Mengenal Kelompok Houthi, Militan Syiah yang Timbulkan Konflik Besar di Yaman

Sabtu, 28 Oktober 2023 - 13:05 WIB
loading...
Mengenal Kelompok Houthi, Militan Syiah yang Timbulkan Konflik Besar di Yaman
Kelompok pemberontak Yaman, Houthi. Foto/The Defense Post
A A A
JAKARTA - Houthi merupakan kelompok militan yang diduga dari kalangan Syiah sempat melawan pemerintahan di Sunni di Yaman. Cukup banyak korban jiwa yang disebabkan dari konflik tersebut.

Dilansir dari Wilson Center, Houthi sempat mengambil alih ibu kota Yaman, Sanaa, pada bulan September 2014 dan menguasai sebagian besar wilayah utara Yaman pada tahun 2016.

Para pejabat Yaman dan Negara-negara Sunni telah berulang kali menuduh bahwa Iran dan proksinya Hizbullah telah memberikan senjata, pelatihan, dan dukungan keuangan kepada Houthi.

Namun para pejabat Iran dan Hizbullah membantah atau meremehkan klaim tersebut. Kelompok Houthi sendiri merupakan militan yang belum banyak diketahui orang, meskipun telah menimbulkan konflik yang berujung kesengsaraan di Yaman.

Profil Kelompok Houthi


Menurut laman Brookings, Houthi dianggap sebagai Syiah Zaydi, atau Zaydiyyah. Syiah sendiri merupakan komunitas agama minoritas yang ada di dunia Islam, sementara Zaydi adalah komunitas minoritas di dunia Syiah.

Meski termasuk Syiah, namun ajaran yang mereka anut sangatlah berbeda dari kelompok Syiah yang berada di Iran.

Zadiyyah mengambil nama mereka dari Zayd bin Ali, cicit Ali bin Abi Thalib, sepupu dan menantu Nabi Muhammad, yang dihormati oleh semua kaum Syiah. Kelompok minoritas Islam ini tercatat pernah memimpin pemberontakan melawan Kesultanan Umayyah pada tahun 740.

Dengan runtuhnya Kekaisaran Ottoman pada tahun 1918, monarki Zaydi mengambil alih kekuasaan di Yaman Utara yang disebut Kerajaan Mutawakkilite. Penguasa, atau imam, adalah penguasa sekuler sekaligus pemimpin spiritual.

Dalam sejarahnya, Kerajaan Zaydi sempat berperang melawan Arab Saudi pada tahun 1930an, Zaydi harus kalah dalam perang tersebut dan membuatnya kehilangan wilayah di perbatasan.

Mereka juga menikmati pengakuan internasional sebagai pemerintah sah Yaman Utara. Ibukota mereka berada di Taiz.

Kondisi internal Zaydi sendiri sempat mengalami konflik besar yang dimulai pada tahun 1967. Konflik tersebut lantas melahirkan jenderal republik Zaydi bernama Ali Abdullah Saleh yang berkuasa setelah serangkaian kudeta pada tahun 1978.

Namun kepemimpinan Saleh justru membuat kondisi semakin memburuk karena banyaknya praktek korupsi. Dari situlah Houthi muncul sebagai perlawanan Zaydi terhadap Saleh dan korupsinya pada tahun 1990an, kelompok itu dipimpin oleh seorang pemimpin karismatik bernama Hussein al Houthi.

Hingga pada tahun 2003, Saleh yang dibantu Arab Saudi melancarkan serangkaian kampanye militer untuk menghancurkan Houthi.

Pada tahun 2004, pasukan Saleh membunuh Hussein al Houthi. Tentara dan angkatan udara Yaman digunakan untuk menumpas pemberontakan di ujung utara Yaman, khususnya di provinsi Saada.

Meski begitu, Houthi tetap masih sulit untuk dikendalikan dan bahkan sempat mempersulit pasukan militer Arab Saudi. Itu membuat Saudi, yang telah menghabiskan puluhan miliar dolar untuk militernya merasa melakukan hal yang memalukan.

Perlawanan Houthi semakin memuncak Ketika Saleh digantikan oleh seorang Sunni dari selatan bernama Abdrabbuh Mansour Hadi, yang pernah menjadi wakil presiden Saleh atas perintah Saudi.

Sejumlah perjanjian perdamaian yang ditangani Amerika Serikat sebenarnya telah berulang kali dicoba, namun hasilnya tetap saja nihil.

Riyadh menggambarkan mereka sebagai boneka Iran, namun banyak warga Yaman melihat mereka sebagai patriot yang melawan musuh tradisional negara mereka, Arab Saudi dan Amerika, pembela Israel.

Konflik yang telah berlangsung selama bertahun-tahun antara pemerintah Yaman yang dibantu Arab Saudi melawan Houthi ini menjadi salah satu krisi kemanusiaan yang terburuk di dunia menurut CFR.
(ian)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1076 seconds (0.1#10.140)