8 Bukti Prancis Kehilangan Pengaruh Neokolonialisme di Afrika

Selasa, 26 September 2023 - 13:35 WIB
loading...
A A A
Sebelumnya, Prancis terpaksa mundur dari Mali, yang pemerintahannya sangat tidak puas dengan kegagalan Operasi Barkhane anti-teror Prancis, dan bahkan menuduh Paris membantu pemberontak Tuareg dan kelompok Islamis.

Begitu pula dengan warga Burkina Faso dan Niger yang menyatakan penolakannya terhadap kehadiran pasukan Prancis. Pemerintah Prancis mengumumkan penarikan diri dari Mali pada Juni 2021, dan menyelesaikannya pada Agustus 2022. Setelah menarik diri, Paris merelokasi sebagian pasukannya ke Niger. Pada saat itu, Presiden Niger Bazoum dipandang oleh Istana Elysee sebagai sekutu setianya.

4. ECOWAS Tak Punya Nyali

8 Bukti Prancis Kehilangan Pengaruh Neokolonialisme di Afrika

Foto/Reuters

Setelah penggulingan Bazoum, Prancis berusaha mempertahankan kendali di wilayah tersebut dengan cara apa pun, mengancam dan menghina pemerintah de facto. Komunitas Ekonomi Negara-negara Afrika Barat (ECOWAS) pro-Barat yang dipimpin Nigeria bahkan menyatakan akan menggunakan opsi militer untuk mengembalikan Bazoum berkuasa. Sebagai tanggapan, Mali, Burkina Faso, Niger membuat pakta militer-politik - Aliansi Negara Sahel (AES), yang menyatakan bahwa mereka akan melindungi Niamey dari intervensi.

“Prancis sendiri tidak memiliki kapasitas militer untuk mengembalikan situasi di Niger atau wilayah Sahel,” jelas Raffone. “Tiga negara – Mali, Burkina Faso, Niger – telah menandatangani pakta politik-militer untuk mencegah Perancis masuk (mungkin lebih banyak negara akan bergabung) secara de facto sehingga mengurangi relevansi ECOWAS yang berpusat di Nigeria. Menghadapi kenyataan ini, dan mempertimbangkan meningkatnya ketidakpuasan di kalangan Angkatan Darat Perancis, Presiden Macron akhirnya memutuskan untuk menarik diplomat dan militer dari Niger.

Hal ini mungkin diadopsi dalam perjanjian dengan AS yang akan mencoba mempertahankan pasukannya di Niger sambil bernegosiasi dengan Rusia dan China yang, menurut analis Amerika, akan tetap berada di sana. Hasilnya adalah Perancis keluar dari Niger dan mungkin UE akan segera keluar dari kawasan ini.

5. Prancis Jadi Negeri Kerdil

8 Bukti Prancis Kehilangan Pengaruh Neokolonialisme di Afrika

Foto/Reuters

“Hilangnya 'Francafrique' merupakan [pukulan] serius bagi prestise Perancis. Tanpa ketergantungan neokolonial di Afrika, Prancis bukan lagi sebuah 'kekuatan' tetapi salah satu negara kecil Eropa yang perlu menyelesaikan banyak masalah kohesi internalnya. dan hubungannya dengan negara-negara tetangga di Eropa. Ini adalah akhir dari 'keistimewaan' Prancis,” saran Raffone.

Ian Liebenberg, ilmuwan politik dan profesor emeritus di Universitas Namibia dan Universitas Stellenbosch di Afrika Selatan, tampaknya memiliki pendirian serupa.

“Jelas, hal ini akan berdampak negatif dalam arti bahwa hal ini merupakan indikasi bagi banyak orang di benua Afrika dan tempat lain di dunia bahwa dominasi Prancis atas Afrika Barat sedang melemah. Apakah hal ini akan memakan waktu lama atau sebentar, tidak ada yang tahu. " kata Liebenberg kepada Sputnik. "Tetapi memang benar, saya pikir citra Prancis telah terpuruk."

Seorang anggota Partai Pembaruan Demokrat dan Republik Niger, Omar Mukhtar Al-Ansari, percaya bahwa langkah Macron menandai kerugian bagi Prancis dan kemenangan bagi rakyat Niger, yang telah menuntut penarikan Prancis selama dua bulan dan mengadakan banyak protes. Berbicara di radio Sputnik Arab, ia menyatakan bahwa “pernyataan Presiden Perancis bahwa keputusan penarikan pasukan disebabkan oleh keinginan sepihak Perancis sangatlah aneh, karena sebenarnya hal ini terjadi karena tekanan dari pihak berwenang dan rakyat Niger. "

Politisi Niger tersebut menyoroti bahwa "Niger menuntut agar negara-negara lain menghormati kedaulatannya, hanya dengan cara itulah negara tersebut dapat bekerja sama di semua tingkatan dengan otoritas Niger."

6. Efek Domino Niger Terus Berlanjut

8 Bukti Prancis Kehilangan Pengaruh Neokolonialisme di Afrika

Foto/Reuters
Halaman :
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1913 seconds (0.1#10.140)