China Ingin Gabungkan Islam dengan Konghucu dan Rilis Al-Qur'an Versinya Sendiri
loading...
A
A
A
"Beberapa tempat telah dipenuhi dengan ideologi ekstremis agama," kata lembaga tersebut.
Sebagai contoh, kata lembaga itu, masjid meniru arsitektur asing, umat Islam mengenakan pakaian asing, dan label makanan halal diterapkan secara berlebihan.
“Beberapa meniadakan ideologi tradisional Islam Tiongkok,” imbuh lembaga itu merinci sebagaian dari rencana 32 poin.
Sebagai tanggapan, antara lain, PKC tersebut akan memperkuat personel keagamaannya, menjelaskan dengan benar Al-Quran dan Hadits dalam versi baru yang diberi penjelasan, dan mempromosikan penggunaan Konfusianisme untuk menafsirkan kitab suci.
Menggunakan Konfusianisme untuk menafsirkan kitab suci merujuk pada kumpulan terjemahan Islam Dinasti Qings dan tulisan-tulisan dalam bahasa China, yang dalam ilmu pengetahuan Barat dikenal sebagai Kitab Han, yang menggunakan konsep-konsep konfusianisme untuk menguraikan teologi Islam.
Teks-teks tersebut diproduksi di China bagian timur, tidak pernah diedarkan di wilayah Uighur, dan tidak diakui dalam tradisi Islam Uighur.
“PKC mengidentifikasi ini sebagai satu-satunya praktik keagamaan yang benar di China,” kata Stroup.
“Menggunakan pembingkaian seperti ini, untuk menyelaraskan Islam dengan konfusianisme, menyelaraskan Islam dengan tradisi China, adalah pembacaan sejarah yang sangat selektif.”
Selain terjemahan bahasa Mandarin, PKC sedang mempertimbangkan terjemahan Al-Qur'an Uighur yang baru dan berbahasa sinifikasi. Banyak Muslim Uighur menyukai terjemahan bahasa Arab-Uighur tahun 1980-an yang ditulis oleh ulama Muhammad Salih.
Namun toko buku berhenti menyediakannya sekitar tahun 2010. Mereka menggantinya dengan terjemahan kelompok yang banyak dikritik, yang dijual seharga 1.000 yuan.
Sebagai contoh, kata lembaga itu, masjid meniru arsitektur asing, umat Islam mengenakan pakaian asing, dan label makanan halal diterapkan secara berlebihan.
“Beberapa meniadakan ideologi tradisional Islam Tiongkok,” imbuh lembaga itu merinci sebagaian dari rencana 32 poin.
Sebagai tanggapan, antara lain, PKC tersebut akan memperkuat personel keagamaannya, menjelaskan dengan benar Al-Quran dan Hadits dalam versi baru yang diberi penjelasan, dan mempromosikan penggunaan Konfusianisme untuk menafsirkan kitab suci.
Menggunakan Konfusianisme untuk menafsirkan kitab suci merujuk pada kumpulan terjemahan Islam Dinasti Qings dan tulisan-tulisan dalam bahasa China, yang dalam ilmu pengetahuan Barat dikenal sebagai Kitab Han, yang menggunakan konsep-konsep konfusianisme untuk menguraikan teologi Islam.
Teks-teks tersebut diproduksi di China bagian timur, tidak pernah diedarkan di wilayah Uighur, dan tidak diakui dalam tradisi Islam Uighur.
“PKC mengidentifikasi ini sebagai satu-satunya praktik keagamaan yang benar di China,” kata Stroup.
“Menggunakan pembingkaian seperti ini, untuk menyelaraskan Islam dengan konfusianisme, menyelaraskan Islam dengan tradisi China, adalah pembacaan sejarah yang sangat selektif.”
Selain terjemahan bahasa Mandarin, PKC sedang mempertimbangkan terjemahan Al-Qur'an Uighur yang baru dan berbahasa sinifikasi. Banyak Muslim Uighur menyukai terjemahan bahasa Arab-Uighur tahun 1980-an yang ditulis oleh ulama Muhammad Salih.
Namun toko buku berhenti menyediakannya sekitar tahun 2010. Mereka menggantinya dengan terjemahan kelompok yang banyak dikritik, yang dijual seharga 1.000 yuan.