Sesama Penganut Syariat Islam, Mengapa Arab Saudi dan Taliban Beda Perlakukan Perempuan?

Jum'at, 15 September 2023 - 02:29 WIB
loading...
A A A
Para pejabat Taliban mengatakan mereka telah memulihkan hak-hak perempuan dalam Islam, sebuah pernyataan yang ditanggapi skeptis oleh banyak cendekiawan Islam.

“Kita seharusnya tidak mengindahkan orang-orang [negara-negara] yang menyerukan pendidikan perempuan tetapi tidak mengizinkan pendidikan bagi perempuan berhijab,” kata Sheikh Mohammad Khalid, menteri Taliban untuk promosi kebajikan Islam dan pencegahan keburukan, pada pertemuan tetua suku laki-laki pada hari Selasa lalu.

Pengaruh Arab Saudi


Riyadh belum mengakui Taliban sebagai pemerintah sah Afghanistan namun tetap mempertahankan kontak dengan para pejabat Taliban, yang sebagian besar melakukan perjalanan ke Arab Saudi setiap tahun untuk menunaikan ibadah haji.

Selama haji pada bulan Juni, Menteri Pertahanan Taliban Yaqub Mujahid terlihat menyapa Putra Mahkota Saudi Mohammed bin Salman, yang dikenal karena mendukung hak-hak perempuan di negaranya. Namun tidak jelas apakah dia menasihati Yaqub tentang hak-hak perempuan dalam Islam. Yaqub adalah putra mendiang Mullah Omar, salah satu pemimpin pendiri Taliban, yang masih dihormati di kalangan pemimpin Taliban.

“Saya tidak berpikir kita bisa memprediksi tindakan suatu negara terhadap tindakan negara lain. Negara-negara seperti Afghanistan memiliki sistem yang sangat berbeda dari Arab Saudi, meski menganut agama yang sama,” kata Saikali.

Sarabi, mantan menteri Afghanistan, mengatakan Saudi dan kerajaan Teluk lainnya seperti Qatar memiliki pengaruh agama, ekonomi dan politik yang luas terhadap Taliban yang dapat memengaruhi kelompok tersebut untuk melunakkan kebijakan kerasnya terhadap perempuan.

Para pejabat AS, yang mengakui penolakan Taliban terhadap negara-negara Barat, mendesak Arab Saudi dan negara-negara mayoritas Muslim lainnya untuk mengadvokasi hak-hak perempuan di Afghanistan.

Rina Amiri, utusan khusus AS untuk perempuan, anak perempuan dan HAM Afghanistan—sebuah peran yang tidak terlihat di negara-negara lain yang berurusan dengan Taliban—telah mendesak negara-negara Muslim untuk mencegah normalisasi kebencian terhadap Taliban.

Setelah bertemu dengan para pejabat dari Arab Saudi, Uni Emirat Arab, dan Organisasi Kerja Sama Islam pada bulan Juli, Amiri menulis di media sosial X tentang “preseden berbahaya” yang ditimbulkan oleh penindasan ekstrem terhadap perempuan dan anak perempuan Afghanistan.

Pada bulan Februari, Araba Saudi menutup kedutaan mereka di Kabul, dilaporkan karena masalah keamanan. Kerajaan Arab Saudi telah menyumbangkan USD1,6 juta ke dana USD3,2 miliar yang diupayakan PBB untuk respons kemanusiaan di Afghanistan tahun ini.
Halaman :
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.0975 seconds (0.1#10.140)