Presiden Brasil: AS Harus Berhenti Mendorong Perang di Ukraina!
loading...
A
A
A
BEIJING - Presiden Brasil Luiz Inacio Lula da Silva mengatakan pada Sabtu (15/4/2023) bahwa Amerika Serikat (AS) harus berhenti "mendorong" perang di Ukraina . Seruan ini disampaikan saat dia menyelesaikan kunjungan kenegaraan ke China, di mana dia telah memperkuat hubungan ekonomi dengan mitra dagang utama negaranya.
Lula da Silva menggunakan perjalanannya untuk mendorong pesan bahwa "Brasil telah kembali" sebagai pemain kunci di panggung global—dan untuk memperingatkan bahwa hubungan negara Amerika Selatan yang semakin dalam dengan China tidak dapat dinegosiasikan.
Lula pada Sabtu menuju ke Uni Emirat Arab (UEA) untuk kunjungan resmi satu hari, dan akan bertemu Presiden UEA Sheikh Mohamed bin Zayed Al-Nahyan.
Selama perjalanan ke China, pemimpin sayap kiri itu mengecam kekuatan dolar AS dan IMF, dan bertemu perwakilan dari raksasa teknologi China, Huawei, yang secara efektif telah ditutup dari pasar AS.
"Amerika Serikat perlu berhenti mendorong perang dan mulai berbicara tentang perdamaian. Uni Eropa perlu mulai berbicara tentang perdamaian," kata Lula kepada wartawan di Beijing, seperti dikutip AFP.
"Dengan cara itu, masyarakat internasional akan dapat meyakinkan Presiden Rusia Vladimir Putin dan pemimpin Ukraina Volodymyr Zelensky bahwa perdamaian adalah kepentingan seluruh dunia," katanya lagi, sebelum berangkat ke Uni Emirat Arab.
Lula, yang kembali berkuasa pada Januari setelah menjalani dua masa jabatan antara 2003 dan 2010, bertemu Presiden China Xi Jinping pada Jumat.
Kedua pemimpin itu meminta negara-negara maju untuk menepati janji mereka untuk memberikan USD100 miliar per tahun kepada negara-negara termiskin untuk memerangi dampak perubahan iklim.
Lula melakukan tindakan penyeimbangan yang rumit karena dia juga mencari hubungan yang lebih dekat dengan Washington. Kunjungannya, yang mencakup agenda ekonomi di Shanghai dan agenda politik di Beijing, dilakukan setelah pertemuan dengan Presiden AS Joe Biden pada Februari.
Lula da Silva menggunakan perjalanannya untuk mendorong pesan bahwa "Brasil telah kembali" sebagai pemain kunci di panggung global—dan untuk memperingatkan bahwa hubungan negara Amerika Selatan yang semakin dalam dengan China tidak dapat dinegosiasikan.
Lula pada Sabtu menuju ke Uni Emirat Arab (UEA) untuk kunjungan resmi satu hari, dan akan bertemu Presiden UEA Sheikh Mohamed bin Zayed Al-Nahyan.
Selama perjalanan ke China, pemimpin sayap kiri itu mengecam kekuatan dolar AS dan IMF, dan bertemu perwakilan dari raksasa teknologi China, Huawei, yang secara efektif telah ditutup dari pasar AS.
"Amerika Serikat perlu berhenti mendorong perang dan mulai berbicara tentang perdamaian. Uni Eropa perlu mulai berbicara tentang perdamaian," kata Lula kepada wartawan di Beijing, seperti dikutip AFP.
"Dengan cara itu, masyarakat internasional akan dapat meyakinkan Presiden Rusia Vladimir Putin dan pemimpin Ukraina Volodymyr Zelensky bahwa perdamaian adalah kepentingan seluruh dunia," katanya lagi, sebelum berangkat ke Uni Emirat Arab.
Lula, yang kembali berkuasa pada Januari setelah menjalani dua masa jabatan antara 2003 dan 2010, bertemu Presiden China Xi Jinping pada Jumat.
Kedua pemimpin itu meminta negara-negara maju untuk menepati janji mereka untuk memberikan USD100 miliar per tahun kepada negara-negara termiskin untuk memerangi dampak perubahan iklim.
Lula melakukan tindakan penyeimbangan yang rumit karena dia juga mencari hubungan yang lebih dekat dengan Washington. Kunjungannya, yang mencakup agenda ekonomi di Shanghai dan agenda politik di Beijing, dilakukan setelah pertemuan dengan Presiden AS Joe Biden pada Februari.