Momen Menyakitkan bagi Putin: S-400 Dihancurkan, Pasukan Khusus Ukraina Mendarat di Crimea
loading...
A
A
A
KYIV - Mantan perwira intelijen Kyiv menggambarkan pekan ini sebagai momen menyakitkan bagi Presiden Rusia Vladimir Putin. Sebab, dalam hitungan hari militer Ukraina berhasil menghancurkan sistem rudal S-400 dan mendaratkan pasukan khususnya di Crimea.
Intelijen militer Ukraina, GUR, menandai hari kemerdekaan negara itu pada hari Kamis (24/8/2023) dengan mengumumkan keberhasilan operasi amfibi di Crimea.
“Satuan Direktorat Intelijen Utama Kementerian Pertahanan mendarat sebagai bagian dari operasi khusus, [dan] semua tugas telah selesai,” kata juru bicara GUR, Andrey Yusov.
Pengumuman tersebut muncul sehari setelah Ukraina mengeklaim telah menghancurkan sistem rudal anti-pesawat S-400 Rusia di dekat pemukiman Olenivka di Crimea, dan merilis sebuah video yang menunjukkan ledakan dramatis sistem senilai USD500 juta tersebut.
Serangan terhadap S-400 Rusia bertepatan dengan serangan yang merusak sistem rudal anti-kapal Bastion di Cape Tarkhankut, dekat Olenivka. Tekanan terhadap Crimea—yang semakin meningkat melalui serangan drone udara dan laut yang semakin sering terjadi, ditambah serangan berulang kali terhadap Jembatan Selat Kerch—semakin meningkat.
Moskow menganggap Crimea sebagai wilayah Rusia dan menjadi landasan apa yang disebut media-media Barat sebagai proyek mitos neo-imperial Presiden Vladimir Putin. Serangan yang terus berlanjut di sana melemahkan upaya Kremlin untuk mengonsolidasikan kekuasaan dan membungkam para pengkritiknya.
Jatuhnya pesawat pribadi yang dilaporkan menewaskan bos tentara bayaran Wagner Group Yevgeny Prigozhin telah mengirimkan pesan akan berlanjutnya kendali Putin yang kejam, namun keberhasilan Ukraina di Crimea mengirimkan sinyal yang sangat berbeda.
“Crimea sekarang tidak bisa disebut sebagai tempat yang aman,” kata Ivan Stupak—mantan perwira di Dinas Keamanan Ukraina (SBU) dan sekarang menjadi penasihat komite keamanan, pertahanan, dan intelijen nasional di Parlemen Ukraina—kepada Newsweek, Jumat (25/8/2023).
“Minggu ini luar biasa, sungguh luar biasa,” kata Stupak, yang juga bekerja di Ukrainian Institute for the Future.
Intelijen militer Ukraina, GUR, menandai hari kemerdekaan negara itu pada hari Kamis (24/8/2023) dengan mengumumkan keberhasilan operasi amfibi di Crimea.
“Satuan Direktorat Intelijen Utama Kementerian Pertahanan mendarat sebagai bagian dari operasi khusus, [dan] semua tugas telah selesai,” kata juru bicara GUR, Andrey Yusov.
Pengumuman tersebut muncul sehari setelah Ukraina mengeklaim telah menghancurkan sistem rudal anti-pesawat S-400 Rusia di dekat pemukiman Olenivka di Crimea, dan merilis sebuah video yang menunjukkan ledakan dramatis sistem senilai USD500 juta tersebut.
Serangan terhadap S-400 Rusia bertepatan dengan serangan yang merusak sistem rudal anti-kapal Bastion di Cape Tarkhankut, dekat Olenivka. Tekanan terhadap Crimea—yang semakin meningkat melalui serangan drone udara dan laut yang semakin sering terjadi, ditambah serangan berulang kali terhadap Jembatan Selat Kerch—semakin meningkat.
Moskow menganggap Crimea sebagai wilayah Rusia dan menjadi landasan apa yang disebut media-media Barat sebagai proyek mitos neo-imperial Presiden Vladimir Putin. Serangan yang terus berlanjut di sana melemahkan upaya Kremlin untuk mengonsolidasikan kekuasaan dan membungkam para pengkritiknya.
Jatuhnya pesawat pribadi yang dilaporkan menewaskan bos tentara bayaran Wagner Group Yevgeny Prigozhin telah mengirimkan pesan akan berlanjutnya kendali Putin yang kejam, namun keberhasilan Ukraina di Crimea mengirimkan sinyal yang sangat berbeda.
“Crimea sekarang tidak bisa disebut sebagai tempat yang aman,” kata Ivan Stupak—mantan perwira di Dinas Keamanan Ukraina (SBU) dan sekarang menjadi penasihat komite keamanan, pertahanan, dan intelijen nasional di Parlemen Ukraina—kepada Newsweek, Jumat (25/8/2023).
“Minggu ini luar biasa, sungguh luar biasa,” kata Stupak, yang juga bekerja di Ukrainian Institute for the Future.