5 Fakta Latar Belakang Swedia Ingin Bergabungnya ke NATO
loading...
A
A
A
2. Belajar dari Pengalaman Ukraina
Foto/Reuters
Perdana Menteri (PM) Swedia Magdalena Andersson jujur menyatakan tindakan Rusia terhadap Ukraina mendorong pemerintahannya segera mengajukan keanggotaan NATO.
"Invasi Rusia ke Ukraina yang tidak beralasan tidak hanya ilegal dan tidak dapat dipertahankan, tetapi juga merusak tatanan keamanan Eropa di mana Swedia membangun keamanannya," kata Andersson.
“Jika Swedia menjadi satu-satunya negara di wilayah Laut Baltik yang bukan anggota NATO, kami akan berada dalam posisi yang sangat rentan. Kami tidak dapat mengesampingkan bahwa Rusia kemudian akan meningkatkan tekanan terhadap Swedia,” ujar Andersson.
Menyaksikan perang di Ukraina terungkap seperti menghidupkan kembali sejarah ini, kata Iro Sarkka, seorang ilmuwan politik di Universitas Helsinki. Finlandia sedang melihat perbatasan 1.340 km (830 mil) mereka dengan Rusia, katanya, dan berpikir: "Mungkinkah ini terjadi pada kita?"
3. Kerap Bersitegang dengan Rusia
Foto/Reuters
Swedia juga merasa terancam dalam beberapa tahun terakhir, dengan beberapa pelanggaran wilayah udara yang dilaporkan oleh pesawat militer Rusia.
Pada 2014, orang Swedia terpaku oleh laporan bahwa kapal selam Rusia bersembunyi di perairan dangkal kepulauan Stockholm. Dua tahun kemudian tentara Swedia kembali ke pulau Gotland yang kecil namun penting secara strategis di Laut Baltik, setelah meninggalkannya selama dua dekade.
Presiden Rusia Vladimir Putin percaya ekspansi NATO merupakan ancaman langsung terhadap keamanan negaranya, sehingga bergabungnya Swedia dan Finlandia dengan aliansi tersebut akan dianggap sebagai provokasi.
Kementerian luar negeri Rusia mengatakan kedua negara telah diperingatkan tentang "konsekuensi" dari langkah tersebut. Mantan Presiden Dmitry Medvedev, sekutu dekat pemimpin Rusia, telah memperingatkan bahwa aksesi NATO dapat mendorong Moskow untuk menyebarkan senjata nuklir di Kaliningrad, daerah kantong Rusia antara Polandia dan Lithuania.
Meski tidak menampik ancaman tersebut, Alexander Stubb menyarankan risiko yang lebih realistis adalah serangan dunia maya Rusia, kampanye disinformasi, dan pelanggaran wilayah udara sesekali.