PM Jepang Santap Ikan Fukushima, Yakinkan Pembuangan Air Nuklir Aman
loading...
A
A
A
TOKYO - Perdana Menteri (PM) Jepang Fumio Kishida dan tiga menteri kabinet menyantap ikan yang ditangkap di lepas pantai Fukushima. Mereka ingin meyakinkan masyarakat internasional bahwa pembuangan air limbah nuklir olahan ke laut aman.
Jepang mulai membuang air limbah olahan dari Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN) Fukushima Daiichi ke laut Samudra Pasifik pada 24 Agustus 2023.
Menurut Menteri Perekonomian dan Industri Yasutoshi Nishimura, yang hadir pada pertemuan makan siang tersebut, Kishida dan ketiga menteri kabinet duduk menikmati makanan flounder, gurita dan ikan bass serta daging babi rebus, buah-buahan dan berbagai sayuran di kantor sang pemimpin.
"Kami makan untuk mendukung wilayah Sanriku Joban. Semua makanan laut dari Sanriku Joban penuh dengan daya tarik," kata Kishida kepada wartawan yang diundang untuk memfilmkan acara makan tersebut, seperti dikutip Euronews, Jumat (1/9/2023).
Wilayah itu merupakan bagian dari garis pantai Pasifik utara Jepang, termasuk Fukushima.
"Tolong semua orang menunjukkan dukungan Anda terhadap makanan laut Jepang yang aman dan lezat termasuk yang berasal dari Sanriku Joban," kata Kishida ke arah kamera.
Proyek pelepasan air limbah olahan PLTN Fukushima selama beberapa dekade ini mendapat tentangan keras dari kelompok nelayan dan dikritik oleh negara-negara tetangga.
China segera melarang impor makanan laut dari Jepang sebagai tanggapannya.
Di Seoul, ribuan warga Korea Selatan berunjuk rasa pada akhir pekan untuk mengecam pelepasan air limbah nuklir olahan tersebut, dan menuntut Jepang menyimpannya di dalam tank.
Pejabat Jepang dan operator PLTN Fukushima mengatakan air limbah radioaktif yang telah diolah dan terakumulasi sejak tragedi gempa dan tsunami pada bulan Maret 2011, kini berjumlah 134 juta ton dan disimpan di sekitar 1.000 tangki, menghabiskan sebagian besar area pembangkit listrik dan harus dibuang untuk mengosongkan ruang guna membangun fasilitas pembersihan dan dekomisioning pabrik, yang juga diperkirakan memakan waktu puluhan tahun.
Kishida berjanji pada hari Senin untuk melakukan yang terbaik untuk melindungi industri perikanan Jepang dari dampak larangan impor China dan mengatakan dia akan mengumumkan langkah-langkah dukungannya akhir pekan ini.
Jepang mulai membuang air limbah olahan dari Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN) Fukushima Daiichi ke laut Samudra Pasifik pada 24 Agustus 2023.
Menurut Menteri Perekonomian dan Industri Yasutoshi Nishimura, yang hadir pada pertemuan makan siang tersebut, Kishida dan ketiga menteri kabinet duduk menikmati makanan flounder, gurita dan ikan bass serta daging babi rebus, buah-buahan dan berbagai sayuran di kantor sang pemimpin.
"Kami makan untuk mendukung wilayah Sanriku Joban. Semua makanan laut dari Sanriku Joban penuh dengan daya tarik," kata Kishida kepada wartawan yang diundang untuk memfilmkan acara makan tersebut, seperti dikutip Euronews, Jumat (1/9/2023).
Wilayah itu merupakan bagian dari garis pantai Pasifik utara Jepang, termasuk Fukushima.
"Tolong semua orang menunjukkan dukungan Anda terhadap makanan laut Jepang yang aman dan lezat termasuk yang berasal dari Sanriku Joban," kata Kishida ke arah kamera.
Proyek pelepasan air limbah olahan PLTN Fukushima selama beberapa dekade ini mendapat tentangan keras dari kelompok nelayan dan dikritik oleh negara-negara tetangga.
China segera melarang impor makanan laut dari Jepang sebagai tanggapannya.
Di Seoul, ribuan warga Korea Selatan berunjuk rasa pada akhir pekan untuk mengecam pelepasan air limbah nuklir olahan tersebut, dan menuntut Jepang menyimpannya di dalam tank.
Pejabat Jepang dan operator PLTN Fukushima mengatakan air limbah radioaktif yang telah diolah dan terakumulasi sejak tragedi gempa dan tsunami pada bulan Maret 2011, kini berjumlah 134 juta ton dan disimpan di sekitar 1.000 tangki, menghabiskan sebagian besar area pembangkit listrik dan harus dibuang untuk mengosongkan ruang guna membangun fasilitas pembersihan dan dekomisioning pabrik, yang juga diperkirakan memakan waktu puluhan tahun.
Kishida berjanji pada hari Senin untuk melakukan yang terbaik untuk melindungi industri perikanan Jepang dari dampak larangan impor China dan mengatakan dia akan mengumumkan langkah-langkah dukungannya akhir pekan ini.
(mas)