Sentil AS, Putin Ancam Cabut Perjanjian Larangan Uji Coba Nuklir
loading...
A
A
A
MOSKOW - Presiden Vladimir Putin memperingatkan bahwa parlemen Rusia dapat mencabut ratifikasi perjanjian yang melarang uji coba nuklir. Ia mengatakan hal itu usai mengumumkan Rusia berhasil menguji coba rudal jelajah bertenaga nuklir terbaru.
Dalam pidatonya di forum pakar kebijakan luar negeri, Putin menyebut Rusia dapat meniru apa yang dilakukan oleh Amerika Serikat (AS). AS telah menandatangani namun belum meratifikasi Larangan Uji Coba Nuklir Komprehensif tahun 1996, sementara Rusia telah menandatangani dan meratifikasinya.
“Secara teoritis, kami dapat mencabut ratifikasi tersebut.” ujarnya seperti dikutip dari AP, Jumat (6/10/2023).
Putin mengatakan bahwa meskipun beberapa ahli telah berbicara tentang perlunya melakukan uji coba nuklir, dia belum memberikan pendapat mengenai masalah tersebut.
“Saya belum siap mengatakan apakah kami perlu melakukan tes atau tidak,” ujarnya.
Pernyataan Putin muncul di tengah kekhawatiran yang meluas bahwa Rusia akan melanjutkan uji coba nuklir untuk mencoba mencegah negara-negara Barat terus memberikan dukungan militer kepada Ukraina setelah Kremlin mengirim pasukan ke negara tersebut. Banyak tokoh oposisi Rusia yang mendukung dimulainya kembali uji coba tersebut.
Doktrin pertahanan Rusia mengamanatkan negara itu akan memberikan respons nuklir terhadap serangan atom atau bahkan serangan dengan senjata konvensional yang mengancam keberadaan negara Rusia.
Kata-kata yang tidak jelas tersebut telah menyebabkan beberapa pakar Rusia mendesak Kremlin untuk mempertajamnya, guna memaksa Barat untuk menanggapi peringatan tersebut dengan lebih serius.
Salah satu dari mereka, Sergei Karaganov, pakar luar negeri Rusia yang menjadi penasihat Dewan Keamanan Putin, berpendapat bahwa Moskow harus meningkatkan ancaman nuklirnya untuk “mematahkan keinginan Barat” atau bahkan melancarkan serangan nuklir terbatas terhadap sekutu NATO di Eropa jika Barat gagal berhenti mendukung Ukraina.
Menanggapi seruan Karaganov tentang kemungkinan perubahan dalam doktrin nuklir Rusia, Putin pada Rabu lalu menjawab bahwa dia tidak melihat alasan apapun untuk melakukan hal tersebut.
“Tidak ada situasi di mana sesuatu dapat mengancam kenegaraan Rusia dan keberadaan negara Rusia,” katanya.
“Saya pikir tidak ada orang yang berpikiran jernih dan memiliki ingatan jernih yang memiliki ide untuk menggunakan senjata nuklir melawan Rusia,” tukasnya.
Dalam pidatonya di forum pakar kebijakan luar negeri, Putin menyebut Rusia dapat meniru apa yang dilakukan oleh Amerika Serikat (AS). AS telah menandatangani namun belum meratifikasi Larangan Uji Coba Nuklir Komprehensif tahun 1996, sementara Rusia telah menandatangani dan meratifikasinya.
“Secara teoritis, kami dapat mencabut ratifikasi tersebut.” ujarnya seperti dikutip dari AP, Jumat (6/10/2023).
Putin mengatakan bahwa meskipun beberapa ahli telah berbicara tentang perlunya melakukan uji coba nuklir, dia belum memberikan pendapat mengenai masalah tersebut.
“Saya belum siap mengatakan apakah kami perlu melakukan tes atau tidak,” ujarnya.
Pernyataan Putin muncul di tengah kekhawatiran yang meluas bahwa Rusia akan melanjutkan uji coba nuklir untuk mencoba mencegah negara-negara Barat terus memberikan dukungan militer kepada Ukraina setelah Kremlin mengirim pasukan ke negara tersebut. Banyak tokoh oposisi Rusia yang mendukung dimulainya kembali uji coba tersebut.
Doktrin pertahanan Rusia mengamanatkan negara itu akan memberikan respons nuklir terhadap serangan atom atau bahkan serangan dengan senjata konvensional yang mengancam keberadaan negara Rusia.
Kata-kata yang tidak jelas tersebut telah menyebabkan beberapa pakar Rusia mendesak Kremlin untuk mempertajamnya, guna memaksa Barat untuk menanggapi peringatan tersebut dengan lebih serius.
Salah satu dari mereka, Sergei Karaganov, pakar luar negeri Rusia yang menjadi penasihat Dewan Keamanan Putin, berpendapat bahwa Moskow harus meningkatkan ancaman nuklirnya untuk “mematahkan keinginan Barat” atau bahkan melancarkan serangan nuklir terbatas terhadap sekutu NATO di Eropa jika Barat gagal berhenti mendukung Ukraina.
Menanggapi seruan Karaganov tentang kemungkinan perubahan dalam doktrin nuklir Rusia, Putin pada Rabu lalu menjawab bahwa dia tidak melihat alasan apapun untuk melakukan hal tersebut.
“Tidak ada situasi di mana sesuatu dapat mengancam kenegaraan Rusia dan keberadaan negara Rusia,” katanya.
“Saya pikir tidak ada orang yang berpikiran jernih dan memiliki ingatan jernih yang memiliki ide untuk menggunakan senjata nuklir melawan Rusia,” tukasnya.
(ian)