Korut Ancam Gunakan Senjata Nuklir untuk Melawan AS
loading...
A
A
A
MOSKOW - Korea Utara (Korut) yang dipimpin Kim Jong-un mengancam akan menggunakan senjata nuklirnya untuk melawan Amerika Serikat (AS). Pyongyang mengklaim penggunaan senjata itu akan menjadi peristiwayang sangat sensasional bagi sejarah umat manusia.
Ancaman itu dikeluarkan rezim Kim Jong-un dari Kedutaan Korut di Moskow yang dirilis kantor berita Rusia, TASS. Media corong Kremlin ini mengaku mendapat kiriman pernyataan berupa ancaman penggunaan senjata nuklir itu selama akhir pekan lalu.
"Tahun ini, militer AS telah melakukan berbagai jenis manuver militer di Korea Selatan dan sekitarnya dengan tujuan menyerang Korea Utara dengan cepat," bunyi pernyataan tersebut.
"Babak baru Perang Korea akan menambah peristiwa yang sangat sensasional bagi sejarah umat manusia, yang akan mengakhiri kekaisaran lain, yang bernama Amerika Serikat," lanjut pernyataan kedutaaan yang dikutip New York Post, Rabu (24/6/2020). (Baca: Nyatakan Musuh, Korut Putus Seluruh Jalur Komunikasi dengan Korsel )
Meskipun pernyataan itu belum dilaporkan di tempat lain, pernyataan itu dirilis pada hari-hari menjelang peringatan 70 tahun dimulainya Perang Korea.
Perang Korea dimulai pada 25 Juni 1950, ketika pasukan Korut yang mendapat dukungan China dan Uni Soviet menyerbu Korea Selatan. Dalam beberapa minggu, AS terlibat dalam konflik atas nama Korea Selatan, dengan alasan itu adalah perang melawan komunisme di panggung internasional.
Rezim Kim Jong-un telah vokal dalam beberapa hari terakhir tentang upayanya untuk mengejar musuhnya, Korea Selatan. Negara komunis itu mengumumkan bahwa pihaknya sedang mengumpulkan selebaran propaganda anti-Korea Selatan yang digambarkan "setinggi gunung".
Selebaran yang jumlahnya diklaim mencapai 12 juta lembar itu siap dikirim melintasi perbatasan ke Korea Selatan sebagai pembalasan atas tindakan serupa oleh para pembelot Korut yang tinggal di Korea Selatan. Pemerintah Seoul disalahkan Pyongyang karena tidak menghentikan ulah para pembelot.
Praktek meluncurkan selebaran melintasi perbatasan telah digunakan oleh para pembelot Korea Utara selama bertahun-tahun. Militer Korea Selatan telah berhenti mengirim selebaran anti-Pyongyang sejak 2010 setelah mencapai kesepekatan dengan Korea Utara dalam sebuah pertemuan.
Kelompok-kelompok pembelot Korut diketahui mengirim makanan, uang dolar, radio mini, dan stik USB berisi berita dan drama Korea Selatan. (Baca juga: John Bolton: Kim Jong-un Terbahak-bahak Tertawakan Trump )
Pekan lalu, Kim Jong-un mengizinkan adik perempuannya, Kim Yo-jong, memerintahkan meledakkan kantor penghubung dua Korea. Kantor itu telah dioperasikan dengan Korea Selatan selama dua tahun terakhir.
Kim Yo Jong menggambarkan Korea Selatan sebagai "musuh" ketika mengumumkan peledakan bangunan.
"Dengan menggunakan kekuatan saya yang disahkan oleh pemimpin tertinggi, partai kami dan negara, saya memberikan instruksi kepada lengan departemen yang bertanggung jawab atas urusan dengan musuh untuk secara tegas melakukan tindakan selanjutnya," katanya dalam sebuah pernyataan yang dirilis Kantor Berita Pusat Korea (KCNA).
Ancaman itu dikeluarkan rezim Kim Jong-un dari Kedutaan Korut di Moskow yang dirilis kantor berita Rusia, TASS. Media corong Kremlin ini mengaku mendapat kiriman pernyataan berupa ancaman penggunaan senjata nuklir itu selama akhir pekan lalu.
"Tahun ini, militer AS telah melakukan berbagai jenis manuver militer di Korea Selatan dan sekitarnya dengan tujuan menyerang Korea Utara dengan cepat," bunyi pernyataan tersebut.
"Babak baru Perang Korea akan menambah peristiwa yang sangat sensasional bagi sejarah umat manusia, yang akan mengakhiri kekaisaran lain, yang bernama Amerika Serikat," lanjut pernyataan kedutaaan yang dikutip New York Post, Rabu (24/6/2020). (Baca: Nyatakan Musuh, Korut Putus Seluruh Jalur Komunikasi dengan Korsel )
Meskipun pernyataan itu belum dilaporkan di tempat lain, pernyataan itu dirilis pada hari-hari menjelang peringatan 70 tahun dimulainya Perang Korea.
Perang Korea dimulai pada 25 Juni 1950, ketika pasukan Korut yang mendapat dukungan China dan Uni Soviet menyerbu Korea Selatan. Dalam beberapa minggu, AS terlibat dalam konflik atas nama Korea Selatan, dengan alasan itu adalah perang melawan komunisme di panggung internasional.
Rezim Kim Jong-un telah vokal dalam beberapa hari terakhir tentang upayanya untuk mengejar musuhnya, Korea Selatan. Negara komunis itu mengumumkan bahwa pihaknya sedang mengumpulkan selebaran propaganda anti-Korea Selatan yang digambarkan "setinggi gunung".
Selebaran yang jumlahnya diklaim mencapai 12 juta lembar itu siap dikirim melintasi perbatasan ke Korea Selatan sebagai pembalasan atas tindakan serupa oleh para pembelot Korut yang tinggal di Korea Selatan. Pemerintah Seoul disalahkan Pyongyang karena tidak menghentikan ulah para pembelot.
Praktek meluncurkan selebaran melintasi perbatasan telah digunakan oleh para pembelot Korea Utara selama bertahun-tahun. Militer Korea Selatan telah berhenti mengirim selebaran anti-Pyongyang sejak 2010 setelah mencapai kesepekatan dengan Korea Utara dalam sebuah pertemuan.
Kelompok-kelompok pembelot Korut diketahui mengirim makanan, uang dolar, radio mini, dan stik USB berisi berita dan drama Korea Selatan. (Baca juga: John Bolton: Kim Jong-un Terbahak-bahak Tertawakan Trump )
Pekan lalu, Kim Jong-un mengizinkan adik perempuannya, Kim Yo-jong, memerintahkan meledakkan kantor penghubung dua Korea. Kantor itu telah dioperasikan dengan Korea Selatan selama dua tahun terakhir.
Kim Yo Jong menggambarkan Korea Selatan sebagai "musuh" ketika mengumumkan peledakan bangunan.
"Dengan menggunakan kekuatan saya yang disahkan oleh pemimpin tertinggi, partai kami dan negara, saya memberikan instruksi kepada lengan departemen yang bertanggung jawab atas urusan dengan musuh untuk secara tegas melakukan tindakan selanjutnya," katanya dalam sebuah pernyataan yang dirilis Kantor Berita Pusat Korea (KCNA).
(min)