Militer Bentrok dengan Milisi, Ethiopia Umumkan Keadaan Darurat di Amhara

Sabtu, 05 Agustus 2023 - 04:28 WIB
loading...
Militer Bentrok dengan Milisi, Ethiopia Umumkan Keadaan Darurat di Amhara
Ethiopia umumkan keadaan darurat di Amhara menyusul bentrokan antara militer dengan milisi selama berhari-hari. Foto/Ilustrasi
A A A
ADDIS ABABA - Pemerintah Ethiopia mengumumkan keadaan darurat enam bulan pada Jumat di wilayah terbesar kedua negara itu, Amhara. Itu dilakukan menyusul bentrokan berhari-hari antara militer dan milisi lokal Fano.

Pemberlakukan keadaan darurat memberi pemernintah Ethiopia wewenang untuk memberlakukan jam malam, membatasi pergerakan dan melarang pertemuan.

Pertempuran yang meletus awal pekan ini dengan cepat menjadi krisis keamanan paling serius di Ethiopia sejak perang saudara dua tahun di wilayah Tigray, yang bertetangga dengan Amhara, berakhir pada November.

Pemerintah daerah Amhara meminta bantuan tambahan dari otoritas federal pada hari Kamis untuk memberlakukan kembali ketertiban.

"Dianggap perlu untuk menyatakan keadaan darurat karena sulit untuk mengontrol aktivitas keterlaluan ini berdasarkan sistem hukum biasa," kata kantor Perdana Menteri Abiy Ahmed dalam sebuah pernyataan seperti dikutip dari Reuters, Sabtu (5/8/2023).

Kerusuhan itu adalah kekerasan terbaru yang melanda negara itu, yang terpadat kedua di Afrika setelah Nigeria, sejak Abiy menjabat pada 2018. Dia memenangkan Hadiah Nobel Perdamaian pada 2019 atas upaya perdamaiannya dengan Eritrea.

Perintah Ethiopia Jumat memberi pemerintah wewenang untuk memberlakukan jam malam, membatasi pergerakan, melarang membawa senjata dan benda tajam lainnya, melarang pertemuan publik, serta melakukan penangkapan dan penggeledahan tanpa surat perintah.



Pemerintah Ethiopia juga dapat menutup atau membatasi pergerakan outlet media yang dianggap beroperasi bertentangan dengan perintah darurat, kata Layanan Komunikasi Pemerintah dalam sebuah posting di platform perpesanan X, sebelumnya dikenal sebagai Twitter.

Perintah tersebut berlaku untuk Amhara untuk saat ini, tetapi dapat diberlakukan di daerah lain jika diperlukan, kata pemerintah.

Fano, milisi paruh waktu yang menarik sukarelawan dari penduduk setempat, adalah sekutu utama Pasukan Pertahanan Nasional Ethiopia (ENDF) selama perang Tigray.

Namun hubungan tersebut memburuk, sebagian karena upaya baru-baru ini oleh otoritas federal untuk melemahkan kelompok paramiliter regional. Beberapa aktivis mengatakan hal ini membuat Amhara rentan diserang oleh daerah tetangga.

Dua penduduk kota terbesar kedua Amhara, Gondar, mengatakan pada hari Jumat bahwa pertempuran sengit terjadi sehari sebelumnya di dekat universitas.

"ENDF pertama kali menguasai universitas, tetapi mereka didorong kembali oleh Fano. Mereka mencoba untuk maju ke pusat kota, tetapi tidak bisa," kata seorang warga.

Yang lainnya, seorang pejabat setempat, mengatakan militer telah mundur dari universitas tersebut tetapi tidak mengatakan alasannya. Keduanya meminta untuk tidak disebutkan namanya karena alasan keamanan.

Seorang anggota Fano, yang juga berbicara tanpa menyebut nama, mengatakan para milisi berusaha mengepung ibu kota Amhara, Bahir Dar. Dia mengatakan mereka telah merebut Merawi, sebuah kota 30 km selatan Bahir Dar.



Reuters tidak dapat mengkonfirmasi klaimnya secara independen. Seorang juru bicara ENDF tidak menanggapi permintaan komentar.

Namun, Menteri Pendidikan Berhanu Nega mengatakan pada konferensi pers bahwa 16.000 siswa di Gondar tidak dapat mengikuti ujian akhir pada hari Kamis.

Internet seluler tetap terputus di wilayah tersebut, kata penduduk. Ethiopian Airlines membatalkan penerbangan ke tiga dari empat bandara yang diterbangkannya di Amhara, kata seorang juru bicara maskapai.

Protes kekerasan meletus di Amhara pada bulan April setelah Abiy memerintahkan agar pasukan keamanan dari 11 wilayah Ethiopia diintegrasikan ke dalam polisi atau tentara nasional.

Para pengunjuk rasa mengatakan perintah itu dimaksudkan untuk melemahkan Amhara. Pemerintah federal membantahnya dan mengatakan tujuannya adalah untuk memastikan persatuan nasional.

Sejak berkuasa, Abiy mencoba memusatkan kekuasaan di negara yang daerahnya masing-masing memiliki otonomi.

Perang di Tigray berakar pada ketegangan antara otoritas regional dan federal serta keluhan lama antar kelompok etnis. Puluhan ribu orang tewas dan jutaan orang terpaksa meninggalkan rumah mereka sebelum gencatan senjata ditandatangani.

(ian)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.2171 seconds (0.1#10.140)