3 Dampak Nyata Kemenangan Erdogan bagi Perang Ukraina-Rusia
loading...
A
A
A
2. Memperkuat Pengaruh Turki
Erdogan telah mengarahkan kembali Ankara sebagai kekuatan dunia yang dipertimbangkan dalam krisis Turki. NATO tak bisa serta merta mengabaikannya. Itu ditujukan agar Turki mendapatkan keuntungan secara geopolitik.
“Erdogan ingin melihat kelahiran Kesultanan Turki, keyakinan bahwa Turki ditakdirkan untuk menjadi hegemon, secara regional, tetapi juga kekuatan global di abad ke-21,” kata Asli Aydintasbas, peneliti tamu di Brookings Institution. “Jelas ada sedikit sentimen kesultanan baru, tetapi dia telah meyakinkan publik Turki bahwa inilah jalan yang harus diambil Turki," paparnya, dilansir Vox.
Erdogan menggunakan visi nasionalistik ini untuk keuntungan politik di dalam negeri. Bagi Erdogan, diungkapkan Sibel Oktay, profesor ilmu politik di University of Illinois Springfield, “kebijakan luar negeri bukan hanya tentang memprioritaskan keamanan nasional, tetapi juga memastikan bahwa apa pun yang Erdogan lakukan di domain asing akan memperkuatnya.”
Namun Gonul Tol, direktur pendiri program Turki di Middle East Institute, sebuah think tank Washington, mengungkapkan Turki akan ditinggalkan NATO. “Saya tidak melihat bagaimana uang Barat tiba-tiba mulai mengalir ke Turki, di negara di mana Erdogan mungkin akan melipatgandakan represi di dalam negeri,” katanya.
Turki akan mendekati Qatar atau Arab Saudi untuk membiayai kekurangan anggaran. “Biasanya, ketika pemerintahan otoriter akan menghadapi lebih banyak ketidakstabilan di dalam negeri, mereka cenderung mengejar kebijakan luar negeri nasionalis anti-Barat yang lebih tidak terduga,” kata Tol.
3. Bermain Cantik dengan Rusia
Foto/Reuters
Keyakinan Erdogan pada dunia multipolar berarti dia tidak cukup setuju dengan tatanan yang dipimpin Barat. Turki merupakan anggota NATO yang sudah lama, tetapi Erdogan telah mencoba untuk menempa kebijakan luar negeri yang lebih independen, yang melepaskan Ankara dari ketergantungannya pada Washington.
Erdogan telah mengarahkan kembali Ankara sebagai kekuatan dunia yang dipertimbangkan dalam krisis Turki. NATO tak bisa serta merta mengabaikannya. Itu ditujukan agar Turki mendapatkan keuntungan secara geopolitik.
“Erdogan ingin melihat kelahiran Kesultanan Turki, keyakinan bahwa Turki ditakdirkan untuk menjadi hegemon, secara regional, tetapi juga kekuatan global di abad ke-21,” kata Asli Aydintasbas, peneliti tamu di Brookings Institution. “Jelas ada sedikit sentimen kesultanan baru, tetapi dia telah meyakinkan publik Turki bahwa inilah jalan yang harus diambil Turki," paparnya, dilansir Vox.
Erdogan menggunakan visi nasionalistik ini untuk keuntungan politik di dalam negeri. Bagi Erdogan, diungkapkan Sibel Oktay, profesor ilmu politik di University of Illinois Springfield, “kebijakan luar negeri bukan hanya tentang memprioritaskan keamanan nasional, tetapi juga memastikan bahwa apa pun yang Erdogan lakukan di domain asing akan memperkuatnya.”
Namun Gonul Tol, direktur pendiri program Turki di Middle East Institute, sebuah think tank Washington, mengungkapkan Turki akan ditinggalkan NATO. “Saya tidak melihat bagaimana uang Barat tiba-tiba mulai mengalir ke Turki, di negara di mana Erdogan mungkin akan melipatgandakan represi di dalam negeri,” katanya.
Turki akan mendekati Qatar atau Arab Saudi untuk membiayai kekurangan anggaran. “Biasanya, ketika pemerintahan otoriter akan menghadapi lebih banyak ketidakstabilan di dalam negeri, mereka cenderung mengejar kebijakan luar negeri nasionalis anti-Barat yang lebih tidak terduga,” kata Tol.
3. Bermain Cantik dengan Rusia
Foto/Reuters
Keyakinan Erdogan pada dunia multipolar berarti dia tidak cukup setuju dengan tatanan yang dipimpin Barat. Turki merupakan anggota NATO yang sudah lama, tetapi Erdogan telah mencoba untuk menempa kebijakan luar negeri yang lebih independen, yang melepaskan Ankara dari ketergantungannya pada Washington.