Perdana Menteri Qatar dan Pemimpin Taliban Gelar Pertemuan Rahasia
loading...
A
A
A
AS mendesak Taliban memulihkan kebebasan bergerak perempuan dan membawa warga Afghanistan dari luar jajaran Taliban ke dalam pemerintahan.
Komentar sumber itu menunjukkan Washington mendukung peningkatan pembicaraan tingkat rendah yang tidak produktif dengan harapan terobosan yang dapat mengakhiri satu-satunya larangan di dunia dan meredakan krisis kemanusiaan dan keuangan yang mengerikan yang telah menyebabkan puluhan juta warga Afghanistan kelaparan dan menganggur.
Gedung Putih menolak mengomentari pembicaraan tersebut. Departemen Luar Negeri dan kedutaan besar Qatar di Washington tidak menanggapi permintaan komentar.
Taliban tidak segera menanggapi permintaan komentar.
Ali Jalali, mantan menteri dalam negeri Afghanistan, mengatakan dia tidak percaya Haibatullah akan terlibat dalam dialog serius dengan Amerika Serikat dan kekuatan lain sampai dia menghilangkan persaingan faksi dan perbedaan atas larangan pendidikan anak perempuan di Afghanistan.
“Haibatullah akan memegang kartunya dan sampai dia mengkonsolidasikan kekuatannya," ungkap Jalali, profesor di Universitas Pertahanan Nasional AS.
Komentar sumber itu menunjukkan Washington mendukung peningkatan pembicaraan tingkat rendah yang tidak produktif dengan harapan terobosan yang dapat mengakhiri satu-satunya larangan di dunia dan meredakan krisis kemanusiaan dan keuangan yang mengerikan yang telah menyebabkan puluhan juta warga Afghanistan kelaparan dan menganggur.
Gedung Putih menolak mengomentari pembicaraan tersebut. Departemen Luar Negeri dan kedutaan besar Qatar di Washington tidak menanggapi permintaan komentar.
Taliban tidak segera menanggapi permintaan komentar.
Ali Jalali, mantan menteri dalam negeri Afghanistan, mengatakan dia tidak percaya Haibatullah akan terlibat dalam dialog serius dengan Amerika Serikat dan kekuatan lain sampai dia menghilangkan persaingan faksi dan perbedaan atas larangan pendidikan anak perempuan di Afghanistan.
“Haibatullah akan memegang kartunya dan sampai dia mengkonsolidasikan kekuatannya," ungkap Jalali, profesor di Universitas Pertahanan Nasional AS.
(sya)