Arab Saudi, Kuwait, dan Iran Berseteru Rebutan Ladang Minyak
loading...
A
A
A
Bulan lalu, Kuwait telah mengundang Iran untuk putaran lain pembicaraan perbatasan laut setelah Teheran mengatakan siap untuk memulai pengeboran di lapangan.
Beberapa minggu kemudian, Sky News Arabia mengutip Menteri Perminyakan Kuwait Saad Al-Barrak yang mengatakan negaranya juga akan memulai "pengeboran dan produksi" di ladang gas tanpa menunggu kesepakatan demarkasi dengan Iran.
Perselisihan di atas kekayaan alam tersebut dimulai sejak tahun 1960-an, ketika Iran dan Kuwait masing-masing memberikan konsesi lepas pantai, satu kepada Anglo-Iranian Oil Company—cikal bakal BP, dan satu lagi kepada Royal Dutch Shell.
Kedua konsesi tersebut tumpang tindih di bagian utara situs, yang cadangannya diperkirakan sekitar 220 miliar meter kubik (hampir delapan triliun kaki kubik).
Tahun lalu, Kuwait dan Arab Saudi menandatangani perjanjian untuk bersama-sama mengembangkan kekayaan alam tersebut, meskipun ada keberatan dari Iran yang mencap kesepakatan itu sebagai "ilegal".
Beberapa minggu kemudian, Sky News Arabia mengutip Menteri Perminyakan Kuwait Saad Al-Barrak yang mengatakan negaranya juga akan memulai "pengeboran dan produksi" di ladang gas tanpa menunggu kesepakatan demarkasi dengan Iran.
Perselisihan di atas kekayaan alam tersebut dimulai sejak tahun 1960-an, ketika Iran dan Kuwait masing-masing memberikan konsesi lepas pantai, satu kepada Anglo-Iranian Oil Company—cikal bakal BP, dan satu lagi kepada Royal Dutch Shell.
Kedua konsesi tersebut tumpang tindih di bagian utara situs, yang cadangannya diperkirakan sekitar 220 miliar meter kubik (hampir delapan triliun kaki kubik).
Tahun lalu, Kuwait dan Arab Saudi menandatangani perjanjian untuk bersama-sama mengembangkan kekayaan alam tersebut, meskipun ada keberatan dari Iran yang mencap kesepakatan itu sebagai "ilegal".
(mas)