Pandemi Covid-19 Membuat Peritel di AS Hadapi Masa Sulit

Selasa, 04 Agustus 2020 - 06:35 WIB
loading...
A A A
J.C. Penney juga mengatakan akan menutup kembi 13 gerainya yang lain sebagai bagian dari rencana restrukturisasi. Sebelumnya, perusahaan berencana akan menutup 250 tokonya sampai 2021.

Tahun ini menjadi periode pahit bagi berbagai perusahaan ritel di pusat perbelanjaan. Sebab, wabah Covid-19 membuat seluruh toko tutup selama berbulan-bulan. Meski lockdown perlahan dibuka, daya beli dan tingkat konsumsi masyarakat menurun dan melambat sehingga perusahaan ritel mengalami penurunan penjualan.

"Beberapa perusahaan tidak akan mampu bertahan," kata McGrail, COO Tiger Capital Group. "Badai kebangkrutan ini juga akan menghujani Wall Street mengingat dampak Covid-19 sangat luas dan besar," sambungnya.

Perusahaan ritel besar seperti Neiman Marcus yang bangkrut pada Mei kemungkinan akan hilang sepenuhnya atau membangun jaringan lebih kecil. Namun, sekalipun Neiman Marcus berhasil menghindari kebangkrutan dengan menaikkan utang, perjalanannya akan tetap melalui jalur yang terjal. (Baca juga: Janda Muda Klepek-klepek Dijanjikan Akan Dinikahi Anggota TNI Gadungan)

Para ahli mengatakan pengiriman surat kebangkrutan dapat dipersiapkan 2-3 pekan. Sebagian besar ritel berupaya melewati lockdown pertama pada Maret dan berharap dapat kembali berbisnis pada April. Namun, rencana itu tidak sesuai dengan kenyataan yang ditutup hingga Mei.

"Saya kira akan ada banyak perusahaan yang bangkrut tahun ini," kata pengamat Michael Kollender. "Kita akan melihat beberapa perusahaan hilang dan tidak kembali, terutama mereka yang sudah kesulitan sebelum pandemi. Situasi ini sangat menakutkan."

J.C. Penny juga berencana menjual aset kepada Sycamore Partners, perusahaan ekuitas swasta yang dikenal sebagai peminat perusahaan bangkrut, menyusul sempitnya pilihan. Ribuan toko ritel di AS kini berdebu akibat ditutup berbulan-bulan atau rusak. (Lihat videonya: Seorang Bocah Jadi Korban Begal di Depan Rumahnya Sendiri)

"Saya kira J.C. Penney tidak memiliki masa depan yang cerah. Begitupun dengan toko-toko di mall B dan C," ujar Mark Cohen dari Columbia Business School. "Kita melihat betapa banyaknya perusahaan ritel yang bangkrut. Bahkan perusahaan raksasa pun terkena getahnya. Tanda-tanda keruntuhan telah dimulai." (Muh Shamil)
(ysw)
Halaman :
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1723 seconds (0.1#10.140)