Israel Ancam Lenyapkan Iran dan Lebanon dari Muka Bumi Jika Hizbullah Ikut Perang
loading...
A
A
A
TEL AVIV - Rezim Zionis melontarkan ancaman mengerikan, yakni akan melenyapkan Iran dan Lebanon dari muka Bumi jika kelompok Hizbullah melibatkan diri dalam perang Israel dan Hamas.
Ancaman itu disampaikan Menteri Ekonomi Israel Nir Barkat dalam sebuah wawancara dengan media Inggris pekan lalu.
Pada 7 Oktober, Hamas yang berkuasa di Gaza, Palestina, meluncurkan serangan "Operasi Badai al-Aqsa" yang mengejutkan terhadap Israel. Militer Israel kemudian melancarkan serangan udara terberatnya di Gaza hingga hari ini.
Hingga hari Minggu, lebih dari 1.400 orang telah terbunuh di Israel. Sedangkan jumlah korban tewas di Gaza telah melampaui 4.000 orang.
Barkat memperingatkan bahwa Israel akan memandang peningkatan tindakan Hizbullah sebagai serangan oleh Iran.
“Rencana Iran adalah menyerang Israel di semua lini. Jika kami menemukan mereka bermaksud menargetkan Israel, kami tidak hanya akan membalas di lini tersebut, namun kami akan menyerang kepala ular, yaitu Iran,” ujarnya kepada Mail Online.
"Kami akan memastikan mereka membayar harga yang mahal jika, amit-amit, mereka membuka front utara," lanjut Barkat, yang dilansir Newsweek, Senin (23/10/2023).
“Lebanon dan Hizbullah akan menanggung akibatnya yang besar, serupa dengan apa yang Hamas harus bayar. Tapi itu tidak cukup,” katanya.
"Pesan yang sangat jelas adalah bahwa kita juga akan mengejar para pemimpin Iran. Kapan kami akan melakukan itu? [Terserah] kapan kami memutuskannya."
"Israel memiliki pesan yang sangat jelas kepada musuh-musuh kami. Kami mengatakan kepada mereka, lihat apa yang terjadi di Gaza—Anda akan mendapat perlakuan yang sama jika menyerang kami. Kami akan melenyapkan Anda dari muka Bumi," imbuh ancaman Barkat.
Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu mengatakan negaranya sedang berperang dengan Hamas dan telah memutus pasokan makanan, bahan bakar, listrik dan obat-obatan ke Gaza.
Pada hari Sabtu, Israel telah mengizinkan sejumlah bantuan masuk ke Gaza melalui Mesir. Israel telah memanggil 360.000 tentara cadangan untuk mempersiapkan serangan darat ke wilayah kantong Palestina yang dihuni sekitar 2,3 juta orang tersebut.
Hizbullah hampir setiap hari melancarkan tembakan artileri melintasi perbatasan dengan Israel sejak perang Israel-Hamas pecah 7 Oktober lalu.
Rentetan tembakan artileri berlanjut pada hari Minggu, di mana kedua belah pihak melepaskan tembakan melintasi perbatasan.
Meskipun para pemimpin Lebanon mengatakan mereka tidak ingin terlibat dalam perang, Hizbullah, yang didukung oleh Iran, memiliki kekuatan dan dukungan politik yang signifikan di negara tersebut.
Departemen Luar Negeri AS sebelumnya mengatakan kepada Newsweek bahwa Hizbullah dan kelompok lain tidak boleh terlibat dalam perang Israel-Hamas.
“Keputusan apa pun yang dilakukan Hizbullah atau aktor lain untuk menyeret Lebanon ke dalam konflik ini akan berdampak buruk bagi rakyat Lebanon. Mereka berhak mendapatkan yang lebih baik,” kata departemen tersebut melalui seorang juru bicara.
“Tidak ada yang menginginkan front kedua atau ketiga, termasuk jika menyangkut Lebanon,” imbuh Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken pada hari Minggu dalam sebuah wawancara dengan Meet the Press NBC.
“Kami telah mengirimkan pesan yang sangat kuat untuk mencoba menghalangi Hizbullah, menghalangi Iran secara lebih langsung.”
Menteri Luar Negeri Lebanon Abdallah Bou Habib memperingatkan Israel bahwa mereka juga akan menderita jika perang meningkat. Dia mengatakan bahwa situasinya bisa menjadi "tidak terkendali", yang menunjukkan bahwa pemerintah Lebanon tidak akan mampu mencegah serangan Hizbullah dan kelompok lain jika permusuhan di Gaza tidak segera diakhiri.
“Kerusakannya akan lebih buruk bagi mereka [Israel] dan juga bagi kami,” katanya dalam sebuah wawancara dengan CNN, mendesak Israel untuk mengumumkan gencatan senjata di Gaza.
"Negara mereka tidak akan aman. Semua kekuatan perlawanan ini mempunyai banyak senjata dan mereka akan menggunakannya," paparnya.
Pada Sabtu pekan lalu, wakil ketua Hizbullah, Naim Qassem, mengatakan bahwa kelompoknya siap menghadapi Israel secara langsung di medan perang.
“Jika perlu, kami akan hadir di medan perang dan menjadi bagian dari konfrontasi dalam upaya mencegah serangan Israel," katanya.
"Jelaskan bahwa kapan pun perkembangan memerlukan campur tangan kami, kami akan melakukannya...Biarkan musuh tahu bahwa kami sepenuhnya siap."
