Rusia Tolak Mentah-mentah Kehadiran Macron di BRICS Summit
loading...
A
A
A
MOSKOW - Kehadiran Presiden Prancis Emmanuel Macron pada pertemuan para pemimpin BRICS akan "tidak pantas", mengingat sikap pemerintahnya terhadap Moskow. Hal itu diungkapkan oleh Wakil Menteri Luar Negeri Rusia Sergey Ryabkov.
Paris sebelumnya mengonfirmasi minggu ini bahwa Macron sedang mencari undangan ke pertemuan puncak blok ekonomi itu di Afrika Selatan pada Agustus mendatang.
Berbicara kepada wartawan, Ryabkov menjelaskan bahwa penentangan Rusia terhadap potensi kemunculan Macron didasarkan pada upaya Prancis untuk mengisolasi Moskow dan dukungannya terhadap tujuan NATO untuk menimbulkan “kekalahan strategis” terhadap Rusia dalam konflik di Ukraina.
“Kami tidak menyembunyikan posisi ini dan telah memberi tahu rekan kami di Afrika Selatan tentang hal itu,” kata Ryabkov, seperti dikutip Interfax yang dilansir dari Russia Today, Kamis (22/6/2023).
"Kami berharap sudut pandang kami diperhitungkan sepenuhnya," imbuhnya.
Sebagai tuan rumah KTT, kata Ryabkov, Afrika Selatan berhak mengundang Macron, meskipun penting bagi Pretoria untuk berkonsultasi dengan anggota BRICS lainnya sebelumnya.
Dia mencatat bahwa blok itu saat ini sedang mendiskusikan kriteria untuk anggota masa depan.
"Penolakan sanksi ekonomi sepihak sebagai alat geopolitik kemungkinan besar akan menjadi salah satu syaratnya, dan Prancis pasti akan gagal memenuhi syarat berdasarkan indikator itu," ucap Ryabkov.
Sekitar 20 negara dilaporkan telah secara resmi mendaftar untuk bergabung dengan BRICS atau mengindikasikan bahwa mereka sedang mempertimbangkan langkah tersebut, meskipun Prancis tidak termasuk di antara mereka. Organisasi, yang dimulai sebagai klub ekonomi informal, saat ini mencantumkan Brasil, Rusia, India, China, dan Afrika Selatan sebagai anggota penuh.
Keinginan Macron untuk menghadiri KTT di Johannesburg pertama kali dilaporkan oleh outlet berita Prancis L'Opinion, dan dikonfirmasi pada hari Selasa oleh Menteri Luar Negeri Catherine Colonna selama kunjungan ke Afrika Selatan.Sebagai tuan rumah, Menteri Luar Negeri Afrika Selatan Naledi Pandor, mengatakan mengundang Macron akan menjadi inovasi untuk BRICS, tetapi mencatat bahwa keputusan belum dibuat mengenai masalah tersebut.
Paris sebelumnya mengonfirmasi minggu ini bahwa Macron sedang mencari undangan ke pertemuan puncak blok ekonomi itu di Afrika Selatan pada Agustus mendatang.
Berbicara kepada wartawan, Ryabkov menjelaskan bahwa penentangan Rusia terhadap potensi kemunculan Macron didasarkan pada upaya Prancis untuk mengisolasi Moskow dan dukungannya terhadap tujuan NATO untuk menimbulkan “kekalahan strategis” terhadap Rusia dalam konflik di Ukraina.
“Kami tidak menyembunyikan posisi ini dan telah memberi tahu rekan kami di Afrika Selatan tentang hal itu,” kata Ryabkov, seperti dikutip Interfax yang dilansir dari Russia Today, Kamis (22/6/2023).
"Kami berharap sudut pandang kami diperhitungkan sepenuhnya," imbuhnya.
Sebagai tuan rumah KTT, kata Ryabkov, Afrika Selatan berhak mengundang Macron, meskipun penting bagi Pretoria untuk berkonsultasi dengan anggota BRICS lainnya sebelumnya.
Dia mencatat bahwa blok itu saat ini sedang mendiskusikan kriteria untuk anggota masa depan.
"Penolakan sanksi ekonomi sepihak sebagai alat geopolitik kemungkinan besar akan menjadi salah satu syaratnya, dan Prancis pasti akan gagal memenuhi syarat berdasarkan indikator itu," ucap Ryabkov.
Sekitar 20 negara dilaporkan telah secara resmi mendaftar untuk bergabung dengan BRICS atau mengindikasikan bahwa mereka sedang mempertimbangkan langkah tersebut, meskipun Prancis tidak termasuk di antara mereka. Organisasi, yang dimulai sebagai klub ekonomi informal, saat ini mencantumkan Brasil, Rusia, India, China, dan Afrika Selatan sebagai anggota penuh.
Keinginan Macron untuk menghadiri KTT di Johannesburg pertama kali dilaporkan oleh outlet berita Prancis L'Opinion, dan dikonfirmasi pada hari Selasa oleh Menteri Luar Negeri Catherine Colonna selama kunjungan ke Afrika Selatan.Sebagai tuan rumah, Menteri Luar Negeri Afrika Selatan Naledi Pandor, mengatakan mengundang Macron akan menjadi inovasi untuk BRICS, tetapi mencatat bahwa keputusan belum dibuat mengenai masalah tersebut.
(ian)