Kim Jong-un Bagi-bagi Pistol ke Petinggi Militer lalu Berpose Serius
loading...
A
A
A
PYONGYANG - Kim Jong-un , pemimpin Korea Utara (Korut), membagi-bagikan pistol ke para petinggi militer negaranya. Diktator muda itu lantas berpose serius dengan mereka.
Pemandangan tak biasa ini terjadi ketika Kim dan para pejabat militernya memperingati 67 tahun Perang Korea . Perang Korea antara Korea Utara dengan Korea Selatan berakhir dengan gencatan senjata yang ditandantangani pada 27 Juli 1953.
Menurut media pemerintah Korut, pistol-pistol yang dikenal sebagai "Paektusan" dibagikan Kim kepada puluhan komandan militer terkemuka yang telah bersumpah setia kepadanya.
Para komandan itu berpose mengelilingi sang pemimpin muda dengan senjata dipegang di depan dada mereka.
Dalam peringatan Perang Korea, Kim Jong-un , menyampaikan pidato yang membanggakan senjata nuklirnya. Menurutnya, berkat senjata yang jadi perlindungan diri itu, Korea Utara tidak akan diperangi lagi oleh militer musuh.
Kim mengatakan senjata nuklir menjamin keselamatan dan masa depan negaranya meskipun tetap ada ada tekanan dan ancaman militer asing. (Baca: Office 39, Markas Gelap Korut yang Jadi 'Mesin Uang' Kim Jong-un )
Dalam pidatonya, Kim Jong-un mengatakan negaranya mengembangkan senjata nuklir untuk memenangkan "kekuatan absolut" untuk mencegah konflik bersenjata lainnya. Dia menekankan program senjata nuklirnya bersifat defensif.
"Sekarang kami mampu mempertahankan diri dalam menghadapi segala bentuk tekanan intensitas tinggi dan ancaman militer dari pasukan imperialis dan musuh," katanya.
"Berkat penangkal nuklir pertahanan diri yang andal dan efektif, tidak akan ada lagi perang, dan keselamatan dan masa depan negara kita akan dijamin selamanya," ujarnya, seperti dikutip Reuters, Selasa (28/7/2020). (Baca juga: Korut Ancam Gunakan Senjata Nuklir untuk Melawan AS )
Pidato itu disampaikan di tengah pembicaraan buntu dengan Amerika Serikat (AS) yang bertujuan membongkar program senjata nuklir dan rudal Pyongyang dengan imbalan bantuan pencabutan sanksi dari Washington.
Kim dan Presiden AS Donald Trump bertemu untuk pertama kalinya pada tahun 2018 di Singapura. Pertemuan itu telah meningkatkan harapan untuk mengakhiri negosiasi atas ancaman nuklir Korea Utara. Namun pertemuan puncak atau KTT kedua mereka pada 2019 di Vietnam, dan pertemuan tingkat kerja berikutnya berantakan.
Pemandangan tak biasa ini terjadi ketika Kim dan para pejabat militernya memperingati 67 tahun Perang Korea . Perang Korea antara Korea Utara dengan Korea Selatan berakhir dengan gencatan senjata yang ditandantangani pada 27 Juli 1953.
Menurut media pemerintah Korut, pistol-pistol yang dikenal sebagai "Paektusan" dibagikan Kim kepada puluhan komandan militer terkemuka yang telah bersumpah setia kepadanya.
Para komandan itu berpose mengelilingi sang pemimpin muda dengan senjata dipegang di depan dada mereka.
Dalam peringatan Perang Korea, Kim Jong-un , menyampaikan pidato yang membanggakan senjata nuklirnya. Menurutnya, berkat senjata yang jadi perlindungan diri itu, Korea Utara tidak akan diperangi lagi oleh militer musuh.
Kim mengatakan senjata nuklir menjamin keselamatan dan masa depan negaranya meskipun tetap ada ada tekanan dan ancaman militer asing. (Baca: Office 39, Markas Gelap Korut yang Jadi 'Mesin Uang' Kim Jong-un )
Dalam pidatonya, Kim Jong-un mengatakan negaranya mengembangkan senjata nuklir untuk memenangkan "kekuatan absolut" untuk mencegah konflik bersenjata lainnya. Dia menekankan program senjata nuklirnya bersifat defensif.
"Sekarang kami mampu mempertahankan diri dalam menghadapi segala bentuk tekanan intensitas tinggi dan ancaman militer dari pasukan imperialis dan musuh," katanya.
"Berkat penangkal nuklir pertahanan diri yang andal dan efektif, tidak akan ada lagi perang, dan keselamatan dan masa depan negara kita akan dijamin selamanya," ujarnya, seperti dikutip Reuters, Selasa (28/7/2020). (Baca juga: Korut Ancam Gunakan Senjata Nuklir untuk Melawan AS )
Pidato itu disampaikan di tengah pembicaraan buntu dengan Amerika Serikat (AS) yang bertujuan membongkar program senjata nuklir dan rudal Pyongyang dengan imbalan bantuan pencabutan sanksi dari Washington.
Kim dan Presiden AS Donald Trump bertemu untuk pertama kalinya pada tahun 2018 di Singapura. Pertemuan itu telah meningkatkan harapan untuk mengakhiri negosiasi atas ancaman nuklir Korea Utara. Namun pertemuan puncak atau KTT kedua mereka pada 2019 di Vietnam, dan pertemuan tingkat kerja berikutnya berantakan.
(min)