Murka dengan Rusia, Gereja Ortodoks Ukraina Ubah Tanggal Hari Natal dan Paskah
loading...
A
A
A
KIEV - Gereja Ortodoks Ukraina (OCU) yang didukung Kiev, mengumumkan rencananya mengadopsi kalender liturgi baru.
Langkah ini akan membuatnya lebih dekat dengan denominasi Katolik dan Protestan sambil memutuskan tradisi yang diikuti Gereja Ortodoks Ukraina (UOC) kanonik dan Gereja Ortodoks Rusia.
Kalender itu digunakan untuk menentukan tanggal hari-hari besar seperti Natal atau Paskah.
Menurut outlet media berita Strana.ua Ukraina, OCU mungkin mulai merayakan Natal pada 25 Desember, bukan 7 Januari, seperti biasanya sesuai UOC kanonik.
Gereja Ortodoks biasanya berpegang pada kalender liturgi Ortodoks mereka sendiri, yang berbeda dari kalender Katolik dan Protestan.
Lima di antaranya, termasuk Gereja Ortodoks Rusia yang merupakan Gereja Ortodoks terbesar di dunia dengan 150 juta umat di seluruh dunia, serta Yerusalem, Gereja Ortodoks Serbia, Georgia, dan Polandia, masih mengikuti kalender Julian kuno.
Umat Katolik dan Protestan menggunakan kalender Gregorian, yang diperkenalkan Paus Gregorius XIII pada abad ke-16.
Patriarkat Konstantinopel, bersama dengan 10 gereja Ortodoks lainnya, mengadopsi Kalender Julian yang Direvisi pada awal abad ke-20.
Reformasi membuat tanggal semua hari suci tetap, seperti Natal, mirip dengan tanggal Gereja Katolik.
Hari-hari suci yang dapat dipindahkan seperti Paskah masih ditentukan sesuai dengan kalender Julian lama di bawah sistem baru ini.
Sekarang, OCU ingin mengadopsi kalender yang telah direvisi, dengan alasan bahwa itu lebih "akurat".
Gereja yang didukung Kiev telah "mempertimbangkan reformasi kalender dan mengambil langkah-langkah yang relevan ... untuk waktu yang lama," papar ketuanya, Epiphany Metropolitan, kepada outlet media Gazeta.ua Ukraina.
“Keputusan akhir akan dibuat di dewan uskup pada bulan Mei,” ujar dia.
Reformasi akan memungkinkan OCU beralih ke "kalender yang lebih akurat dan menghindari secara bertahap memindahkan hari-hari suci tetap di masa depan," menurut dia.
Media Ukraina menjelaskan, beberapa keuskupan OCU mengadopsi kalender baru bahkan sebelum keputusan dewan.
Di Odessa, para pendeta OCU setempat mengumumkan untuk mengadopsi kalender baru pada awal Januari.
Langkah itu dilakukan di tengah tindakan keras Kiev terhadap Gereja Ortodoks Ukraina yang kanonik.
UOC memiliki hubungan sejarah dengan Gereja Ortodoks Rusia dan dituduh oleh pejabat Ukraina sebagai ancaman keamanan di tengah konflik militer dengan Rusia.
Dinas Keamanan Ukraina (SBU) telah menggerebek gereja-gereja UOC, seolah-olah mencari persediaan senjata dan bukti pengkhianatan.
Enam wilayah Ukraina telah melarang UOC di wilayah mereka dan mendukung OCU. Didirikan hanya pada tahun 2018, OCU hanya diakui oleh tiga gereja Ortodoks lainnya. UOC menganggapnya sesat.
Pemerintah Presiden Vladimir Zelensky telah menyiapkan undang-undang yang akan melarang UOC di Ukraina, tetapi parlemen belum memberikan suara untuk itu.
Moskow memprotes penganiayaan terhadap umat Kristen Ortodoks oleh otoritas Ukraina, tetapi sejauh ini tidak ada badan hak asasi manusia di Barat yang menanggapi.
Langkah ini akan membuatnya lebih dekat dengan denominasi Katolik dan Protestan sambil memutuskan tradisi yang diikuti Gereja Ortodoks Ukraina (UOC) kanonik dan Gereja Ortodoks Rusia.
Kalender itu digunakan untuk menentukan tanggal hari-hari besar seperti Natal atau Paskah.
Menurut outlet media berita Strana.ua Ukraina, OCU mungkin mulai merayakan Natal pada 25 Desember, bukan 7 Januari, seperti biasanya sesuai UOC kanonik.
Gereja Ortodoks biasanya berpegang pada kalender liturgi Ortodoks mereka sendiri, yang berbeda dari kalender Katolik dan Protestan.
Lima di antaranya, termasuk Gereja Ortodoks Rusia yang merupakan Gereja Ortodoks terbesar di dunia dengan 150 juta umat di seluruh dunia, serta Yerusalem, Gereja Ortodoks Serbia, Georgia, dan Polandia, masih mengikuti kalender Julian kuno.
Umat Katolik dan Protestan menggunakan kalender Gregorian, yang diperkenalkan Paus Gregorius XIII pada abad ke-16.
Patriarkat Konstantinopel, bersama dengan 10 gereja Ortodoks lainnya, mengadopsi Kalender Julian yang Direvisi pada awal abad ke-20.
Reformasi membuat tanggal semua hari suci tetap, seperti Natal, mirip dengan tanggal Gereja Katolik.
Hari-hari suci yang dapat dipindahkan seperti Paskah masih ditentukan sesuai dengan kalender Julian lama di bawah sistem baru ini.
Sekarang, OCU ingin mengadopsi kalender yang telah direvisi, dengan alasan bahwa itu lebih "akurat".
Gereja yang didukung Kiev telah "mempertimbangkan reformasi kalender dan mengambil langkah-langkah yang relevan ... untuk waktu yang lama," papar ketuanya, Epiphany Metropolitan, kepada outlet media Gazeta.ua Ukraina.
“Keputusan akhir akan dibuat di dewan uskup pada bulan Mei,” ujar dia.
Reformasi akan memungkinkan OCU beralih ke "kalender yang lebih akurat dan menghindari secara bertahap memindahkan hari-hari suci tetap di masa depan," menurut dia.
Media Ukraina menjelaskan, beberapa keuskupan OCU mengadopsi kalender baru bahkan sebelum keputusan dewan.
Di Odessa, para pendeta OCU setempat mengumumkan untuk mengadopsi kalender baru pada awal Januari.
Langkah itu dilakukan di tengah tindakan keras Kiev terhadap Gereja Ortodoks Ukraina yang kanonik.
UOC memiliki hubungan sejarah dengan Gereja Ortodoks Rusia dan dituduh oleh pejabat Ukraina sebagai ancaman keamanan di tengah konflik militer dengan Rusia.
Dinas Keamanan Ukraina (SBU) telah menggerebek gereja-gereja UOC, seolah-olah mencari persediaan senjata dan bukti pengkhianatan.
Enam wilayah Ukraina telah melarang UOC di wilayah mereka dan mendukung OCU. Didirikan hanya pada tahun 2018, OCU hanya diakui oleh tiga gereja Ortodoks lainnya. UOC menganggapnya sesat.
Pemerintah Presiden Vladimir Zelensky telah menyiapkan undang-undang yang akan melarang UOC di Ukraina, tetapi parlemen belum memberikan suara untuk itu.
Moskow memprotes penganiayaan terhadap umat Kristen Ortodoks oleh otoritas Ukraina, tetapi sejauh ini tidak ada badan hak asasi manusia di Barat yang menanggapi.
(sya)