Hancur Akibat Serangan Israel, Ini Sejarah Rumah Sakit Indonesia di Jalur Gaza
loading...
A
A
A
JAKARTA - Serangan udara Israel sebagai aksi balasan atas serangan mendadak kelompok militan Palestina Hamas pada 7 Oktober lalu menghancurkan rumah sakit Indonesia di Jalur Gaza. Serangan tersebut juga menewaskan salah satu staf lokal MER-C, Abu Romzi, yang tengah berada di dekat lokasi.
Rumah sakit Indonesia juga menjadi salah satu lokasi evakuasi pasien Rumah Sakit Al-Awdeh saat tentara pendudukan Israek pada 13 Oktober lalu memperingatkan bahwa rumah sakit itu akan dibom.
Keberadaan Rumah Sakit Indonesia di Palestina adalah bukti dukungan rakyat Indonesia untuk rakyat Palestina.
Lalu bagaimana sejarah berdirinya Rumah Sakit Indonesia di Jalur Gaza?
Dilansir dari situs Medical Emergency Rescue Committee (MER-C), Rumah Sakit Indonesia berada di Bayt Lahiya, Gaza utara dengan luas 16.261 m2 yang merupakan wakaf dari Pemerintah Palestina. Sedangkan dana pembangunan rumah sakit ini sepenuhnya berasa dari donasi rakyat Indonesia. Untuk itu rumah sakit ini diberi nama Rumah Sakit Indonesia (RSI) dengan harapan bisa menjadi bukti silaturahmi jangka panjang antara rakyat Indonesia dan rakyat Palestina.
Rumah Sakit ini mulai dibangun sejak 14 Mei 2011 dan diresmikan pada 27 Desember 2015 oleh Wakil Presiden Indonesia saat itu Jusuf Kalla.
Pembangunan RSI dilatarbelakangi oleh agresi Israel ke Jalur Gaza medio 2008 lalu. Saat itu Tim Medis MER-C bersama tim medis Pemerintah RI berangkat ke Jalur Gaza guna menyalurkan bantuan kepada korban.
Saat itu, Tim MER-C melihat kebutuhan akan sarana kesehatan khususnya yang berfokus pada trauma dan rehabilitasi. Sebagai informasi, saat itu sebagai sebuah wilayah perang, Gaza hanya memiliki satu rumah sakit rehabilitasi yang tidak luput dari serangan Israel.
MER-C pun kemudian berinisiatif untuk membangun sebuah rumah sakit di Jalur Gaza. Rencana itu disampaikan saat bertemu dengan Menteri Kesehatan Palestina saat itu, Bassim Naim, di Jalur Gaza.
Rencana ini rupanya disambut baik. Atas nama rakyat Indonesia, ketua MER-C saat itu dr. Joserizal Jurnalis mewakili rakyat Indonesia menandatangani MOU pembangunan RSI di Jalur Gaza dengan Bassim Naim mewakili rakyat Gaza.
Rumah sakit Indonesia juga menjadi salah satu lokasi evakuasi pasien Rumah Sakit Al-Awdeh saat tentara pendudukan Israek pada 13 Oktober lalu memperingatkan bahwa rumah sakit itu akan dibom.
Keberadaan Rumah Sakit Indonesia di Palestina adalah bukti dukungan rakyat Indonesia untuk rakyat Palestina.
Lalu bagaimana sejarah berdirinya Rumah Sakit Indonesia di Jalur Gaza?
Dilansir dari situs Medical Emergency Rescue Committee (MER-C), Rumah Sakit Indonesia berada di Bayt Lahiya, Gaza utara dengan luas 16.261 m2 yang merupakan wakaf dari Pemerintah Palestina. Sedangkan dana pembangunan rumah sakit ini sepenuhnya berasa dari donasi rakyat Indonesia. Untuk itu rumah sakit ini diberi nama Rumah Sakit Indonesia (RSI) dengan harapan bisa menjadi bukti silaturahmi jangka panjang antara rakyat Indonesia dan rakyat Palestina.
Rumah Sakit ini mulai dibangun sejak 14 Mei 2011 dan diresmikan pada 27 Desember 2015 oleh Wakil Presiden Indonesia saat itu Jusuf Kalla.
Pembangunan RSI dilatarbelakangi oleh agresi Israel ke Jalur Gaza medio 2008 lalu. Saat itu Tim Medis MER-C bersama tim medis Pemerintah RI berangkat ke Jalur Gaza guna menyalurkan bantuan kepada korban.
Saat itu, Tim MER-C melihat kebutuhan akan sarana kesehatan khususnya yang berfokus pada trauma dan rehabilitasi. Sebagai informasi, saat itu sebagai sebuah wilayah perang, Gaza hanya memiliki satu rumah sakit rehabilitasi yang tidak luput dari serangan Israel.
MER-C pun kemudian berinisiatif untuk membangun sebuah rumah sakit di Jalur Gaza. Rencana itu disampaikan saat bertemu dengan Menteri Kesehatan Palestina saat itu, Bassim Naim, di Jalur Gaza.
Rencana ini rupanya disambut baik. Atas nama rakyat Indonesia, ketua MER-C saat itu dr. Joserizal Jurnalis mewakili rakyat Indonesia menandatangani MOU pembangunan RSI di Jalur Gaza dengan Bassim Naim mewakili rakyat Gaza.