Kenangan Pahit Perang Yom Kippur, Koalisi Negara Arab Keok oleh Israel
loading...
A
A
A
GAZA - Perang Yom Kippur menjadi salah satu kenangan pahit bagi negara-negara koalisi Arab karena harus takluk di tangan Israel hanya dalam waktu singkat.
Perang Yom Kippur yang terjadi pada 6 Oktober 1973 dilatarbelakangi oleh koalisi negara Arab yang ingin mengembalikan wilayahnya yang hilang karena direbut Israel pada Perang Arab ketiga tahun 1967.
Menurut History, kemenangan menakjubkan Israel dalam Perang Enam Hari tahun 1967 membuat negara Yahudi itu menguasai wilayah empat kali lebih besar dari luas sebelumnya.
Mesir kehilangan Semenanjung Sinai dan Jalur Gaza, Yordania kehilangan Tepi Barat dan Yerusalem, sementara Suriah kehilangan Dataran Tinggi Golan.
Baca Juga: Mengapa Fatah Tidak Ikut Membantu Hamas? dari Perbedaan Ideologi hingga Rivalitas Gerakan
Ketika Israel memenangkan pertempuran di tahun 1967 tersebut, Presiden Mesir kala itu Anwar Sadat berpikiran bahwa jika melakukan perjanjian perjanjian perdamaian dengan Israel hanya akan merugikan negaranya, mengingat Negeri Yahudi itu baru saja mendapat kemenangan besar.
Sepanjang tahun 1972 sampai 1973, Sadat Sadat mengancam perang kecuali Amerika Serikat memaksa Israel untuk menerima interpretasinya terhadap Resolusi 242 – penarikan total Israel dari wilayah yang direbut pada tahun 1967.
Pada saat yang sama, Sadat meminta Soviet untuk memberikan tekanan terhadap Amerika Serikat dan memberikan Mesir senjata yang lebih ofensif. Namun Uni Soviet justru menolak permintaan tersebut, yang membuat Sadat mengusir sekitar 20.000 penasihat Soviet dari Mesir secara tiba-tiba.
Dilansir dari Jewish Virtual Library, Mesir dan Suriah melancarkan serangan mendadak terkoordinasi terhadap Israel. Jumlah kekuatan mereka dapat dikatakan setara dengan NATO di Eropa.
Terdapat sekitar 180 tank Israel menghadapi serangan gencar 1.400 tank Suriah di Dataran Tinggi Golan. Di sepanjang Terusan Suez, kurang dari 500 pembela Israel dengan hanya tiga tank diserang oleh 600.000 tentara Mesir, yang didukung oleh 2.000 tank dan 550 pesawat.
Perang Yom Kippur yang terjadi pada 6 Oktober 1973 dilatarbelakangi oleh koalisi negara Arab yang ingin mengembalikan wilayahnya yang hilang karena direbut Israel pada Perang Arab ketiga tahun 1967.
Menurut History, kemenangan menakjubkan Israel dalam Perang Enam Hari tahun 1967 membuat negara Yahudi itu menguasai wilayah empat kali lebih besar dari luas sebelumnya.
Mesir kehilangan Semenanjung Sinai dan Jalur Gaza, Yordania kehilangan Tepi Barat dan Yerusalem, sementara Suriah kehilangan Dataran Tinggi Golan.
Baca Juga: Mengapa Fatah Tidak Ikut Membantu Hamas? dari Perbedaan Ideologi hingga Rivalitas Gerakan
Ketika Israel memenangkan pertempuran di tahun 1967 tersebut, Presiden Mesir kala itu Anwar Sadat berpikiran bahwa jika melakukan perjanjian perjanjian perdamaian dengan Israel hanya akan merugikan negaranya, mengingat Negeri Yahudi itu baru saja mendapat kemenangan besar.
Sepanjang tahun 1972 sampai 1973, Sadat Sadat mengancam perang kecuali Amerika Serikat memaksa Israel untuk menerima interpretasinya terhadap Resolusi 242 – penarikan total Israel dari wilayah yang direbut pada tahun 1967.
Pada saat yang sama, Sadat meminta Soviet untuk memberikan tekanan terhadap Amerika Serikat dan memberikan Mesir senjata yang lebih ofensif. Namun Uni Soviet justru menolak permintaan tersebut, yang membuat Sadat mengusir sekitar 20.000 penasihat Soviet dari Mesir secara tiba-tiba.
Dimulainya Perang Yom Kippur
Perang akhirnya dimulai pada tanggal 6 Oktober 1973, dimana pada saat itu umat Yahudi tengah merayakan hari suci Yom Kippur. Sedangkan untuk umat muslim perang itu berlangsung ketika Bulan Ramadhan.Dilansir dari Jewish Virtual Library, Mesir dan Suriah melancarkan serangan mendadak terkoordinasi terhadap Israel. Jumlah kekuatan mereka dapat dikatakan setara dengan NATO di Eropa.
Terdapat sekitar 180 tank Israel menghadapi serangan gencar 1.400 tank Suriah di Dataran Tinggi Golan. Di sepanjang Terusan Suez, kurang dari 500 pembela Israel dengan hanya tiga tank diserang oleh 600.000 tentara Mesir, yang didukung oleh 2.000 tank dan 550 pesawat.