Siapakah Narges Mohammadi, Pemenang Hadiah Nobel Perdamaian?

Jum'at, 06 Oktober 2023 - 22:03 WIB
loading...
A A A
“Pemerintah tidak mampu mematahkan protes rakyat Iran,” katanya kepada AFP pada bulan September dalam jawaban tertulis dari penjara Evin di Teheran tempat dia ditahan, menggambarkan gelombang protes sebagai hal yang “tidak dapat diubah.”

Suara Bagi Mereka yang Tak Bersuara


Lahir pada tahun 1972 di Zanjan, barat laut Iran, Mohammadi belajar fisika sebelum menjadi seorang insinyur. Namun dia kemudian memulai karir baru di bidang jurnalisme, bekerja untuk surat kabar yang saat itu merupakan bagian dari gerakan reformis.

Pada tahun 2000-an, ia bergabung dengan Pusat Pembela Hak Asasi Manusia, yang didirikan oleh pengacara Iran Shirin Ebadi, pemenang Hadiah Nobel Perdamaian pada tahun 2003, yang secara khusus memperjuangkan penghapusan hukuman mati.

"Narges mempunyai kemungkinan untuk meninggalkan negara itu tetapi dia selalu menolak... Dia menjadi suara bagi mereka yang tidak bersuara," kata Reza Moini, seorang aktivis hak asasi manusia Iran yang berbasis di Paris yang mengenalnya dengan baik.

“Bahkan di penjara, dia tidak melupakan tugasnya dan memberikan informasi tentang situasi para tahanan,” imbuh Moini.

Dalam bukunya "Penyiksaan Putih", Mohammadi mengecam kondisi penahanan para tahanan, khususnya penggunaan sel isolasi, yang menurutnya juga dialami oleh dirinya sendiri.

Pembaruan rutin tentang situasi di penjara diposting di akun Instagram yang dijalankan oleh keluarganya.

Mohammadi dan rekan-rekan narapidana pada peringatan kematian Mahsa Amini melakukan protes simbolis di halaman rumah Evin dengan membakar jilbab mereka.

Hancurnya Hati Mohammadi


Mohammadi pada bulan September mengatakan kepada AFP bahwa dia saat ini menjalani hukuman gabungan 10 tahun dan sembilan bulan penjara, juga telah dijatuhi hukuman 154 cambukan dan lima kasus yang menjeratnya terkait dengan aktivitasnya di penjara saja.

“Saya hampir tidak punya prospek kebebasan,” katanya.

Amnesty International menggambarkannya sebagai tahanan hati nurani yang ditahan secara sewenang-wenang.

Mohammadi sangat merindukan masa kecil anak kembarnya, Kiana dan Ali, serta rasa sakit karena berpisah dari suaminya, Rahmani.
Halaman :
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1017 seconds (0.1#10.140)