Krisis Memburuk, Warga Tunisia Kesulitan Beli Domba untuk Idul Adha
loading...
A
A
A
Bagi petani, gagal panen karena kemarau panjang membuat masalah ekonomi semakin parah. Tidak dapat mengatasi biaya yang lebih tinggi, banyak peternak sapi perah menjual sapinya tahun lalu, menyebabkan kekurangan susu selama berbulan-bulan.
Di Borj El Amri, petani Nabil Rhimi (38), mengatakan kekeringan telah sepenuhnya menghancurkan tanaman gandum dan stok gandumnya.
Kondisi itu membuatnya perlu membeli pakan ternak untuk dombanya, tetapi hampir tidak mampu membayar kenaikan harga pakan ternak.
Dia telah memutuskan menjual 200 ekor dari 350 dombanya karena dia tidak mampu memberi makan mereka. “Jika situasinya memburuk, saya akan menjual semuanya,” tutur dia.
Rhemi tidak sendirian. Pejabat Serikat Petani Khaled Ayari mengatakan Tunisia telah menghasilkan 1,2 juta domba untuk Idul Adha tahun 2022 tetapi hanya sekitar 850.000 ekor tahun ini.
“Serikat Petani telah menolak impor domba untuk melindungi petani,” ungkap Ayari.
Haithem Jouini, petani muda yang mewarisi ternaknya ketika ayahnya meninggal, mengatakan dia selalu berpikir untuk bermigrasi.
“Saya tidak bisa hidup seperti ini… hati saya hancur. Mengapa pemerintah tidak dapat membantu kami? Orang-orang menderita,” pungkas dia
Di Borj El Amri, petani Nabil Rhimi (38), mengatakan kekeringan telah sepenuhnya menghancurkan tanaman gandum dan stok gandumnya.
Kondisi itu membuatnya perlu membeli pakan ternak untuk dombanya, tetapi hampir tidak mampu membayar kenaikan harga pakan ternak.
Dia telah memutuskan menjual 200 ekor dari 350 dombanya karena dia tidak mampu memberi makan mereka. “Jika situasinya memburuk, saya akan menjual semuanya,” tutur dia.
Rhemi tidak sendirian. Pejabat Serikat Petani Khaled Ayari mengatakan Tunisia telah menghasilkan 1,2 juta domba untuk Idul Adha tahun 2022 tetapi hanya sekitar 850.000 ekor tahun ini.
“Serikat Petani telah menolak impor domba untuk melindungi petani,” ungkap Ayari.
Haithem Jouini, petani muda yang mewarisi ternaknya ketika ayahnya meninggal, mengatakan dia selalu berpikir untuk bermigrasi.
“Saya tidak bisa hidup seperti ini… hati saya hancur. Mengapa pemerintah tidak dapat membantu kami? Orang-orang menderita,” pungkas dia
(sya)