Ukraina ingin Para Wanita Kembali Pulang, Alasannya Mengerikan
loading...
A
A
A
KIEV - Kiev mendorong wanita Ukraina yang telah melarikan diri dari negara itu kembali ke rumah. Seruan itu diungkap Wakil Menteri Ekonomi Ukraina Tatyana Berezhnaya.
Komentarnya muncul di tengah peringatan bahwa eksodus populasi yang tidak proporsional dapat berdampak buruk pada perekonomian negara.
Berbicara dalam wawancara dengan Bloomberg yang diterbitkan pada Senin (24/7/2023), Berezhnaya mengatakan, "Bagi saya pribadi, kemenangan adalah ketika keluarga Ukraina bersatu di Ukraina, bukan di luar negeri."
Menteri itu menambahkan, “Prioritas Kiev adalah memungkinkan segala sesuatu agar wanita dengan anak-anak kembali ke suami mereka.”
Tak lama setelah Rusia mengirim pasukan ke Ukraina pada Februari 2022, Kiev mengumumkan mobilisasi umum, melarang sebagian besar pria berusia 18 hingga 60 tahun meninggalkan negara itu.
Hal ini menyebabkan kesenjangan gender yang besar di antara pengungsi dewasa Ukraina, dengan setidaknya 70% dari mereka adalah perempuan, menurut Organisasi Kerjasama Ekonomi dan Pembangunan (OECD).
Ukraina sudah berjuang dengan demografi bahkan sebelum dimulainya konflik, dengan tingkat kesuburan hanya 1,16 pada tahun 2021, dan permusuhan skala besar hanya memperburuk situasi.
Menurut Alexander Isakov dari Bloomberg Economics, jika Kiev gagal membujuk 2,8 juta wanita usia kerja Ukraina untuk kembali pulang, negara tersebut dapat menelan biaya 10% dari PDB pra-konflik tahunannya.
Dalam skenario terburuk, Ukraina akan kehilangan USD20 miliar per tahun, klaim analisis Bloomberg.
Komentarnya muncul di tengah peringatan bahwa eksodus populasi yang tidak proporsional dapat berdampak buruk pada perekonomian negara.
Berbicara dalam wawancara dengan Bloomberg yang diterbitkan pada Senin (24/7/2023), Berezhnaya mengatakan, "Bagi saya pribadi, kemenangan adalah ketika keluarga Ukraina bersatu di Ukraina, bukan di luar negeri."
Menteri itu menambahkan, “Prioritas Kiev adalah memungkinkan segala sesuatu agar wanita dengan anak-anak kembali ke suami mereka.”
Tak lama setelah Rusia mengirim pasukan ke Ukraina pada Februari 2022, Kiev mengumumkan mobilisasi umum, melarang sebagian besar pria berusia 18 hingga 60 tahun meninggalkan negara itu.
Hal ini menyebabkan kesenjangan gender yang besar di antara pengungsi dewasa Ukraina, dengan setidaknya 70% dari mereka adalah perempuan, menurut Organisasi Kerjasama Ekonomi dan Pembangunan (OECD).
Ukraina sudah berjuang dengan demografi bahkan sebelum dimulainya konflik, dengan tingkat kesuburan hanya 1,16 pada tahun 2021, dan permusuhan skala besar hanya memperburuk situasi.
Menurut Alexander Isakov dari Bloomberg Economics, jika Kiev gagal membujuk 2,8 juta wanita usia kerja Ukraina untuk kembali pulang, negara tersebut dapat menelan biaya 10% dari PDB pra-konflik tahunannya.
Dalam skenario terburuk, Ukraina akan kehilangan USD20 miliar per tahun, klaim analisis Bloomberg.