Jonathan Conricus, juru bicara militer Israel, mengatakan pada hari Minggu bahwa Hizbullah menyeret Lebanon ke dalam perang yang tidak menghasilkan apa-apa. "Namun akan mengalami kerugian besar,” katanya.
Ancaman itu disampaikan Menteri Ekonomi Israel Nir Barkat dalam sebuah wawancara dengan media Inggris pekan lalu.
Pada 7 Oktober, Hamas yang berkuasa di Gaza, Palestina, meluncurkan serangan "Operasi Badai al-Aqsa" yang mengejutkan terhadap Israel. Militer Israel kemudian melancarkan serangan udara terberatnya di Gaza hingga hari ini.
Hingga hari Minggu, lebih dari 1.400 orang telah terbunuh di Israel. Sedangkan jumlah korban tewas di Gaza telah melampaui 4.000 orang.
Barkat memperingatkan bahwa Israel akan memandang peningkatan tindakan Hizbullah sebagai serangan oleh Iran.
“Rencana Iran adalah menyerang Israel di semua lini. Jika kami menemukan mereka bermaksud menargetkan Israel, kami tidak hanya akan membalas di lini tersebut, namun kami akan menyerang kepala ular, yaitu Iran,” ujarnya kepada Mail Online.
"Kami akan memastikan mereka membayar harga yang mahal jika, amit-amit, mereka membuka front utara," lanjut Barkat, yang dilansir Newsweek, Senin (23/10/2023).
“Lebanon dan Hizbullah akan menanggung akibatnya yang besar, serupa dengan apa yang Hamas harus bayar. Tapi itu tidak cukup,” katanya.
"Pesan yang sangat jelas adalah bahwa kita juga akan mengejar para pemimpin Iran. Kapan kami akan melakukan itu? [Terserah] kapan kami memutuskannya."
"Israel memiliki pesan yang sangat jelas kepada musuh-musuh kami. Kami mengatakan kepada mereka, lihat apa yang terjadi di Gaza—Anda akan mendapat perlakuan yang sama jika menyerang kami. Kami akan melenyapkan Anda dari muka Bumi," imbuh ancaman Barkat.
Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu mengatakan negaranya sedang berperang dengan Hamas dan telah memutus pasokan makanan, bahan bakar, listrik dan obat-obatan ke Gaza.
Pada hari Sabtu, Israel telah mengizinkan sejumlah bantuan masuk ke Gaza melalui Mesir. Israel telah memanggil 360.000 tentara cadangan untuk mempersiapkan serangan darat ke wilayah kantong Palestina yang dihuni sekitar 2,3 juta orang tersebut.
Hizbullah hampir setiap hari melancarkan tembakan artileri melintasi perbatasan dengan Israel sejak perang Israel-Hamas pecah 7 Oktober lalu.
Rentetan tembakan artileri berlanjut pada hari Minggu, di mana kedua belah pihak melepaskan tembakan melintasi perbatasan.
Meskipun para pemimpin Lebanon mengatakan mereka tidak ingin terlibat dalam perang, Hizbullah, yang didukung oleh Iran, memiliki kekuatan dan dukungan politik yang signifikan di negara tersebut.
Departemen Luar Negeri AS sebelumnya mengatakan kepada Newsweek bahwa Hizbullah dan kelompok lain tidak boleh terlibat dalam perang Israel-Hamas.
“Keputusan apa pun yang dilakukan Hizbullah atau aktor lain untuk menyeret Lebanon ke dalam konflik ini akan berdampak buruk bagi rakyat Lebanon. Mereka berhak mendapatkan yang lebih baik,” kata departemen tersebut melalui seorang juru bicara.
“Tidak ada yang menginginkan front kedua atau ketiga, termasuk jika menyangkut Lebanon,” imbuh Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken pada hari Minggu dalam sebuah wawancara dengan Meet the Press NBC.
“Kami telah mengirimkan pesan yang sangat kuat untuk mencoba menghalangi Hizbullah, menghalangi Iran secara lebih langsung.”
Menteri Luar Negeri Lebanon Abdallah Bou Habib memperingatkan Israel bahwa mereka juga akan menderita jika perang meningkat. Dia mengatakan bahwa situasinya bisa menjadi "tidak terkendali", yang menunjukkan bahwa pemerintah Lebanon tidak akan mampu mencegah serangan Hizbullah dan kelompok lain jika permusuhan di Gaza tidak segera diakhiri.
“Kerusakannya akan lebih buruk bagi mereka [Israel] dan juga bagi kami,” katanya dalam sebuah wawancara dengan CNN, mendesak Israel untuk mengumumkan gencatan senjata di Gaza.
"Negara mereka tidak akan aman. Semua kekuatan perlawanan ini mempunyai banyak senjata dan mereka akan menggunakannya," paparnya.
Pada Sabtu pekan lalu, wakil ketua Hizbullah, Naim Qassem, mengatakan bahwa kelompoknya siap menghadapi Israel secara langsung di medan perang.
“Jika perlu, kami akan hadir di medan perang dan menjadi bagian dari konfrontasi dalam upaya mencegah serangan Israel," katanya.
"Jelaskan bahwa kapan pun perkembangan memerlukan campur tangan kami, kami akan melakukannya...Biarkan musuh tahu bahwa kami sepenuhnya siap."
Jonathan Conricus, juru bicara militer Israel, mengatakan pada hari Minggu bahwa Hizbullah menyeret Lebanon ke dalam perang yang tidak menghasilkan apa-apa. "Namun akan mengalami kerugian besar,” katanya.
(mas)