Begini Cara Rusia Kerjai Rudal Canggih AS Menjadi Tak Berguna di Ukraina
loading...
A
A
A
KYIV - Rusia telah berhasil menonaktifkan rudal-rudal canggih Amerika Serikat (AS) dan sekutu Barat yang digunakan di Ukraina. Caranya dengan menggunakan teknologi yang mengacak koordinat GPS senjata Barat tersebut.
Bryan Clark, senior fellow di Hudson Institute—sebuah lembaga think tank AS—mengatakan kepada BBC bahwa kemampuan perang elektronik Rusia telah meningkat secara signifikan selama konflik dengan Ukraina.
Menurutnya, Rusia sekarang mengerahkan ratusan unit perang elektronik seluler kecil di sepanjang garis depan, setelah sebelumnya mengandalkan unit besar dan tidak praktis yang dapat dengan mudah ditargetkan.
Clark mengatakan kepada BBC bahwa teknologi Rusia dapat mengganggu koordinat GPS rudal, menonaktifkan drone Ukraina, dan menekan sinyal radar yang digunakan oleh Ukraina untuk mengidentifikasi target yang akan diserang.
Salah satu sistem tersebut, R-330Zh Zhitel, mampu menekan sinyal satelit.
"Zhitel dapat mengganggu sinyal GPS dalam jarak 30 km dari pengacau," kata Clark, yang dilansir Business Insider, Sabtu (5/8/2023).
“Untuk senjata seperti bom JDAM, yang hanya menggunakan penerima GPS untuk mengarahkannya ke target, itu cukup untuk kehilangan geolokasinya dan meleset dari target.”
Ini bukan pertama kalinya muncul kekhawatiran tentang keefektifan Joint Direct Attack Munition atau JDAM di Ukraina, di mana lembaga think tank Inggris; The Royal United Services Institute, pada bulan Januari mengutip dokumen AS yang bocor bahwa para pejabat menyatakan keprihatinan tentang Rusia yang mengganggu koordinat GPS JDAM.
Bom JDAM adalah salah satu senjata yang disediakan AS untuk Ukraina dan dapat diluncurkan melalui udara untuk mencapai target hingga 45 mil jauhnya. Seperti banyak rudal jarak jauh, mereka mengandalkan koordinat GPS untuk mencapai targetnya.
Bryan Clark, senior fellow di Hudson Institute—sebuah lembaga think tank AS—mengatakan kepada BBC bahwa kemampuan perang elektronik Rusia telah meningkat secara signifikan selama konflik dengan Ukraina.
Menurutnya, Rusia sekarang mengerahkan ratusan unit perang elektronik seluler kecil di sepanjang garis depan, setelah sebelumnya mengandalkan unit besar dan tidak praktis yang dapat dengan mudah ditargetkan.
Clark mengatakan kepada BBC bahwa teknologi Rusia dapat mengganggu koordinat GPS rudal, menonaktifkan drone Ukraina, dan menekan sinyal radar yang digunakan oleh Ukraina untuk mengidentifikasi target yang akan diserang.
Salah satu sistem tersebut, R-330Zh Zhitel, mampu menekan sinyal satelit.
"Zhitel dapat mengganggu sinyal GPS dalam jarak 30 km dari pengacau," kata Clark, yang dilansir Business Insider, Sabtu (5/8/2023).
“Untuk senjata seperti bom JDAM, yang hanya menggunakan penerima GPS untuk mengarahkannya ke target, itu cukup untuk kehilangan geolokasinya dan meleset dari target.”
Ini bukan pertama kalinya muncul kekhawatiran tentang keefektifan Joint Direct Attack Munition atau JDAM di Ukraina, di mana lembaga think tank Inggris; The Royal United Services Institute, pada bulan Januari mengutip dokumen AS yang bocor bahwa para pejabat menyatakan keprihatinan tentang Rusia yang mengganggu koordinat GPS JDAM.
Bom JDAM adalah salah satu senjata yang disediakan AS untuk Ukraina dan dapat diluncurkan melalui udara untuk mencapai target hingga 45 mil jauhnya. Seperti banyak rudal jarak jauh, mereka mengandalkan koordinat GPS untuk mencapai targetnya.