Perdana Menteri Qatar dan Pemimpin Taliban Gelar Pertemuan Rahasia
loading...
A
A
A
KABUL - Perdana Menteri (PM) Qatar Mohammed bin Abdulrahman Al-Thani mengadakan pembicaraan rahasia dengan Pemimpin Tertinggi Taliban Haibatullah Akhunzada bulan ini untuk menyelesaikan ketegangan dengan komunitas internasional.
Kabar tersebut diungkapkan seorang sumber yang memberi pengarahan pada pertemuan itu.
Langkah ini menandakan kesediaan baru oleh penguasa Afghanistan untuk membahas cara-cara mengakhiri isolasi mereka, menurut laporan Reuters.
Pertemuan 12 Mei 2023 di kota Kandahar, Afghanistan selatan, antara Perdana Menteri Qatar Mohammed bin Abdulrahman Al-Thani dan Haibatullah Akhunzada adalah pertemuan pertama yang diketahui dilakukan pemimpin Taliban dengan seorang pemimpin asing.
“Pemerintahan Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden diberi pengarahan tentang pembicaraan itu dan berkoordinasi tentang semua masalah yang dibahas oleh keduanya, termasuk melanjutkan dialog dengan Taliban,” ungkap sumber itu.
Sumber itu, yang berbicara tanpa menyebut nama, mengatakan masalah lain yang diangkat Sheikh Mohammed dengan Haibatullah termasuk perlunya mengakhiri larangan Taliban terhadap pendidikan anak perempuan dan pekerjaan perempuan.
Pertemuan tersebut merupakan keberhasilan diplomatik untuk Qatar, yang telah mengkritik pembatasan perempuan oleh Taliban.
Qatar menggunakan hubungan lama dengan gerakan Islam itu untuk mendorong keterlibatan yang lebih dalam antara Kabul dan masyarakat internasional.
Amerika Serikat telah memimpin tuntutan kepada Taliban untuk mengakhiri larangan sekolah anak perempuan dan perempuan bekerja, termasuk untuk badan-badan PBB dan kelompok kemanusiaan.
AS mendesak Taliban memulihkan kebebasan bergerak perempuan dan membawa warga Afghanistan dari luar jajaran Taliban ke dalam pemerintahan.
Komentar sumber itu menunjukkan Washington mendukung peningkatan pembicaraan tingkat rendah yang tidak produktif dengan harapan terobosan yang dapat mengakhiri satu-satunya larangan di dunia dan meredakan krisis kemanusiaan dan keuangan yang mengerikan yang telah menyebabkan puluhan juta warga Afghanistan kelaparan dan menganggur.
Gedung Putih menolak mengomentari pembicaraan tersebut. Departemen Luar Negeri dan kedutaan besar Qatar di Washington tidak menanggapi permintaan komentar.
Taliban tidak segera menanggapi permintaan komentar.
Ali Jalali, mantan menteri dalam negeri Afghanistan, mengatakan dia tidak percaya Haibatullah akan terlibat dalam dialog serius dengan Amerika Serikat dan kekuatan lain sampai dia menghilangkan persaingan faksi dan perbedaan atas larangan pendidikan anak perempuan di Afghanistan.
“Haibatullah akan memegang kartunya dan sampai dia mengkonsolidasikan kekuatannya," ungkap Jalali, profesor di Universitas Pertahanan Nasional AS.
Kabar tersebut diungkapkan seorang sumber yang memberi pengarahan pada pertemuan itu.
Langkah ini menandakan kesediaan baru oleh penguasa Afghanistan untuk membahas cara-cara mengakhiri isolasi mereka, menurut laporan Reuters.
Pertemuan 12 Mei 2023 di kota Kandahar, Afghanistan selatan, antara Perdana Menteri Qatar Mohammed bin Abdulrahman Al-Thani dan Haibatullah Akhunzada adalah pertemuan pertama yang diketahui dilakukan pemimpin Taliban dengan seorang pemimpin asing.
“Pemerintahan Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden diberi pengarahan tentang pembicaraan itu dan berkoordinasi tentang semua masalah yang dibahas oleh keduanya, termasuk melanjutkan dialog dengan Taliban,” ungkap sumber itu.
Sumber itu, yang berbicara tanpa menyebut nama, mengatakan masalah lain yang diangkat Sheikh Mohammed dengan Haibatullah termasuk perlunya mengakhiri larangan Taliban terhadap pendidikan anak perempuan dan pekerjaan perempuan.
Pertemuan tersebut merupakan keberhasilan diplomatik untuk Qatar, yang telah mengkritik pembatasan perempuan oleh Taliban.
Qatar menggunakan hubungan lama dengan gerakan Islam itu untuk mendorong keterlibatan yang lebih dalam antara Kabul dan masyarakat internasional.
Amerika Serikat telah memimpin tuntutan kepada Taliban untuk mengakhiri larangan sekolah anak perempuan dan perempuan bekerja, termasuk untuk badan-badan PBB dan kelompok kemanusiaan.
AS mendesak Taliban memulihkan kebebasan bergerak perempuan dan membawa warga Afghanistan dari luar jajaran Taliban ke dalam pemerintahan.
Komentar sumber itu menunjukkan Washington mendukung peningkatan pembicaraan tingkat rendah yang tidak produktif dengan harapan terobosan yang dapat mengakhiri satu-satunya larangan di dunia dan meredakan krisis kemanusiaan dan keuangan yang mengerikan yang telah menyebabkan puluhan juta warga Afghanistan kelaparan dan menganggur.
Gedung Putih menolak mengomentari pembicaraan tersebut. Departemen Luar Negeri dan kedutaan besar Qatar di Washington tidak menanggapi permintaan komentar.
Taliban tidak segera menanggapi permintaan komentar.
Ali Jalali, mantan menteri dalam negeri Afghanistan, mengatakan dia tidak percaya Haibatullah akan terlibat dalam dialog serius dengan Amerika Serikat dan kekuatan lain sampai dia menghilangkan persaingan faksi dan perbedaan atas larangan pendidikan anak perempuan di Afghanistan.
“Haibatullah akan memegang kartunya dan sampai dia mengkonsolidasikan kekuatannya," ungkap Jalali, profesor di Universitas Pertahanan Nasional AS.
(sya)