Sistem Penahanan RSDL China Picu Kekhawatiran Global
loading...
A
A
A
Faktanya, kondisi di fasilitas RSDL digambarkan lebih parah daripada "penjara hitam”, istilah untuk fasilitas penahanan yang tidak terhubung dengan jaringan listrik, tempat para penjahat kelas kakap diinterogasi.
Meski ada kecaman global, penggunaan sistem RSDL di China terus meningkat. Catatan resmi pengadilan mengungkapkan peningkatan tajam jumlah orang yang ditahan di bawah skema RSDL, bahkan mencapai angka maksimal 15.120 di tahun 2020.
China tetap membela sistem RSDL, dengan menegaskan bahwa pihaknya selalu mematuhi hukum dan menghormati hak-hak individu.
Secara teori, tahanan RSDL dapat ditahan hingga enam bulan, namun dapat diperpanjang dengan alasan keamanan nasional. Setelah dibebaskan dari RSDL, para tahanan secara resmi ditangkap dan dipindahkan ke penjara biasa, di mana kondisinya cenderung membaik, namun penantian proses hukumnya bisa jauh lebih lama.
Dakwaan terhadap tahanan RSDL mungkin memakan waktu lebih dari satu tahun untuk diajukan, dan persidangan dapat memakan waktu lama, dan semua dilakukan di bawah kerahasiaan. Kunjungan konsuler seringkali merupakan satu-satunya hubungan yang dimiliki para tahanan RSDL dengan dunia luar.
Kasus Cheng Lei bukanlah kasus terisolasi. Setidaknya 55 warga Australia saat ini ditahan di penjara China dengan berbagai tuduhan, dan banyak warga dari negara-negara lain seperti Jepang, AS, dan Eropa juga menghadapi situasi serupa.
Selain menyasar jurnalis dan aktivis HAM, China juga semakin fokus pada eksekutif bisnis, dengan menerapkan larangan keluar sebagai bagian dari tindakan anti-spionase.
Gelombang tindakan ini berdampak buruk pada aktivitas bisnis, dengan banyak perusahaan AS melaporkan peningkatan pembatalan atau penundaan perjalanan bisnis ke China sebesar 25 persen.
Para pemimpin bisnis Australia, ketika menyambut pembebasan Cheng, mengakui bahwa beroperasi di China menjadi lebih menantang.
Lingkungan operasi telah berubah karena kekhawatiran yang terus berlanjut mengenai inspeksi, pembatasan Covid-19, dan perselisihan dagang.
Meski ada kecaman global, penggunaan sistem RSDL di China terus meningkat. Catatan resmi pengadilan mengungkapkan peningkatan tajam jumlah orang yang ditahan di bawah skema RSDL, bahkan mencapai angka maksimal 15.120 di tahun 2020.
China tetap membela sistem RSDL, dengan menegaskan bahwa pihaknya selalu mematuhi hukum dan menghormati hak-hak individu.
Secara teori, tahanan RSDL dapat ditahan hingga enam bulan, namun dapat diperpanjang dengan alasan keamanan nasional. Setelah dibebaskan dari RSDL, para tahanan secara resmi ditangkap dan dipindahkan ke penjara biasa, di mana kondisinya cenderung membaik, namun penantian proses hukumnya bisa jauh lebih lama.
Dakwaan terhadap tahanan RSDL mungkin memakan waktu lebih dari satu tahun untuk diajukan, dan persidangan dapat memakan waktu lama, dan semua dilakukan di bawah kerahasiaan. Kunjungan konsuler seringkali merupakan satu-satunya hubungan yang dimiliki para tahanan RSDL dengan dunia luar.
Kasus Cheng Lei bukanlah kasus terisolasi. Setidaknya 55 warga Australia saat ini ditahan di penjara China dengan berbagai tuduhan, dan banyak warga dari negara-negara lain seperti Jepang, AS, dan Eropa juga menghadapi situasi serupa.
Selain menyasar jurnalis dan aktivis HAM, China juga semakin fokus pada eksekutif bisnis, dengan menerapkan larangan keluar sebagai bagian dari tindakan anti-spionase.
Gelombang tindakan ini berdampak buruk pada aktivitas bisnis, dengan banyak perusahaan AS melaporkan peningkatan pembatalan atau penundaan perjalanan bisnis ke China sebesar 25 persen.
Para pemimpin bisnis Australia, ketika menyambut pembebasan Cheng, mengakui bahwa beroperasi di China menjadi lebih menantang.
Lingkungan operasi telah berubah karena kekhawatiran yang terus berlanjut mengenai inspeksi, pembatasan Covid-19, dan perselisihan dagang.