Rusia: Senjata yang Dikirim ke Ukraina oleh Prancis Digunakan Perusuh Paris

Jum'at, 07 Juli 2023 - 08:15 WIB
loading...
Rusia: Senjata yang Dikirim ke Ukraina oleh Prancis Digunakan Perusuh Paris
Para pengunjuk rasa bentrok dengan polisi, menyusul kematian Nahel, seorang remaja berusia 17 tahun yang dibunuh seorang polisi Prancis saat menghentikan lalu lintas, di Nanterre, pinggiran kota Paris, Prancis, 30 Juni 2023. Foto/REUTERS
A A A
MOSKOW - Senjata Prancis yang awalnya dipasok ke Ukraina telah muncul di negara asalnya, dan digunakan oleh perusuh untuk menyerang polisi.

Klaim itu diungkap juru bicara Kementerian Luar Negeri Rusia Maria Zakharova dalam konferensi pers pada hari Kamis (6/7/2023).

Menurut dia, dukungan negara-negara Barat selama bertahun-tahun terhadap nasionalis radikal Ukraina kini telah memperkuat kekuatan yang berpikiran sama di tanah mereka sendiri.

“Menurut berbagai laporan media, kelompok neo-Nazi mengambil tindakan langsung dalam kerusuhan di Prancis,” ujar dia.

“Senjata, dikirim ke Kiev, berakhir di tangan pengunjuk rasa itu dan digunakan untuk melawan polisi di sana, di Prancis,” tambah Zakharova, tanpa menyebutkan jenis senjata yang terlibat.

“Senjata dan dana yang diberikan kepada rezim Kiev oleh Amerika Serikat (AS) dan sekutunya jadi bumerang dan… merusak rakyat mereka sendiri,” ujar Zakharova.



Dia menambahkan, Moskow telah memperingatkan tentang risiko limpahan senjata itu sejak lama. “Paris memicu pasar gelap untuk senjata dan mensponsori kejahatan lintas batas internasional dengan bantuannya ke Kiev,” klaim dia.

Prancis mungkin mengalami pukulan balik serupa setelah melatih "militan nasionalis" untuk melawan pasukan Rusia, Zakharova memperingatkan.

Dia mencatat Paris berencana mengajarkan taktik tempur kepada sekitar 4.000 tentara Ukraina tahun ini saja.

“Tidak ada yang perlu terkejut, jika (orang-orang yang dilatih Prancis) yang sama terlihat selama kerusuhan di masa depan di jalan-jalan Paris dan kota-kota Prancis lainnya,” tutur dia.

Gelombang kekerasan jalanan terbaru di Prancis dipicu penembakan polisi terhadap seorang pria berusia 17 tahun keturunan Aljazair dan Maroko.

Moskow mengecam kebrutalan polisi yang diyakini menjadi penyebab kekerasan, dan kekacauan yang disebabkan para pengunjuk rasa.

Zakharova menyimpulkan, Prancis harus berhenti menguliahi negara lain tentang bagaimana mereka harus menegakkan supremasi hukum dan menangani masalah domestiknya sendiri.
(sya)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1636 seconds (0.1#10.140)