Bela Filipina, Militer AS Janji Lawan Perilaku Agresif China
loading...
A
A
A
MANILA - Militer Amerika Serikat (AS) berjanji akan melawan perilaku agresif China di Laut China Selatan.
Washington membela Manila yang baru-baru ini terlibat konfrontasi kapal dengan Beijing di perairan sengketa.
Komadan Armada Ketujuh Angkatan Laut AS Laksamana Madya Karl Thomas pada hari Minggu meyakinkan Filipina akan dukungan Washington dalam melawan perilaku agresif China.
"Pasukan saya berada di sini karena suatu alasan,” katanya, seperti dikutip Reuters, Senin (28/8/2023).
Dia menganggap China sebagai tantangan bersama yang dihadapi AS dan Filipina.
Thomas menyampaikan komentarnya sekitar tiga minggu setelah insiden di mana kapal Coast Guard China menembakkan meriam air terhadap kapal-kapal Filipina yang mencoba untuk memasok kapal perang yang sengaja dikandangkan Manila di perairan dangkal Laut China Selatan yang disengketakan.
Misi pasokan tersebut akhirnya selesai pada hari Selasa, di mana kapal-kapal Filipina telah mengirimkan makanan dan barang-barang lainnya kepada pasukan yang ditempatkan di kapal perang era Perang Dunia II; "Sierra Madre".
“Anda harus menantang orang-orang, menurut saya, yang beroperasi di zona abu-abu,” kata Thomas kepada Reuters.
“Ketika mereka mengambil lebih banyak dan mendorong Anda, Anda harus melawan. Anda harus berlayar dan beroperasi.”
Dia menambahkan, “Tidak ada contoh perilaku agresif yang lebih baik daripada aktivitas pada tanggal 5 Agustus di perairan dangkal tersebut.”
Thomas telah mengadakan pembicaraan dengan Wakil Laksamana Alberto Carlos, yang memimpin Komando Barat Filipina yang mengawasi kepentingan Manila di Laut China Selatan.
“Kami tentu saja berbagi tantangan,” kata komandan AS tersebut.
“Jadi, saya ingin lebih memahami cara dia memandang operasi yang menjadi tanggung jawabnya, dan saya ingin memastikan bahwa dia memahami apa yang saya miliki.”
Armada Ketujuh AS, yang berbasis di Jepang, mencakup wilayah operasi seluas lebih dari 124 juta kilometer persegi di Pasifik Barat, dari Garis Tanggal Internasional hingga perbatasan India-Pakistan.
AS memiliki sekitar 60 kapal permukaan dan kapal selam, serta 140 pesawat dan sekitar 20.000 pelaut. Zona operasionalnya mencakup setengah populasi dunia dan lima kekuatan militer terbesar di luar AS, termasuk Rusia dan China.
Ketegangan antara Manila dan Beijing meningkat sejak Ferdinand Marcos Jr menjabat sebagai presiden Filipina tahun lalu. Marcos telah menjalin hubungan pertahanan yang lebih erat dengan Amerika Serikat dan menegaskan klaim teritorial negaranya di Laut China Selatan.
Misalnya, Filipina memasang pelampung navigasi di sekitar Kepulauan Spratly pada bulan Mei, mempertaruhkan klaimnya atas wilayah yang diklaim kedaulatannya oleh Beijing.
Para pejabat China telah memperingatkan bahwa memperkuat kerja sama militer dengan AS akan mengikat Filipina “ke dalam kereta perang geopolitik", dan membahayakan keamanan negara tersebut.
Beijing dan Washington telah berulang kali saling menuduh melakukan provokasi militer di Laut China Selatan.
Washington membela Manila yang baru-baru ini terlibat konfrontasi kapal dengan Beijing di perairan sengketa.
Komadan Armada Ketujuh Angkatan Laut AS Laksamana Madya Karl Thomas pada hari Minggu meyakinkan Filipina akan dukungan Washington dalam melawan perilaku agresif China.
"Pasukan saya berada di sini karena suatu alasan,” katanya, seperti dikutip Reuters, Senin (28/8/2023).
Dia menganggap China sebagai tantangan bersama yang dihadapi AS dan Filipina.
Thomas menyampaikan komentarnya sekitar tiga minggu setelah insiden di mana kapal Coast Guard China menembakkan meriam air terhadap kapal-kapal Filipina yang mencoba untuk memasok kapal perang yang sengaja dikandangkan Manila di perairan dangkal Laut China Selatan yang disengketakan.
Misi pasokan tersebut akhirnya selesai pada hari Selasa, di mana kapal-kapal Filipina telah mengirimkan makanan dan barang-barang lainnya kepada pasukan yang ditempatkan di kapal perang era Perang Dunia II; "Sierra Madre".
“Anda harus menantang orang-orang, menurut saya, yang beroperasi di zona abu-abu,” kata Thomas kepada Reuters.
“Ketika mereka mengambil lebih banyak dan mendorong Anda, Anda harus melawan. Anda harus berlayar dan beroperasi.”
Dia menambahkan, “Tidak ada contoh perilaku agresif yang lebih baik daripada aktivitas pada tanggal 5 Agustus di perairan dangkal tersebut.”
Thomas telah mengadakan pembicaraan dengan Wakil Laksamana Alberto Carlos, yang memimpin Komando Barat Filipina yang mengawasi kepentingan Manila di Laut China Selatan.
“Kami tentu saja berbagi tantangan,” kata komandan AS tersebut.
“Jadi, saya ingin lebih memahami cara dia memandang operasi yang menjadi tanggung jawabnya, dan saya ingin memastikan bahwa dia memahami apa yang saya miliki.”
Armada Ketujuh AS, yang berbasis di Jepang, mencakup wilayah operasi seluas lebih dari 124 juta kilometer persegi di Pasifik Barat, dari Garis Tanggal Internasional hingga perbatasan India-Pakistan.
AS memiliki sekitar 60 kapal permukaan dan kapal selam, serta 140 pesawat dan sekitar 20.000 pelaut. Zona operasionalnya mencakup setengah populasi dunia dan lima kekuatan militer terbesar di luar AS, termasuk Rusia dan China.
Ketegangan antara Manila dan Beijing meningkat sejak Ferdinand Marcos Jr menjabat sebagai presiden Filipina tahun lalu. Marcos telah menjalin hubungan pertahanan yang lebih erat dengan Amerika Serikat dan menegaskan klaim teritorial negaranya di Laut China Selatan.
Misalnya, Filipina memasang pelampung navigasi di sekitar Kepulauan Spratly pada bulan Mei, mempertaruhkan klaimnya atas wilayah yang diklaim kedaulatannya oleh Beijing.
Para pejabat China telah memperingatkan bahwa memperkuat kerja sama militer dengan AS akan mengikat Filipina “ke dalam kereta perang geopolitik", dan membahayakan keamanan negara tersebut.
Beijing dan Washington telah berulang kali saling menuduh melakukan provokasi militer di Laut China Selatan.
(mas)