Diragukan Biden, Lembaga Kemanusiaan Percaya Jumlah Korban Tewas di Jalur Gaza Akurat
loading...
A
A
A
YERUSALEM - Lembaga kemanusiaan internasional menganggap jumlah korban tewas di Jalur Gaza akurat dan dapat dipecaya secara historis. Ini berbeda dengan Presiden Amerika Serikat (AS), Joe Biden, yang meragukannya.
Sebelumnya, orang nomor satu di AS itu mengaku tidak yakin dengan jumlah korban tewas yang digunakan oleh Palestina, tanpa menjelaskan alasannya.
Kementerian Kesehatan di Jalur Gaza yang dikuasai Hamas kemudian merespons dengan merilis dokumen setebal 212 halaman yang berisi nama dan nomor identitas sekitar 7.000 warga Palestina yang dikatakan tewas dalam pemboman Israel di wilayah kantong tersebut.
Kelompok internasional, bahkan beberapa yang beroperasi di Gaza, dan media global termasuk Reuters tidak dapat memverifikasi angka tersebut tetapi wartawan telah melihat sejumlah besar jenazah.
PBB dan badan-badan internasional lainnya mengatakan mungkin ada perbedaan kecil antara jumlah akhir korban dan yang dilaporkan oleh Kementerian Kesehatan Gaza segera setelah serangan terjadi, namun mereka mempercayainya secara luas.
“Kami terus memasukkan data mereka dalam pelaporan kami dan data tersebut bersumber dengan jelas,” kata Kantor Koordinasi Urusan Kemanusiaan PBB (OCHA) dalam sebuah pernyataan kepada Reuters.
“Saat ini hampir mustahil untuk memberikan verifikasi PBB setiap hari,” sambung pernyataan itu seperti dikutip dari Reuters, Sabtu (28/10/2023).
Direktur Eksekutif Program Kedaruratan Kesehatan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) yang berbasis di Jenewa, Dr Mike Ryan, pekan lalu mengatakan bahwa angka-angka yang dirilis oleh kedua belah pihak mungkin tidak sepenuhnya akurat dari menit ke menit, namun angka-angka tersebut sangat mencerminkan tingkat kematian dan cedera di kedua sisi konflik itu.
Human Rights Watch yang berbasis di New York juga mengatakan bahwa angka-angka korban secara umum dapat diandalkan, dan mereka tidak menemukan perbedaan besar dalam verifikasi serangan-serangan pada masa lalu di Jalur Gaza.
“Perlu dicatat bahwa angka-angka yang keluar sejak 7 Oktober umumnya konsisten atau masuk akal untuk skala pembunuhan yang diperkirakan, mengingat intensitas pemboman di wilayah padat penduduk,” ucap Omar Shakir, Direktur Israel dan Palestina di Human Rights Watch.
“Angka-angka tersebut sejalan dengan apa yang diharapkan, mengingat apa yang kita lihat di lapangan melalui kesaksian, citra satelit, dan lainnya,” tuturnya kepada Reuters.
Menggarisbawahi kesulitan dalam menghitung jumlah korban tewas, seorang pejabat Organisasi Kesehatan Dunia pada hari Jumat mengatakan bahwa badan tersebut telah menerima perkiraan bahwa sekitar 1.000 mayat tak dikenal masih terkubur di bawah reruntuhan di Gaza dan belum termasuk dalam jumlah korban tewas. Pejabat itu tidak menyebutkan sumbernya.
Meskipun Hamas menguasai Gaza dan melakukan kontrol ketat terhadap informasi yang keluar dari wilayah tersebut, tanggung jawab formal Kementerian Kesehatan masih berada di tangan Otoritas Palestina (PA) di Tepi Barat.
Otoritas Palestina didominasi oleh Fatah, saingan utama Hamas di Palestina, dan bertanggung jawab membayar gaji serta menyediakan peralatan ke rumah sakit di Gaza.
"Badan ini melaporkan total korban berdasarkan jumlah yang diterima dari rumah sakit, ambulans dan layanan darurat, berkoordinasi dengan Bulan Sabit Merah," kata juru bicara di Ramallah.
Dia mengatakan para korban pada awalnya diidentifikasi berdasarkan usia, jenis kelamin dan jenis cedera, serta identitas lengkap akan dikonfirmasi kemudian.
"Angka-angka tersebut awalnya dilaporkan di Gaza, dan diperbarui di Ramallah setelah diperiksa, namun perbedaannya umumnya minimal," terangnya.
Israel sendiri belum memberikan perkiraan jumlah korban tewas.
Tidak ada perubahan besar dalam cara pihak berwenang Palestina melaporkan korban jiwa sejak konflik besar terakhir antara Israel dan Hamas pada tahun 2014, ketika angka yang diberikan oleh berbagai entitas tidak jauh berbeda.
