakukan Israel di Gaza sejak saat itu, yang telah menewaskan lebih dari 8.300 orang, termasuk lebih dari 3.000 anak-anak, menurut Kementerian Kesehatan di Gaza yang dikelola Hamas.
Beberapa video bernuansa grafis: dalam salah satu klip, seorang ahli patologi mendeskripsikan foto tubuh seorang anak yang terbakar.
Yang lainnya menggunakan kartun unicorn bermain-main di antara pelangi sebelum huruf kapital raksasa muncul di layar: “Sama seperti Anda melakukan segalanya untuk anak Anda, kami juga akan melakukan segalanya untuk melindungi anak kami.”
“Beginilah cara kami berkomunikasi pada tahun 2023,” kata Emmanuel Nahshon, pejabat dari Kementerian Luar Negeri Israel, kepada AFP, Selasa (31/10/2023).
Namun para ahli mengatakan kampanye online tersebut berisiko mengasingkan sebagian audiens.
Telah ada beberapa penolakan, dengan Google membatasi akses ke satu klip grafis dan sebuah perusahaan game menuntut iklan tersebut dihapus.
Ditonton 1,1 Miliar Kali
Nahshon mengatakan dia ingin pesan kampanye online tersebut disampaikan kepada dunia bahwa kekejaman Hamas sebanding dengan yang dilakukan ISIS, yang terkenal karena mempublikasikan pembantaian dan penyanderaan mereka.
Video-video kampanye Israel dilengkapi dengan slogan-slogan yang dibuat untuk dibagikan seperti “BringThemHome", “Stand with Israel, Stand with Humanity” atau “Hamas=ISIS” meskipun banyak pakar menolak perbandingan antara Hamas dan ISIS.
Nahshon mengatakan video tersebut telah ditonton lebih dari satu miliar kali, klaim ini didukung oleh data dari perusahaan pemasaran digital Amerika Serikat; SEMrush, yang menunjukkan bahwa kampanye pada tahap tersebut telah ditonton sebanyak 1,1 miliar kali di 30 negara.
Nahshon mengatakan pemerintah telah menginvestasikan “beberapa ratus ribu dolar”–meskipun angka SEMrush menunjukkan biayanya sebesar USD8,5 juta.
Target utama dari kampanye iklan ini adalah Prancis, rumah bagi komunitas Yahudi dan Arab-Muslim terbesar di Eropa, di mana dana sebesar USD4,6 juta telah dibelanjakan.
Jerman berada di urutan berikutnya dengan pengeluaran USD2,4 juta, diikuti oleh Inggris, dengan pengeluaran $1,2 juta, menurut SEMrush.
Gambaran yang Tak Tertahankan
Stephanie Lamy, seorang spesialis strategi komunikasi masa perang, berpendapat bahwa kampanye Israel bertujuan untuk melegitimasi pengeboman mereka di Gaza.
“Tujuannya adalah untuk membenarkan kekerasan dan bahkan mencoba untuk mendapatkan impunitas jika terjadi pelanggaran terhadap hukum internasional,” katanya.
Hamas juga melancarkan kampanye informasi online untuk memperkuat argumennya, menyoroti agresi Israel dan korban jiwa warga Palestina yang tidak bersalah di Gaza.
Namun Hamas ditetapkan sebagai kelompok teroris oleh Amerika Serikat dan Uni Eropa, yang berarti mereka dilarang di platform media sosial utama.
Kelompok militan tersebut telah menggunakan saluran resmi di aplikasi Telegram untuk menyampaikan pesannya, termasuk video grafis pengeboman Israel di Gaza dan klip serangan 7 Oktober yang direkam oleh beberapa pejuangnya.
Saluran ini telah dinonaktifkan dalam beberapa hari terakhir di platform Android Google.
Kampanye Israel juga mengalami kemunduran.
Google mengatakan kepada AFP pekan lalu bahwa klip yang menampilkan tubuh seorang anak yang terbakar telah dibuat tidak dapat diakses oleh generasi muda dan mereka telah menambahkan peringatan konten eksplisit.
Pembuat game “Angry Birds”, perusahaan Finlandia Rovio, mengatakan pihaknya telah meminta mitra periklanannya untuk memblokir iklan Israel setelah ada keluhan dari pengguna di media sosial.
Hal ini masih membuat Israel unggul dalam perang informasi dalam hal jumlah data.
Namun para ahli mengatakan pencapaian apa pun ada harganya.
“Memberikan gambaran yang benar-benar tidak tertahankan kepada orang-orang adalah strategi yang berisiko” bagi Israel, kata pakar komunikasi Arnaud Mercier.
“Ini bisa menjadi kontraproduktif jika penonton tidak meminta untuk diekspos.”
(mas)