Tak Cuma Masjid, Israel Juga Hancurkan Gereja di Jalur Gaza
loading...
A
A
A
JALUR GAZA - Israel terus membombardir Jalur Gaza tanpa pandang bulu. Tidak hanya rumah sakit dan masjid, gereja juga menjadi sasaran serangan Zionis Israel.
Patriarkat Ortodoks Yerusalem, denominasi utama Kristen Palestina, mengatakan bahwa semalam pasukan Israel telah menyerang Gereja Saint Porphyrius di Kota Gaza, tempat ratusan umat Kristen dan Muslim mencari perlindungan.
Dikatakan bahwa menargetkan gereja-gereja yang digunakan sebagai tempat perlindungan bagi orang-orang yang melarikan diri dari pemboman adalah kejahatan perang yang tidak dapat diabaikan.
Video dari lokasi kejadian menunjukkan seorang anak laki-laki yang terluka dibawa dari reruntuhan pada malam hari.
“Mereka merasa akan aman di sini. Mereka datang dari pemboman dan kehancuran, dan mereka mengatakan akan aman di sini namun kehancuran mengejar mereka,” teriak seorang pria seperti dikutip dari Reuters, Sabtu (21/10/2023).
Kantor media pemerintah yang dikelola Hamas di Gaza mengatakan 18 warga Kristen Palestina telah terbunuh, sementara Kementerian Kesehatan kemudian menyebutkan jumlah korban jiwa sebanyak 16 orang.
Militer Israel mengatakan sebagian dari gereja tersebut rusak akibat serangan jet tempur terhadap pusat komando Hamas di dekatnya yang terlibat dalam peluncuran roket dan mortir ke arah Israel, dan pihaknya sedang meninjau insiden tersebut.
“IDF (Pasukan Pertahanan Israel) dapat dengan tegas menyatakan bahwa gereja bukanlah sasaran serangan,” katanya.
Israel telah mengumpulkan tank dan pasukan di dekat perimeter Jalur Gaza untuk melakukan invasi darat.
Menteri Pertahanan Yoav Gallant mengatakan bahwa mencapai tujuan Israel tidak akan mudah dan cepat.
"Kami akan menggulingkan organisasi Hamas. Kami akan menghancurkan infrastruktur militer dan pemerintahannya. Ini adalah fase yang tidak mudah. Ada konsekuensinya," katanya kepada komite parlemen.
Dia menambahkan bahwa fase selanjutnya akan lebih berlarut-larut, namun bertujuan untuk mencapai situasi keamanan yang benar-benar berbeda tanpa adanya ancaman terhadap Israel dari Gaza.
“Ini bukan sehari, bukan seminggu, dan sayangnya bukan sebulan,” ujarnya.
Patriarkat Ortodoks Yerusalem, denominasi utama Kristen Palestina, mengatakan bahwa semalam pasukan Israel telah menyerang Gereja Saint Porphyrius di Kota Gaza, tempat ratusan umat Kristen dan Muslim mencari perlindungan.
Dikatakan bahwa menargetkan gereja-gereja yang digunakan sebagai tempat perlindungan bagi orang-orang yang melarikan diri dari pemboman adalah kejahatan perang yang tidak dapat diabaikan.
Video dari lokasi kejadian menunjukkan seorang anak laki-laki yang terluka dibawa dari reruntuhan pada malam hari.
Baca Juga
“Mereka merasa akan aman di sini. Mereka datang dari pemboman dan kehancuran, dan mereka mengatakan akan aman di sini namun kehancuran mengejar mereka,” teriak seorang pria seperti dikutip dari Reuters, Sabtu (21/10/2023).
Kantor media pemerintah yang dikelola Hamas di Gaza mengatakan 18 warga Kristen Palestina telah terbunuh, sementara Kementerian Kesehatan kemudian menyebutkan jumlah korban jiwa sebanyak 16 orang.
Militer Israel mengatakan sebagian dari gereja tersebut rusak akibat serangan jet tempur terhadap pusat komando Hamas di dekatnya yang terlibat dalam peluncuran roket dan mortir ke arah Israel, dan pihaknya sedang meninjau insiden tersebut.
“IDF (Pasukan Pertahanan Israel) dapat dengan tegas menyatakan bahwa gereja bukanlah sasaran serangan,” katanya.
Israel telah mengumpulkan tank dan pasukan di dekat perimeter Jalur Gaza untuk melakukan invasi darat.
Menteri Pertahanan Yoav Gallant mengatakan bahwa mencapai tujuan Israel tidak akan mudah dan cepat.
"Kami akan menggulingkan organisasi Hamas. Kami akan menghancurkan infrastruktur militer dan pemerintahannya. Ini adalah fase yang tidak mudah. Ada konsekuensinya," katanya kepada komite parlemen.
Dia menambahkan bahwa fase selanjutnya akan lebih berlarut-larut, namun bertujuan untuk mencapai situasi keamanan yang benar-benar berbeda tanpa adanya ancaman terhadap Israel dari Gaza.
“Ini bukan sehari, bukan seminggu, dan sayangnya bukan sebulan,” ujarnya.
(ian)