67 Hari Mogok Makan, Tahanan Palestina Sekarat di Penjara Israel

Kamis, 13 April 2023 - 17:48 WIB
loading...
67 Hari Mogok Makan,...
Tahanan Palestina, Khader Adnan, sekarat di sebuah klinik penjara Israel setelah 67 hari mogok makan. Foto/Middle East Eye
A A A
YERUSALEM - Seorang tahanan Palestina, Khader Adnan, sekarat di sebuah klinik penjara Israel setelah 67 hari mogok makan. Hal itu diungkapkan istri dan saudara laki-lakinya.

Seorang anggota senior kelompok Jihad Islam Palestina, Adnan yang berusia 44 tahun telah melakukan mogok makan untuk memprotes penahanannya di penjara Israel sejak dia ditangkap dalam penggerebekan di rumahnya pada 5 Februari lalu.

Kesehatannya memburuk secara serius selama 67 hari, dengan istrinya Randa Moussa mengatakan pada konferensi pers di Ramallah bahwa dia pingsan lebih dari sekali dan menderita pusing parah serta lemah.

“Suami saya sedang sekarat dan administrasi penjara Israel menolak memindahkannya ke rumah sakit sipil,” kata Moussa.

“Sebaliknya, itu membuatnya di penjara Ramla, yang minim fasilitas kesehatan. Kami telah meminta lebih dari sekali untuk memindahkannya ke rumah sakit, tetapi permintaan itu selalu ditolak,” imbuhnya seperti disitir dari Middle East Eye, Kamis (13/4/2023).

Adnan telah dipenjara setidaknya 11 kali sejak 2004 dan menjadi juru bicara tahanan Palestina di dalam penjara Israel.

Mogok makan pertamanya terjadi setelah penangkapannya pada tahun 2004, untuk memprotes penahanan administratif, sebuah praktik kontroversial yang memungkinkan Israel untuk menahan warga Palestina tanpa dakwaan selama enam bulan.



Mogok makan dipandang oleh banyak orang sebagai simbol perlawanan Palestina, dan ini adalah yang kelima yang dilakukan Adnan selama penahanan, dengan satu rentang waktu 67 hari pada tahun 2012 menginspirasi gelombang tahanan Palestina yang ditahan di bawah penahanan administratif untuk bergabung dengannya.

Jihad Islam Palestina telah ditetapkan sebagai organisasi teroris oleh Israel, Amerika Serikat (AS) dan Uni Eropa. Israel telah berulang kali menahan Adnan dalam penahanan administratif selama bertahun-tahun, dengan alasan seperti aktivitas yang mengancam keamanan regional.

Keluarganya, yang selalu membantah bahwa dia terlibat dalam kegiatan militan, mengatakan bahwa saat ini Adnan belum dipindahkan ke tahanan administratif. Jaksa Israel malah mengarang beberapa dakwaan terhadapnya untuk memenjarakannya.

Adnan memulai mogok makan terakhirnya sejak penangkapannya di rumahnya di kota Arraba, selatan Jenin di Tepi Barat yang diduduki. Ini adalah cara menolak penangkapan, dan persidangannya telah ditunda beberapa kali sejak saat itu.

Mohammed Adnan, saudara laki-laki Adnan, selama konferensi pers mengatakan bahwa seorang pengacara dari Asosiasi Dukungan Tahanan dan Hak Asasi Manusia Addameer telah mengunjungi Adnan di Klinik Penjara Ramla, tempat dia ditahan, pada hari Selasa. Pengacara memberi tahu keluarga tentang kondisi kesehatannya.

“Selain sering pingsan, saudara laki-laki saya juga mengalami gangguan pendengaran dan penglihatan, tekanan berat di dada, kejang di sekujur tubuh, dan muntah materi kuning,” kata Mohammed Adnan.

Pada hari Senin, Adnan pingsan, jatuh ke tanah, dan kepala serta bahu bagian bawahnya terbentur. Dia tetap berbaring di tanah untuk waktu yang lama tanpa bantuan dari penjaga, meskipun ada kamera pengintai di selnya, kata pengacara kepada keluarga.



“Itulah mengapa kami menuntut agar dia dipindahkan ke rumah sakit sipil. Selain itu, para sipir dengan sengaja mengganggu dan melarangnya tidur dengan menyerbu selnya setiap setengah jam dan membiarkan lampu tetap bersinar di dalamnya,” kata Mohammed Adnan.

“Israel sejauh ini menolak untuk mengizinkan saya, istrinya, dan sembilan anaknya untuk mengunjunginya, dengan dalih larangan keamanan,” imbuhnya.

Adnan dianggap sebagai pemimpin Jihad Islam terkemuka di Tepi Barat yang diduduki. Dia memiliki toko roti di kampung halamannya dan memiliki sembilan anak. Dia aktif dalam mendukung tahanan Palestina dan secara teratur berpartisipasi dalam acara yang diadakan untuk mendukung mereka.

Istrinya mengimbau berbagai organisasi hak asasi manusia, terutama internasional, untuk membantu menarik perhatian pada kasusnya dan menekan Israel untuk membebaskannya "sebelum terlambat".

Qaddoura Fares, kepala Klub Tahanan Palestina, mengatakan bahwa Israel dengan sengaja mengabaikan tuntutan pembebasan Adnan untuk memperpanjang mogok makannya, dengan harapan hal itu akan bertindak sebagai pencegahan bagi tahanan Palestina lainnya.

Tahanan Palestina secara kolektif melakukan 25 pemogokan, serta 410 pemogokan individu, yang terakhir adalah pemogokan Adnan.

Menurut Klub Tahanan Palestina, jumlah tahanan yang ditahan di penjara Israel saat ini adalah 4.700, 1.000 di antaranya berada dalam penahanan administratif, sementara pasukan Israel telah melakukan setidaknya 1.300 penangkapan sejak awal tahun ini.

(ian)
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1750 seconds (0.1#10.140)