Pejuang Gaza Tembakkan Roket setelah Pemimpin Jihad Islam Meninggal di Penjara Israel
loading...
A
A
A
JALUR GAZA - Pejuang Gaza menembakkan roket pada Selasa (2/5/2023) setelah kematian tokoh Jihad Islam Palestina Khader Adnan dalam tahanan Israel.
Khader Adnan telah melakukan mogok makan selama hampir tiga bulan.
Serangan roket lintas perbatasan terjadi setelah kematian Khader Adnan, yang melakukan mogok makan sejak penahanannya oleh pasukan Israel di Tepi Barat pada bulan Februari.
Layanan penjara Israel mengumumkan kematian seorang tahanan yang berafiliasi dengan Jihad Islam, yang "ditemukan pagi ini di selnya tidak sadarkan diri."
Berita itu segera diikuti oleh tembakan roket ke Israel, menurut seorang jurnalis AFP yang menyaksikan. Militer Israel melaporkan tiga roket "jatuh di area terbuka."
Perdana Menteri Palestina Mohammad Shtayyeh menyebut kematian Adnan digambarkan sebagai "pembunuhan yang disengaja" oleh Israel.
"Dengan menolak permintaannya untuk pembebasannya, mengabaikannya secara medis dan menahannya di selnya, meskipun kondisi kesehatannya serius," ungkap pernyataan perdana menteri Palestina.
Adnan (45) adalah orang Palestina pertama yang meninggal sebagai akibat langsung dari mogok makan, menurut Klub Tahanan Palestina.
“Tahanan Palestina lainnya telah meninggal sebagai akibat dari upaya untuk memberi mereka makan secara paksa," papar direktur kelompok advokasi, Qaddura Faris.
Seorang pejabat senior Israel menggambarkan Adnan sebagai "seorang pemogok makan yang menolak perawatan medis, mempertaruhkan nyawanya."
“Dalam beberapa hari terakhir, pengadilan banding militer memutuskan untuk tidak membebaskannya dari tahanan semata-mata karena kondisi medisnya,” ujar pejabat Israel tersebut, yang meminta namanya tidak disebutkan.
Adnan digambarkan oleh pejabat itu sebagai "operator" Jihad Islam, yang menghadapi dakwaan terkait aktivitasnya dalam kelompok militan.
Jihad Islam, yang dianggap sebagai organisasi teroris oleh Uni Eropa dan Amerika Serikat (AS), memperingatkan Israel akan “membayar harga untuk kejahatan ini.”
"Pahlawan bebas, Khader Adnan, mati syahid dalam kejahatan yang dilakukan oleh musuh di depan dunia," papar kelompok pejuang itu.
Layanan penjara Israel mengatakan Adnan berada di penjara untuk ke-10 kalinya dan istrinya, Randa Mousa, sebelumnya mengatakan suaminya telah melakukan beberapa kali mogok makan di dalam tahanan.
“(Dia) menolak dukungan apa pun, menolak pemeriksaan medis, dia berada di sel dengan kondisi penahanan yang sangat sulit,” ujar dia pekan lalu.
Israel telah menduduki Tepi Barat sejak Perang Enam Hari tahun 1967 dan pasukannya secara teratur menahan warga Palestina, yang jadi target pengadilan militer Israel.
Dalam pesan terakhirnya, Adnan mengatakan dia "mengirimkan kata-kata ini karena daging dan lemakku telah meleleh."
“Saya berdoa agar Tuhan menerima saya sebagai martir yang setia,” tulis dia, dalam pesan yang diterbitkan Senin oleh Klub Tahanan Palestina.
Seorang petugas medis dari kelompok Dokter untuk Hak Asasi Manusia Israel mengunjungi Adnan di penjara awal pekan ini dan memperingatkan, “Dia menghadapi kematian yang akan segera terjadi,” sambil menyerukan agar dia “segera dipindahkan ke rumah sakit.”
Pihak berwenang Israel menolak memindahkan Adnan ke rumah sakit, menurut kelompok HAM dan istrinya.
Khader Adnan telah melakukan mogok makan selama hampir tiga bulan.
Serangan roket lintas perbatasan terjadi setelah kematian Khader Adnan, yang melakukan mogok makan sejak penahanannya oleh pasukan Israel di Tepi Barat pada bulan Februari.
Layanan penjara Israel mengumumkan kematian seorang tahanan yang berafiliasi dengan Jihad Islam, yang "ditemukan pagi ini di selnya tidak sadarkan diri."
Berita itu segera diikuti oleh tembakan roket ke Israel, menurut seorang jurnalis AFP yang menyaksikan. Militer Israel melaporkan tiga roket "jatuh di area terbuka."
Perdana Menteri Palestina Mohammad Shtayyeh menyebut kematian Adnan digambarkan sebagai "pembunuhan yang disengaja" oleh Israel.
"Dengan menolak permintaannya untuk pembebasannya, mengabaikannya secara medis dan menahannya di selnya, meskipun kondisi kesehatannya serius," ungkap pernyataan perdana menteri Palestina.
Adnan (45) adalah orang Palestina pertama yang meninggal sebagai akibat langsung dari mogok makan, menurut Klub Tahanan Palestina.
“Tahanan Palestina lainnya telah meninggal sebagai akibat dari upaya untuk memberi mereka makan secara paksa," papar direktur kelompok advokasi, Qaddura Faris.
Seorang pejabat senior Israel menggambarkan Adnan sebagai "seorang pemogok makan yang menolak perawatan medis, mempertaruhkan nyawanya."
“Dalam beberapa hari terakhir, pengadilan banding militer memutuskan untuk tidak membebaskannya dari tahanan semata-mata karena kondisi medisnya,” ujar pejabat Israel tersebut, yang meminta namanya tidak disebutkan.
Adnan digambarkan oleh pejabat itu sebagai "operator" Jihad Islam, yang menghadapi dakwaan terkait aktivitasnya dalam kelompok militan.
Jihad Islam, yang dianggap sebagai organisasi teroris oleh Uni Eropa dan Amerika Serikat (AS), memperingatkan Israel akan “membayar harga untuk kejahatan ini.”
"Pahlawan bebas, Khader Adnan, mati syahid dalam kejahatan yang dilakukan oleh musuh di depan dunia," papar kelompok pejuang itu.
Layanan penjara Israel mengatakan Adnan berada di penjara untuk ke-10 kalinya dan istrinya, Randa Mousa, sebelumnya mengatakan suaminya telah melakukan beberapa kali mogok makan di dalam tahanan.
“(Dia) menolak dukungan apa pun, menolak pemeriksaan medis, dia berada di sel dengan kondisi penahanan yang sangat sulit,” ujar dia pekan lalu.
Israel telah menduduki Tepi Barat sejak Perang Enam Hari tahun 1967 dan pasukannya secara teratur menahan warga Palestina, yang jadi target pengadilan militer Israel.
Dalam pesan terakhirnya, Adnan mengatakan dia "mengirimkan kata-kata ini karena daging dan lemakku telah meleleh."
“Saya berdoa agar Tuhan menerima saya sebagai martir yang setia,” tulis dia, dalam pesan yang diterbitkan Senin oleh Klub Tahanan Palestina.
Seorang petugas medis dari kelompok Dokter untuk Hak Asasi Manusia Israel mengunjungi Adnan di penjara awal pekan ini dan memperingatkan, “Dia menghadapi kematian yang akan segera terjadi,” sambil menyerukan agar dia “segera dipindahkan ke rumah sakit.”
Pihak berwenang Israel menolak memindahkan Adnan ke rumah sakit, menurut kelompok HAM dan istrinya.
(sya)