Sistem Penahanan RSDL China Picu Kekhawatiran Global

Rabu, 25 Oktober 2023 - 11:34 WIB
loading...
A A A

RSDL sebagai Senjata


Hubungan Australia dengan China telah berubah, dan situasi ini menimbulkan rasa kehati-hatian di kalangan eksekutif bisnis. Perlunya uji tuntas dan pemahaman kuat mengenai lingkungan bisnis di China sangatlah penting.

Namun, tantangan ini diperparah dengan kurangnya kehadiran fisik akibat pembatasan Covid-19 dan sulitnya memperoleh informasi akurat dari China.

Penangkapan Cheng Lei menandai perubahan signifikan, karena dia menjadi jurnalis terkemuka yang ditangkap berdasarkan Undang-Undang Keamanan Nasional China, mematahkan anggapan bahwa jurnalis asing kebal terhadap perlakuan semacam itu.

Hal itu mendorong pemerintah Australia untuk menginstruksikan media Australia, termasuk The Australian Financial Review, untuk menarik koresponden mereka dari China. Bahkan penerbitan visa ini pun diblokir pada pekan yang sama, dan pihak berwenang China memberlakukan larangan keluar terhadap dua wartawan Australia.

Meski Cheng telah dibebaskan dan hubungan antara Beijing dan Canberra membaik, ancaman penahanan di luar hukum masih tetap ada.

Hideji Suzuki, mantan presiden Asosiasi Pertukaran Pemuda Jepang-China, menghabiskan enam tahun di tahanan China, termasuk tujuh bulan di bawah sistem RSDL, tanpa penangkapan resmi.

Aturan itu digunakan China sebagai alat yang memudahkan pihak berwenang untuk menargetkan individu, yang sering kali mengakibatkan bentuk penyiksaan psikologis.

Kesimpulannya, penggunaan sistem RSDL di China telah menuai kecaman internasional karena pelanggaran berat terhadap HAM. Praktik ini, yang memungkinkan dilakukannya penahanan rahasia terhadap tersangka dalam jangka waktu lama, seringkali mengakibatkan penyiksaan dan kondisi yang tidak manusiawi.

Walau ada pengawasan global, penggunaan RSDL di China justru meningkat, dan dampaknya meluas ke jurnalis, aktivis HAM, eksekutif bisnis, dan warga negara asing, sehingga mengubah dinamika hubungan internasional dan interaksi bisnis dengan China.

Dunia masih mengkhawatirkan nasib mereka yang menjadi korban RSDL, karena sistem brutal ini terus menjadi “senjata control” dalam sistem hukum China.
Halaman :
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1449 seconds (0.1#10.140)