Negara-negara Arab: Rakyat Palestina Harus Tetap di Gaza
loading...
A
A
A
GAZA - Negara-negara Arab mengatakan rakyat Palestina di Jalur Gaza harus tetap di tanah mereka.
Negara-negara tetangga Palestina itu menganggap ultimatum Israel agar lebih dari 1 juta warga Palestina meninggalkan Gaza menjelang serangan darat sebagai tindakan pengusiran.
Dua negara Arab yang keras mengecam ultimatum Israel adalah Mesir dan Yordania. Keduanya berbatasan langsung dengan Palestina.
Reaksi kedua negara itu mencerminkan ketakutan Arab yang mengakar bahwa perang terbaru Israel dengan Hamas di Gaza dapat memicu gelombang baru pengungsian permanen dari tanah tempat warga Palestina ingin membangun negaranya di masa depan.
“Ini adalah penyebab dari semua penyebab, penyebab seluruh bangsa Arab,” kata Presiden Mesir Abdel Fattah al-Sisi. "Penting bagi rakyat (Palestina) untuk tetap berdiri dan hadir di tanah mereka.”
Bagi warga Palestina, gagasan untuk meninggalkan atau dipaksa keluar dari tanah tempat mereka memiliki kesamaan dengan “Nakba” atau “malapetaka”, ketika banyak warga Palestina meninggalkan rumah mereka selama perang tahun 1948 yang menyertai berdirinya Israel.
Selama Nakba, sekitar 700.000 warga Palestina, setengah dari populasi Arab di wilayah Palestina yang dikuasai Inggris, melarikan diri atau diusir dari rumah mereka. Banyak dari mereka yang pindah ke negara-negara Arab tetangga di mana mereka atau banyak keturunan mereka masih tinggal. Banyak yang masih tinggal di kamp pengungsi.
Israel membantah pernyataan bahwa mereka mengusir warga Palestina dan menyatakan bahwa mereka diserang oleh lima negara Arab sehari setelah pembentukannya.
Sejak Israel melancarkan pengeboman yang gencar terhadap Gaza setelah serangan dahsyat oeh Hamas pada 7 Oktober lalu, ratusan ribu dari 2,3 juta penduduk Gaza telah meninggalkan rumah mereka. Mayoritas dari mereka menolak meninggalkan Gaza.
Militer Israel pada hari Jumat memperingatkan warga sipil di Kota Gaza, yang berjumlah lebih dari 1 juta orang, untuk pindah ke selatan dalam waktu 24 jam demi keselamatan mereka sendiri, sebuah sinyal bahwa Israel dapat segera melancarkan invasi darat.
Negara-negara tetangga Palestina itu menganggap ultimatum Israel agar lebih dari 1 juta warga Palestina meninggalkan Gaza menjelang serangan darat sebagai tindakan pengusiran.
Dua negara Arab yang keras mengecam ultimatum Israel adalah Mesir dan Yordania. Keduanya berbatasan langsung dengan Palestina.
Reaksi kedua negara itu mencerminkan ketakutan Arab yang mengakar bahwa perang terbaru Israel dengan Hamas di Gaza dapat memicu gelombang baru pengungsian permanen dari tanah tempat warga Palestina ingin membangun negaranya di masa depan.
“Ini adalah penyebab dari semua penyebab, penyebab seluruh bangsa Arab,” kata Presiden Mesir Abdel Fattah al-Sisi. "Penting bagi rakyat (Palestina) untuk tetap berdiri dan hadir di tanah mereka.”
Bagi warga Palestina, gagasan untuk meninggalkan atau dipaksa keluar dari tanah tempat mereka memiliki kesamaan dengan “Nakba” atau “malapetaka”, ketika banyak warga Palestina meninggalkan rumah mereka selama perang tahun 1948 yang menyertai berdirinya Israel.
Selama Nakba, sekitar 700.000 warga Palestina, setengah dari populasi Arab di wilayah Palestina yang dikuasai Inggris, melarikan diri atau diusir dari rumah mereka. Banyak dari mereka yang pindah ke negara-negara Arab tetangga di mana mereka atau banyak keturunan mereka masih tinggal. Banyak yang masih tinggal di kamp pengungsi.
Israel membantah pernyataan bahwa mereka mengusir warga Palestina dan menyatakan bahwa mereka diserang oleh lima negara Arab sehari setelah pembentukannya.
Sejak Israel melancarkan pengeboman yang gencar terhadap Gaza setelah serangan dahsyat oeh Hamas pada 7 Oktober lalu, ratusan ribu dari 2,3 juta penduduk Gaza telah meninggalkan rumah mereka. Mayoritas dari mereka menolak meninggalkan Gaza.
Militer Israel pada hari Jumat memperingatkan warga sipil di Kota Gaza, yang berjumlah lebih dari 1 juta orang, untuk pindah ke selatan dalam waktu 24 jam demi keselamatan mereka sendiri, sebuah sinyal bahwa Israel dapat segera melancarkan invasi darat.