Mengulik Sejarah Hubungan Israel dan Mesir, dari Perang Panjang hingga Berujung Perdamaian
loading...
A
A
A
KAIRO - Sejarah hubungan Israel dan Mesir menjadi pembahasan yang menarik diulas. Dalam riwayatnya, kedua negara ini pernah menjadi musuh sebelum akhirnya sepakat untuk damai dan membuka hubungan.
Terbaru, hubungan antara Israel dan Mesir kembali menjadi perbincangan banyak orang. Hal ini terjadi pasca penembakan tiga polisi Israel di dekat perbatasan Mesir.
Mengutip Reuters, Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu menyebut penembakan tersebut dilakukan seorang anggota dinas keamanan Mesir. Dalam hal ini, dia juga menuntut pemerintah Mesir untuk melakukan penyelidikan bersama.
Melihat ke belakang, Israel dan Mesir memiliki hubungan yang telah terbentuk cukup lama. Namun, sebelum memutuskan untuk menjalin hubungan diplomatik, keduanya diketahui pernah berkonflik.
Hubungan antara Tel Aviv dan Kairo tidak terjalin begitu saja tanpa alasan. Melihat riwayatnya, kedua negara ini pernah terlibat konflik panjang selama bertahun-tahun lamanya.
Mengutip laman TeachMideast, sedikitnya Mesir pernah terlibat dalam empat perang berbeda dengan Israel. Pertama, mereka pernah bertempur pada perang Arab-Israel tahun 1948.
Saat itu, Mesir bersama sejumlah negara Arab lainnya menyatakan perang sebagai tanggapan atas berdirinya negara Israel tahun 1948. Pada hasilnya, Israel berhasil menang dan meraih keuntungan banyak dari perang ini.
Kemudian, Mesir dan Israel juga pernah terlibat dalam konflik yang dikenal ‘Suez Crisis’ sekitar tahun 1956. Saat itu, Tel Aviv berusaha merebut Terusan Suez dari Kairo.
Lanjut, tahun 1967 muncul pertempuran lain yang dikenal ‘Six Day War’. Konflik ini berlaku atas koalisi negara Arab seperti Mesir, Suriah dan Yordania menghadapi Israel.
Dalam Perang 1967, di luar dugaan Israel meraih kemenangan dan berhasil merebut sejumlah wilayah. Sementara di sisi Tel Aviv bergembira, para pemimpin negara Arab terkejut dengan kekalahannya yang dianggap memalukan.
Perang terakhir yang terjadi dikenal sebagai Yom Kippur tahun 1973. Berusaha merebut kembali wilayah yang hilang, pasukan Mesir-Suriah menggempur Israel di hari suci Yom Kippur.
Sempat tertekan, pada akhirnya Israel melakukan serangan balik dan berusaha mengembalikan keadaan. Pada akhirnya, gencatan senjata terjadi dengan mediasi oleh AS dan Uni Soviet.
Setelah rangkaian pertempuran antara negara Arab-Israel, mulai muncul sejumlah perjanjian perdamaian. Salah satunya adalah Perjanjian Camp David tahun 1978 serta Perjanjian Perdamaian Israel-Mesir setahun setelahnya.
Pada perkembangannya, Mesir dan Israel menikmati hubungan yang damai, meski sejatinya mereka bisa dibilang tidak terlalu ‘bersahabat’. Terlebih, pada periode Arab Spring muncul kekhawatiran Israel tentang hubungannya dengan Kairo.
Namun, nyatanya hubungan yang dibangun melalui perjanjian 1979 masih tetap dipertahankan sampai sekarang. Tak hanya itu, beberapa kali keduanya juga menjalin kerja sama dalam berbagai bidang yang saling menguntungkan.
Terbaru, hubungan antara Israel dan Mesir kembali menjadi perbincangan banyak orang. Hal ini terjadi pasca penembakan tiga polisi Israel di dekat perbatasan Mesir.
Mengutip Reuters, Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu menyebut penembakan tersebut dilakukan seorang anggota dinas keamanan Mesir. Dalam hal ini, dia juga menuntut pemerintah Mesir untuk melakukan penyelidikan bersama.
Melihat ke belakang, Israel dan Mesir memiliki hubungan yang telah terbentuk cukup lama. Namun, sebelum memutuskan untuk menjalin hubungan diplomatik, keduanya diketahui pernah berkonflik.
Sejarah Hubungan Israel dan Mesir
Hubungan antara Tel Aviv dan Kairo tidak terjalin begitu saja tanpa alasan. Melihat riwayatnya, kedua negara ini pernah terlibat konflik panjang selama bertahun-tahun lamanya.
Mengutip laman TeachMideast, sedikitnya Mesir pernah terlibat dalam empat perang berbeda dengan Israel. Pertama, mereka pernah bertempur pada perang Arab-Israel tahun 1948.
Saat itu, Mesir bersama sejumlah negara Arab lainnya menyatakan perang sebagai tanggapan atas berdirinya negara Israel tahun 1948. Pada hasilnya, Israel berhasil menang dan meraih keuntungan banyak dari perang ini.
Kemudian, Mesir dan Israel juga pernah terlibat dalam konflik yang dikenal ‘Suez Crisis’ sekitar tahun 1956. Saat itu, Tel Aviv berusaha merebut Terusan Suez dari Kairo.
Lanjut, tahun 1967 muncul pertempuran lain yang dikenal ‘Six Day War’. Konflik ini berlaku atas koalisi negara Arab seperti Mesir, Suriah dan Yordania menghadapi Israel.
Dalam Perang 1967, di luar dugaan Israel meraih kemenangan dan berhasil merebut sejumlah wilayah. Sementara di sisi Tel Aviv bergembira, para pemimpin negara Arab terkejut dengan kekalahannya yang dianggap memalukan.
Perang terakhir yang terjadi dikenal sebagai Yom Kippur tahun 1973. Berusaha merebut kembali wilayah yang hilang, pasukan Mesir-Suriah menggempur Israel di hari suci Yom Kippur.
Sempat tertekan, pada akhirnya Israel melakukan serangan balik dan berusaha mengembalikan keadaan. Pada akhirnya, gencatan senjata terjadi dengan mediasi oleh AS dan Uni Soviet.
Setelah rangkaian pertempuran antara negara Arab-Israel, mulai muncul sejumlah perjanjian perdamaian. Salah satunya adalah Perjanjian Camp David tahun 1978 serta Perjanjian Perdamaian Israel-Mesir setahun setelahnya.
Pada perkembangannya, Mesir dan Israel menikmati hubungan yang damai, meski sejatinya mereka bisa dibilang tidak terlalu ‘bersahabat’. Terlebih, pada periode Arab Spring muncul kekhawatiran Israel tentang hubungannya dengan Kairo.
Namun, nyatanya hubungan yang dibangun melalui perjanjian 1979 masih tetap dipertahankan sampai sekarang. Tak hanya itu, beberapa kali keduanya juga menjalin kerja sama dalam berbagai bidang yang saling menguntungkan.
(sya)