Dalam laporan yang dipublikasikan di situsnya pada 3 November 2015, Kementerian Kesehatan Palestina menyebutkan jumlah orang yang tewas dalam konflik Juli-Agustus 2014 di Gaza adalah 2.322 orang.
Komisi penyelidikan yang diamanatkan PBB melaporkan bahwa 2.251 warga Palestina telah terbunuh.
Meskipun Israel menyalahkan Hamas atas sebagian besar kematian di Gaza, Kementerian Luar Negeri Israel mengatakan dalam sebuah laporan setelah konflik bahwa 2.125 warga Palestina telah terbunuh di Gaza, menurut data yang dikumpulkan oleh militer Israel.
Pusat Urusan Masyarakat Yerusalem, sebuah lembaga pemikir Israel, mengatakan lebih dari 2.100 warga Palestina terbunuh, sementara kelompok hak asasi manusia B’tselem menyebutkan angka tersebut mencapai 2.202 warga Palestina.
Israel telah menyerang Gaza sejak serangan lintas batas yang menyebutkan 1.400 orang dibunuh oleh Hamas di Israel selatan. Biden, yang berbicara pada konferensi pers, tidak menjelaskan pada hari Rabu mengapa dia kurang percaya pada jumlah korban yang diberikan oleh Palestina.
Seorang juru bicara militer Israel mengatakan minggu ini bahwa Kementerian Kesehatan Gaza terus meningkatkan jumlah korban sipil dan telah ketahuan berbohong di masa lalu.
Dia mengutip penanganan kementerian itu terhadap serangan di Rumah Sakit Al-Ahli al-Arabi di Gaza pada 17 Oktober yang masing-masing pihak saling menyalahkan, dengan mengatakan bahwa kementerian awalnya melaporkan 500 orang tewas tetapi kemudian merevisi jumlah korban menjadi 471.
Dalam jumpa pers terpisah, juru bicara lain tidak memberikan perkiraan jumlah korban di pihak Israel ketika ditanya oleh wartawan berapa jumlah keseluruhan yang diperkirakan Israel.
Sebuah laporan intelijen AS yang tidak dirahasiakan yang dilihat oleh Reuters memperkirakan jumlah korban tewas dalam serangan di rumah sakit itu mungkin berada pada kisaran 100 hingga 300. Seorang pejabat Israel mengatakan jumlah korban tampaknya beberapa lusin.
Para pejabat Palestina mengatakan penghitungan jumlah korban tewas dalam serangan itu sulit dilakukan karena beberapa korban terpotong-potong, artinya ada banyak bagian tubuh yang perlu diidentifikasi.
Sebelumnya, orang nomor satu di AS itu mengaku tidak yakin dengan jumlah korban tewas yang digunakan oleh Palestina, tanpa menjelaskan alasannya.
Kementerian Kesehatan di Jalur Gaza yang dikuasai Hamas kemudian merespons dengan merilis dokumen setebal 212 halaman yang berisi nama dan nomor identitas sekitar 7.000 warga Palestina yang dikatakan tewas dalam pemboman Israel di wilayah kantong tersebut.
Kelompok internasional, bahkan beberapa yang beroperasi di Gaza, dan media global termasuk Reuters tidak dapat memverifikasi angka tersebut tetapi wartawan telah melihat sejumlah besar jenazah.
PBB dan badan-badan internasional lainnya mengatakan mungkin ada perbedaan kecil antara jumlah akhir korban dan yang dilaporkan oleh Kementerian Kesehatan Gaza segera setelah serangan terjadi, namun mereka mempercayainya secara luas.
“Kami terus memasukkan data mereka dalam pelaporan kami dan data tersebut bersumber dengan jelas,” kata Kantor Koordinasi Urusan Kemanusiaan PBB (OCHA) dalam sebuah pernyataan kepada Reuters.
“Saat ini hampir mustahil untuk memberikan verifikasi PBB setiap hari,” sambung pernyataan itu seperti dikutip dari Reuters, Sabtu (28/10/2023).
Direktur Eksekutif Program Kedaruratan Kesehatan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) yang berbasis di Jenewa, Dr Mike Ryan, pekan lalu mengatakan bahwa angka-angka yang dirilis oleh kedua belah pihak mungkin tidak sepenuhnya akurat dari menit ke menit, namun angka-angka tersebut sangat mencerminkan tingkat kematian dan cedera di kedua sisi konflik itu.
Human Rights Watch yang berbasis di New York juga mengatakan bahwa angka-angka korban secara umum dapat diandalkan, dan mereka tidak menemukan perbedaan besar dalam verifikasi serangan-serangan pada masa lalu di Jalur Gaza.
“Perlu dicatat bahwa angka-angka yang keluar sejak 7 Oktober umumnya konsisten atau masuk akal untuk skala pembunuhan yang diperkirakan, mengingat intensitas pemboman di wilayah padat penduduk,” ucap Omar Shakir, Direktur Israel dan Palestina di Human Rights Watch.
