Pakar Politik Jackson Hinkle: Israel Bom Semuanya Kecuali Hamas di Gaza
loading...
A
A
A
GAZA - Klaim Israel bahwa mereka hanya membom Gaza untuk melenyapkan Hamas adalah “tidak masuk akal,” menurut pakar politik Jackson Hinkle dalam wawancara dengan RT pada Kamis (26/10/2023).
Dia berpendapat pasukan Israel tampaknya fokus menargetkan penduduk sipil di Gaza dalam kampanye mereka yang sedang berlangsung.
“Mereka telah membom segalanya kecuali Hamas di dalam Gaza,” ujar pembawa acara 'The Dive with Jackson Hinkle', seraya menuduh Israel menargetkan berbagai infrastruktur sipil, termasuk rumah sakit, sekolah, fasilitas Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) dan Bulan Sabit Merah, masjid, gereja, rumah, dan lain-lain dan bahkan konvoi pengungsi.
Analis tersebut berpendapat hal ini terjadi karena Israel tidak menginginkan negara Palestina, dan tujuan sebenarnya dari operasi mereka di Gaza bukanlah untuk mengalahkan Hamas, melainkan memaksa warga Palestina keluar Gaza dan mengambil alih wilayah tersebut “untuk selamanya.”
“Alasan mengapa mereka melakukan semua ini adalah karena mereka tahu bahwa mereka tidak bisa mengalahkan Hamas. Itu sebabnya mereka belum pergi ke Gaza. Mereka tahu bahwa jika mereka mau, mereka mungkin akan mendapat tanggapan dari banyak negara Arab, dan mungkin juga dari Iran. Mereka tahu bahwa dalam perang sebesar itu mereka tidak akan menang,” klaim Hinkle.
Dia berpendapat, meskipun pihak berwenang Israel berusaha menggambarkan Hamas sebagai kelompok yang selaras dengan atau sebanding dengan Negara Islam (IS, sebelumnya ISIS), tindakan Israel sendiri di Gaza tampaknya sangat mirip dengan taktik teroris.
Mengomentari pengumuman Washington bahwa mereka akan “berdiri selamanya” bersama Israel dan usulan Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden mengenai paket bantuan militer senilai USD14 miliar kepada negara Zionis tersebut, Hinkle menyerukan untuk “defund Israel” dan “defund Ukraina” juga.
“Mengapa dana pembayar pajak AS disalurkan ke negara-negara seperti ini? Atau yang lebih penting, negara-negara yang setiap hari melakukan kejahatan perang yang mengerikan,” tanya Hinkle.
Dia menyatakan Amerika saat ini sedang mengalami krisis di perbatasan selatannya dan berurusan dengan lebih dari 500.000 tunawisma, 60.000 orang di antaranya dia klaim adalah veteran.
“Tidak masuk akal bagi saya bahwa kita melakukan ini dan Joe Biden baru saja mengirim sekitar 900 Marinir AS ke Israel,” ujar Hinkle.
Dia yakin, “Kita akan melihat perang yang sangat besar.”
Pasukan Pertahanan Israel (IDF) tanpa henti membombardir Gaza selama hampir tiga pekan, menyusul serangan mendadak terhadap Israel oleh Hamas pada 7 Oktober 2023, yang merenggut 1.400 nyawa.
Kementerian Kesehatan Gaza sejak itu melaporkan serangan Israel telah menewaskan lebih dari 7.000 orang.
Pada Jumat, Kementerian di Gaza menerbitkan nama 6.747 orang, termasuk 2.665 anak-anak, yang diklaim telah dibunuh oleh IDF.
Disebutkan bahwa daftar tersebut bisa lebih besar karena banyak jenazah yang belum teridentifikasi atau hilang.
Dia berpendapat pasukan Israel tampaknya fokus menargetkan penduduk sipil di Gaza dalam kampanye mereka yang sedang berlangsung.
“Mereka telah membom segalanya kecuali Hamas di dalam Gaza,” ujar pembawa acara 'The Dive with Jackson Hinkle', seraya menuduh Israel menargetkan berbagai infrastruktur sipil, termasuk rumah sakit, sekolah, fasilitas Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) dan Bulan Sabit Merah, masjid, gereja, rumah, dan lain-lain dan bahkan konvoi pengungsi.
Analis tersebut berpendapat hal ini terjadi karena Israel tidak menginginkan negara Palestina, dan tujuan sebenarnya dari operasi mereka di Gaza bukanlah untuk mengalahkan Hamas, melainkan memaksa warga Palestina keluar Gaza dan mengambil alih wilayah tersebut “untuk selamanya.”
“Alasan mengapa mereka melakukan semua ini adalah karena mereka tahu bahwa mereka tidak bisa mengalahkan Hamas. Itu sebabnya mereka belum pergi ke Gaza. Mereka tahu bahwa jika mereka mau, mereka mungkin akan mendapat tanggapan dari banyak negara Arab, dan mungkin juga dari Iran. Mereka tahu bahwa dalam perang sebesar itu mereka tidak akan menang,” klaim Hinkle.
Dia berpendapat, meskipun pihak berwenang Israel berusaha menggambarkan Hamas sebagai kelompok yang selaras dengan atau sebanding dengan Negara Islam (IS, sebelumnya ISIS), tindakan Israel sendiri di Gaza tampaknya sangat mirip dengan taktik teroris.
Mengomentari pengumuman Washington bahwa mereka akan “berdiri selamanya” bersama Israel dan usulan Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden mengenai paket bantuan militer senilai USD14 miliar kepada negara Zionis tersebut, Hinkle menyerukan untuk “defund Israel” dan “defund Ukraina” juga.
“Mengapa dana pembayar pajak AS disalurkan ke negara-negara seperti ini? Atau yang lebih penting, negara-negara yang setiap hari melakukan kejahatan perang yang mengerikan,” tanya Hinkle.
Dia menyatakan Amerika saat ini sedang mengalami krisis di perbatasan selatannya dan berurusan dengan lebih dari 500.000 tunawisma, 60.000 orang di antaranya dia klaim adalah veteran.
“Tidak masuk akal bagi saya bahwa kita melakukan ini dan Joe Biden baru saja mengirim sekitar 900 Marinir AS ke Israel,” ujar Hinkle.
Dia yakin, “Kita akan melihat perang yang sangat besar.”
Pasukan Pertahanan Israel (IDF) tanpa henti membombardir Gaza selama hampir tiga pekan, menyusul serangan mendadak terhadap Israel oleh Hamas pada 7 Oktober 2023, yang merenggut 1.400 nyawa.
Kementerian Kesehatan Gaza sejak itu melaporkan serangan Israel telah menewaskan lebih dari 7.000 orang.
Pada Jumat, Kementerian di Gaza menerbitkan nama 6.747 orang, termasuk 2.665 anak-anak, yang diklaim telah dibunuh oleh IDF.
Disebutkan bahwa daftar tersebut bisa lebih besar karena banyak jenazah yang belum teridentifikasi atau hilang.
(sya)