PM Hongaria Sebut Ukraina Negara yang Tidak Ada Secara Keuangan
loading...
A
A
A
BUDAPEST - Perdana Menteri (PM) Hongaria Viktor Orban mengatakan Uni Eropa tidak akan memberikan dana kepada Ukraina tanpa batas waktu. Menurutnya, Kiev bermasalah soal keuangan.
“Secara efektif, Ukraina adalah negara yang tidak ada dalam hal keuangan,” kata Orban selama wawancara dengan stasiun radio Kossuth.
“Penurunan indikator ekonomi sangat besar, yang sangat bisa dimaklumi karena perang. Jelas, Ukraina tidak dapat membiayai dirinya sendiri,” lanjut pemimpin dari negara anggota Uni Eropa dan NATO tersebut.
Menurutnya, Uni Eropa sekarang membayar gaji, pensiun, dan perawatan kesehatan Ukraina. "Mengalokasikan jumlah besar, yang hilang dari ekonomi Eropa," ujarnya.
"Dukungan ini tidak dapat berlanjut tanpa batas waktu," imbuh dia.
Menurut Orban, pertanyaannya adalah apakah Barat ingin terus mempertahankan Ukraina.
“Saat Amerika dan Eropa menjawab ‘tidak’ untuk pertanyaan itu—perang akan berakhir,” tegasnya, yang dilansir Sabtu (15/4/2023).
Dia mengatakan Budapest juga terlibat dalam pembiayaan pemerintah Kiev melalui mekanisme bersama Uni Eropa, tetapi meskipun demikian, situasi terus memburuk bagi minoritas Hongaria di Wilayah Transkarpatia Ukraina.
Orban sebelumnya mengeluh tentang Ukraina yang menganiaya etnis Hongaria di wilayah barat negara itu.
Dalam pidatonya pada bulan Februari, PM Orban mengeklaim bahwa simbol-simbol Hongaria diruntuhkan di pemukiman-pemukiman di Transkarpatia, kepala sekolah-sekolah berbahasa Hungaria disingkirkan, sementara banyak etnis Hongaria sekarat di garis depan.
Uni Eropa, negara-negara anggotanya, dan lembaga keuangan telah memberikan lebih dari €50 miliar dukungan keuangan kepada Kiev sejak pecahnya pertempuran antara Rusia dan Ukraina lebih dari setahun yang lalu, termasuk €12 miliar untuk senjata dan €30 miliar dalam bentuk bantuan keuangan makro.
Hongaria telah memasok bantuan kemanusiaan ke Kiev, tetapi menolak mengirim senjata ke pemerintahan Presiden Volodymyr Zelensky, tidak seperti banyak anggota Uni Eropa lainnya.
Budapest secara konsisten menyerukan penyelesaian damai untuk konflik tersebut dan mengkritik sanksi yang dijatuhkan oleh Brussels terhadap Moskow, dengan alasan bahwa itu telah gagal mencapai tujuannya dan lebih merugikan Uni Eropa daripada Rusia.
“Secara efektif, Ukraina adalah negara yang tidak ada dalam hal keuangan,” kata Orban selama wawancara dengan stasiun radio Kossuth.
“Penurunan indikator ekonomi sangat besar, yang sangat bisa dimaklumi karena perang. Jelas, Ukraina tidak dapat membiayai dirinya sendiri,” lanjut pemimpin dari negara anggota Uni Eropa dan NATO tersebut.
Menurutnya, Uni Eropa sekarang membayar gaji, pensiun, dan perawatan kesehatan Ukraina. "Mengalokasikan jumlah besar, yang hilang dari ekonomi Eropa," ujarnya.
"Dukungan ini tidak dapat berlanjut tanpa batas waktu," imbuh dia.
Menurut Orban, pertanyaannya adalah apakah Barat ingin terus mempertahankan Ukraina.
“Saat Amerika dan Eropa menjawab ‘tidak’ untuk pertanyaan itu—perang akan berakhir,” tegasnya, yang dilansir Sabtu (15/4/2023).
Dia mengatakan Budapest juga terlibat dalam pembiayaan pemerintah Kiev melalui mekanisme bersama Uni Eropa, tetapi meskipun demikian, situasi terus memburuk bagi minoritas Hongaria di Wilayah Transkarpatia Ukraina.
Orban sebelumnya mengeluh tentang Ukraina yang menganiaya etnis Hongaria di wilayah barat negara itu.
Dalam pidatonya pada bulan Februari, PM Orban mengeklaim bahwa simbol-simbol Hongaria diruntuhkan di pemukiman-pemukiman di Transkarpatia, kepala sekolah-sekolah berbahasa Hungaria disingkirkan, sementara banyak etnis Hongaria sekarat di garis depan.
Uni Eropa, negara-negara anggotanya, dan lembaga keuangan telah memberikan lebih dari €50 miliar dukungan keuangan kepada Kiev sejak pecahnya pertempuran antara Rusia dan Ukraina lebih dari setahun yang lalu, termasuk €12 miliar untuk senjata dan €30 miliar dalam bentuk bantuan keuangan makro.
Hongaria telah memasok bantuan kemanusiaan ke Kiev, tetapi menolak mengirim senjata ke pemerintahan Presiden Volodymyr Zelensky, tidak seperti banyak anggota Uni Eropa lainnya.
Budapest secara konsisten menyerukan penyelesaian damai untuk konflik tersebut dan mengkritik sanksi yang dijatuhkan oleh Brussels terhadap Moskow, dengan alasan bahwa itu telah gagal mencapai tujuannya dan lebih merugikan Uni Eropa daripada Rusia.
(mas)