“Angka-angka tersebut sejalan dengan apa yang diharapkan, mengingat apa yang kita lihat di lapangan melalui kesaksian, citra satelit, dan lainnya,” tuturnya kepada Reuters.
Angka-angka Tersebut Secara Umum Selaras
Menggarisbawahi kesulitan dalam menghitung jumlah korban tewas, seorang pejabat Organisasi Kesehatan Dunia pada hari Jumat mengatakan bahwa badan tersebut telah menerima perkiraan bahwa sekitar 1.000 mayat tak dikenal masih terkubur di bawah reruntuhan di Gaza dan belum termasuk dalam jumlah korban tewas. Pejabat itu tidak menyebutkan sumbernya.
Meskipun Hamas menguasai Gaza dan melakukan kontrol ketat terhadap informasi yang keluar dari wilayah tersebut, tanggung jawab formal Kementerian Kesehatan masih berada di tangan Otoritas Palestina (PA) di Tepi Barat.
Otoritas Palestina didominasi oleh Fatah, saingan utama Hamas di Palestina, dan bertanggung jawab membayar gaji serta menyediakan peralatan ke rumah sakit di Gaza.
"Badan ini melaporkan total korban berdasarkan jumlah yang diterima dari rumah sakit, ambulans dan layanan darurat, berkoordinasi dengan Bulan Sabit Merah," kata juru bicara di Ramallah.
Dia mengatakan para korban pada awalnya diidentifikasi berdasarkan usia, jenis kelamin dan jenis cedera, serta identitas lengkap akan dikonfirmasi kemudian.
"Angka-angka tersebut awalnya dilaporkan di Gaza, dan diperbarui di Ramallah setelah diperiksa, namun perbedaannya umumnya minimal," terangnya.
Israel sendiri belum memberikan perkiraan jumlah korban tewas.
Tidak ada perubahan besar dalam cara pihak berwenang Palestina melaporkan korban jiwa sejak konflik besar terakhir antara Israel dan Hamas pada tahun 2014, ketika angka yang diberikan oleh berbagai entitas tidak jauh berbeda.
Dalam laporan yang dipublikasikan di situsnya pada 3 November 2015, Kementerian Kesehatan Palestina menyebutkan jumlah orang yang tewas dalam konflik Juli-Agustus 2014 di Gaza adalah 2.322 orang.
Komisi penyelidikan yang diamanatkan PBB melaporkan bahwa 2.251 warga Palestina telah terbunuh.
Meskipun Israel menyalahkan Hamas atas sebagian besar kematian di Gaza, Kementerian Luar Negeri Israel mengatakan dalam sebuah laporan setelah konflik bahwa 2.125 warga Palestina telah terbunuh di Gaza, menurut data yang dikumpulkan oleh militer Israel.
Pusat Urusan Masyarakat Yerusalem, sebuah lembaga pemikir Israel, mengatakan lebih dari 2.100 warga Palestina terbunuh, sementara kelompok hak asasi manusia B’tselem menyebutkan angka tersebut mencapai 2.202 warga Palestina.
Kekhawatiran Israel
Israel telah menyerang Gaza sejak serangan lintas batas yang menyebutkan 1.400 orang dibunuh oleh Hamas di Israel selatan. Biden, yang berbicara pada konferensi pers, tidak menjelaskan pada hari Rabu mengapa dia kurang percaya pada jumlah korban yang diberikan oleh Palestina.
Seorang juru bicara militer Israel mengatakan minggu ini bahwa Kementerian Kesehatan Gaza terus meningkatkan jumlah korban sipil dan telah ketahuan berbohong di masa lalu.
Dia mengutip penanganan kementerian itu terhadap serangan di Rumah Sakit Al-Ahli al-Arabi di Gaza pada 17 Oktober yang masing-masing pihak saling menyalahkan, dengan mengatakan bahwa kementerian awalnya melaporkan 500 orang tewas tetapi kemudian merevisi jumlah korban menjadi 471.
Dalam jumpa pers terpisah, juru bicara lain tidak memberikan perkiraan jumlah korban di pihak Israel ketika ditanya oleh wartawan berapa jumlah keseluruhan yang diperkirakan Israel.
Sebuah laporan intelijen AS yang tidak dirahasiakan yang dilihat oleh Reuters memperkirakan jumlah korban tewas dalam serangan di rumah sakit itu mungkin berada pada kisaran 100 hingga 300. Seorang pejabat Israel mengatakan jumlah korban tampaknya beberapa lusin.
Para pejabat Palestina mengatakan penghitungan jumlah korban tewas dalam serangan itu sulit dilakukan karena beberapa korban terpotong-potong, artinya ada banyak bagian tubuh yang perlu diidentifikasi.
(ian)