Siapakah Narges Mohammadi, Pemenang Hadiah Nobel Perdamaian?
loading...
A
A
A
JAKARTA - Ketika Ketua Komite Nobel Norwegia mengumumkan pemenang hadiah Nobel Perdamaian, Narges Mohammadi, dia membacakan slogan yang terkait dengan gerakan hak-hak perempuan di Iran.
“Perempuan, kehidupan, kebebasan,” kata Berit Reiss-Andersen, Jumat (6/10/2023).
Mohammadi adalah seorang aktivis hak asasi manusia dan fisikawan Iran terkemuka yang telah berjuang melawan penindasan terhadap perempuan di Iran.
Berikut sekilas profil aktivis perempuan Iran itu yang saat ini mendekam di penjara.
Aktivis perempuan Iran Narges Mohammadi selama beberapa dekade telah berkampanye mengenai isu-isu paling sensitif di republik Islam tersebut. Ia menentang pilar-pilar sistem ulama termasuk hukuman mati dan kewajiban hijab, dan dengan tegas menolak untuk menghentikan kampanyenya bahkan di balik jeruji besi.
Dia tidak bertemu anak-anaknya selama delapan tahun, menghabiskan sebagian besar hidupnya di penjara dan mengakui bahwa tidak ada kemungkinan pembebasan dalam waktu dekat.
Namun dia tetap menegaskan perjuangannya tidak sia-sia, dan mengatakan bahwa gerakan protes yang meletus satu tahun lalu di Iran melawan republik Islam tersebut masih hidup.
Pertama kali ditangkap 22 tahun lalu, Mohammadi (51), telah menghabiskan sebagian besar waktunya selama dua dekade terakhir keluar masuk penjara karena tak henti-hentinya mengkampanyekan hak asasi manusia di Iran. Dia terakhir dipenjara sejak November 2021.
Aktivis tersebut "adalah orang paling gigih yang saya kenal,” kata suaminya Taghi Rahmani, yang menjadi pengungsi di Prancis sejak 2012 bersama dua anak mereka, si kembar yang kini berusia 17 tahun, kepada AFP.
“Dia punya tiga tujuan dalam hidupnya – penghormatan terhadap hak asasi manusia, komitmen feminisnya, dan keadilan atas semua kejahatan yang telah dilakukan,” kata Rahmani.
Meskipun dia hanya bisa menyaksikan dari balik jeruji besi protes yang terjadi setelah kematian Mahsa Amini pada 16 September 2022 – yang ditangkap karena melanggar aturan berpakaian bagi perempuan yang ketat di Iran – ia mengatakan gerakan ini memperjelas tingkat ketidakpuasan di masyarakat.
“Perempuan, kehidupan, kebebasan,” kata Berit Reiss-Andersen, Jumat (6/10/2023).
Mohammadi adalah seorang aktivis hak asasi manusia dan fisikawan Iran terkemuka yang telah berjuang melawan penindasan terhadap perempuan di Iran.
Berikut sekilas profil aktivis perempuan Iran itu yang saat ini mendekam di penjara.
Siapakah Narges Mohammadi?
Aktivis perempuan Iran Narges Mohammadi selama beberapa dekade telah berkampanye mengenai isu-isu paling sensitif di republik Islam tersebut. Ia menentang pilar-pilar sistem ulama termasuk hukuman mati dan kewajiban hijab, dan dengan tegas menolak untuk menghentikan kampanyenya bahkan di balik jeruji besi.
Dia tidak bertemu anak-anaknya selama delapan tahun, menghabiskan sebagian besar hidupnya di penjara dan mengakui bahwa tidak ada kemungkinan pembebasan dalam waktu dekat.
Namun dia tetap menegaskan perjuangannya tidak sia-sia, dan mengatakan bahwa gerakan protes yang meletus satu tahun lalu di Iran melawan republik Islam tersebut masih hidup.
Pertama kali ditangkap 22 tahun lalu, Mohammadi (51), telah menghabiskan sebagian besar waktunya selama dua dekade terakhir keluar masuk penjara karena tak henti-hentinya mengkampanyekan hak asasi manusia di Iran. Dia terakhir dipenjara sejak November 2021.
Aktivis tersebut "adalah orang paling gigih yang saya kenal,” kata suaminya Taghi Rahmani, yang menjadi pengungsi di Prancis sejak 2012 bersama dua anak mereka, si kembar yang kini berusia 17 tahun, kepada AFP.
“Dia punya tiga tujuan dalam hidupnya – penghormatan terhadap hak asasi manusia, komitmen feminisnya, dan keadilan atas semua kejahatan yang telah dilakukan,” kata Rahmani.
Meskipun dia hanya bisa menyaksikan dari balik jeruji besi protes yang terjadi setelah kematian Mahsa Amini pada 16 September 2022 – yang ditangkap karena melanggar aturan berpakaian bagi perempuan yang ketat di Iran – ia mengatakan gerakan ini memperjelas tingkat ketidakpuasan di masyarakat.