Mengenal Zoroaster, Agama Monoteis Tertua di Dunia yang Dikira Menyembah Api
loading...
A
A
A
Dia memerintah dengan hukum Zoroastrian asha tetapi tidak memaksakan Zoroastrianisme pada orang-orang di wilayah taklukan Persia.
Keyakinan Zoroastrianisme tersebar di seluruh Asia melalui Jalur Sutra, jaringan jalur perdagangan yang menyebar dari China ke Timur Tengah dan ke Eropa.
Beberapa sarjana, seperti dikutip BBC, mengatakan bahwa ajaran Zoroastrianisme membantu membentuk agama-agama besar Ibrahim—termasuk Yudaisme, Kristen, dan Islam—melalui pengaruh Kekaisaran Persia.
Konsep Zoroastrianisme, termasuk gagasan tentang satu tuhan, surga, neraka, dan hari penghakiman, mungkin pertama kali diperkenalkan ke komunitas Yahudi Babilonia, tempat orang-orang dari Kerajaan Yudea telah hidup dalam penawanan selama beberapa dekade.
Ketika Cyrus menaklukkan Babilonia pada tahun 539 SM, dia membebaskan orang Yahudi Babilonia. Banyak yang pulang ke Yerusalem, di mana keturunan mereka menerima Alkitab Ibrani.
Selama ribuan tahun berikutnya, Zoroastrianisme mendominasi dua dinasti Persia berikutnya—Kekaisaran Parthia dan Sassania—hingga penaklukan Muslim atas Persia pada abad ke-7 M.
Penaklukan Muslim di Persia antara tahun 633 hingg 651 M menyebabkan jatuhnya Kekaisaran Persia Sassania dan penurunan agama Zoroastrianisme di Iran. Seiring waktu, sebagian besar Zoroastrian Iran masuk Islam.
Faravahar adalah simbol kuno kepercayaan Zoroastrianisme. Itu menggambarkan seorang pria berjanggut dengan satu tangan terulur ke depan. Dia berdiri di atas sepasang sayap yang terentang dari sebuah lingkaran yang melambangkan keabadian.
Api adalah simbol penting Zoroastrianisme lainnya, karena melambangkan cahaya, kehangatan, dan memiliki kekuatan pemurnian. Beberapa penganut Zoroastrian juga mengenali pohon cemara yang selalu hijau sebagai simbol kehidupan abadi.
Api—-bersama air-—dipandang sebagai simbol kemurnian dalam agama Zoroastrianisme. Lantaran menjadi salah satu simbol, penganut Zoroastrianisme kerap disalahpahami sebagai penyembah api. Mereka sebenarnya menyembah satu Tuhan atau Dewa yang mereka sebut Ahura Mazda.
Keyakinan Zoroastrianisme tersebar di seluruh Asia melalui Jalur Sutra, jaringan jalur perdagangan yang menyebar dari China ke Timur Tengah dan ke Eropa.
Beberapa sarjana, seperti dikutip BBC, mengatakan bahwa ajaran Zoroastrianisme membantu membentuk agama-agama besar Ibrahim—termasuk Yudaisme, Kristen, dan Islam—melalui pengaruh Kekaisaran Persia.
Konsep Zoroastrianisme, termasuk gagasan tentang satu tuhan, surga, neraka, dan hari penghakiman, mungkin pertama kali diperkenalkan ke komunitas Yahudi Babilonia, tempat orang-orang dari Kerajaan Yudea telah hidup dalam penawanan selama beberapa dekade.
Ketika Cyrus menaklukkan Babilonia pada tahun 539 SM, dia membebaskan orang Yahudi Babilonia. Banyak yang pulang ke Yerusalem, di mana keturunan mereka menerima Alkitab Ibrani.
Selama ribuan tahun berikutnya, Zoroastrianisme mendominasi dua dinasti Persia berikutnya—Kekaisaran Parthia dan Sassania—hingga penaklukan Muslim atas Persia pada abad ke-7 M.
Penaklukan Muslim di Persia antara tahun 633 hingg 651 M menyebabkan jatuhnya Kekaisaran Persia Sassania dan penurunan agama Zoroastrianisme di Iran. Seiring waktu, sebagian besar Zoroastrian Iran masuk Islam.
Simbol dan Keyakinan Zoroastrianisme
Faravahar adalah simbol kuno kepercayaan Zoroastrianisme. Itu menggambarkan seorang pria berjanggut dengan satu tangan terulur ke depan. Dia berdiri di atas sepasang sayap yang terentang dari sebuah lingkaran yang melambangkan keabadian.
Api adalah simbol penting Zoroastrianisme lainnya, karena melambangkan cahaya, kehangatan, dan memiliki kekuatan pemurnian. Beberapa penganut Zoroastrian juga mengenali pohon cemara yang selalu hijau sebagai simbol kehidupan abadi.
Api—-bersama air-—dipandang sebagai simbol kemurnian dalam agama Zoroastrianisme. Lantaran menjadi salah satu simbol, penganut Zoroastrianisme kerap disalahpahami sebagai penyembah api. Mereka sebenarnya menyembah satu Tuhan atau Dewa yang mereka sebut Ahura Mazda.