Filipina dan AS Mulai Latihan Militer Gabungan Terbesar, Kerahkan 18.000 Tentara
loading...
A
A
A
MANILA - Filipina dan Amerika Serikat (AS) meluncurkan latihan militer bersama terbesar mereka pada Selasa (11/4/2023).
Sekutu lama itu berusaha melawan aktivitas China yang meningkat di wilayah tersebut.
Hampir 18.000 tentara mengambil bagian dalam latihan tahunan yang dijuluki Balikatan, atau “bahu bahu” dalam bahasa Filipina.
Ini untuk pertama kalinya akan mencakup latihan tembakan langsung di Laut China Selatan, yang hampir seluruhnya diklaim Beijing.
Latihan tersebut mengikuti kesimpulan dari latihan militer China selama tiga hari yang mensimulasikan serangan yang ditargetkan dan blokade Taiwan yang dianggap Beijing sebagai bagian dari wilayahnya.
Balikatan akan mencakup pendaratan helikopter militer di satu pulau Filipina di ujung utara pulau utama Luzon, hampir 300 kilometer (180 mil) dari Taiwan, dan merebut kembali pulau lain dengan pasukan amfibi.
Ini akan menjadi pertama kalinya latihan diadakan di bawah Presiden Ferdinand Marcos, yang berusaha memperkuat hubungan dengan Amerika Serikat setelah pendahulunya Rodrigo Duterte menghancurkan aliansi tersebut.
“Agar kami dapat melindungi wilayah kedaulatan kami, kami benar-benar harus mengebor dan melatih bagaimana kami akan merebut kembali satu pulau yang telah diambil dari kami,” ungkap juru bicara latihan Filipina Kolonel Michael Logico kepada wartawan setelah upacara pembukaan di kamp militer di Manila.
Dalam beberapa bulan terakhir, Manila dan Washington telah sepakat memulai kembali patroli maritim bersama di Laut China Selatan dan mencapai kesepakatan memperluas jejak pasukan AS di Filipina, yang membuat marah China.
Pasukan AS akan diizinkan menggunakan empat pangkalan militer Filipina tambahan di bawah pakta tersebut, termasuk pangkalan angkatan laut tidak jauh dari Taiwan.
Kedekatan Filipina dengan pulau itu berpotensi menjadikannya mitra utama AS jika terjadi invasi China.
Pada konferensi pers bersama Selasa, kedua pihak tidak menjawab pertanyaan tentang ketegangan Taiwan dan kemungkinan peran Filipina jika China menginvasi Taiwan.
Berita tentang akses pangkalan yang diperluas telah mendorong China menuduh Amerika Serikat “membahayakan perdamaian dan stabilitas regional.”
“Negara-negara di bagian dunia ini harus menjunjung tinggi kemerdekaan strategis dan dengan tegas menentang mentalitas Perang Dingin dan konfrontasi blok,” tegas Duta Besar China untuk Manila, Huang Xilian, pekan lalu.
Sekitar 12.200 tentara Amerika, 5.400 Filipina dan lebih dari 100 tentara Australia akan berpartisipasi dalam latihan Balikatan selama dua pekan. Jumlah itu sekitar dua kali lebih banyak dari tahun lalu.
Sekitar 50 pengunjuk rasa sayap kiri menggelar protes di luar tempat upacara pembukaan, menyerukan pemerintah Filipina membatalkan latihan tersebut.
Sebagai bagian dari latihan, pasukan akan melakukan pendaratan amfibi di pulau barat Palawan, daratan terdekat Filipina ke Kepulauan Spratly, di mana Beijing dan Manila memiliki klaim yang bersaing.
Amerika juga akan menggunakan rudal Patriot mereka, yang dianggap sebagai salah satu sistem pertahanan udara terbaik di dunia, dan sistem roket presisi HIMARS, yang telah membantu pasukan Ukraina melawan penjajah Rusia.
“Kedua tentara awalnya berencana menembakkan peluru tajam ke laut lepas provinsi utara Ilocos Norte, sekitar 355 kilometer dari pantai selatan Taiwan, tetapi kemudian harus memindahkannya lebih jauh ke Laut China Selatan,” papar Mayor Jenderal Angkatan Darat Filipina Marvin Licudine.
Situs asli “tidak cukup siap” untuk membongkar peralatan yang dibutuhkan, menurut dia.
Tempat baru tersebut berjarak kurang dari 300 kilometer di sebelah timur Scarborough Shoal yang dikuasai China.
“Latihan tersebut akan meningkatkan taktik, teknik dan prosedur di berbagai operasi militer,” ungkap juru bicara militer Filipina Kolonel Medel Aguilar.
Segera setelah upacara pembukaan di Manila, menteri pertahanan dan luar negeri Filipina akan bersama-sama bertemu dengan menteri luar negeri AS di Washington.
Sekutu lama itu berusaha melawan aktivitas China yang meningkat di wilayah tersebut.
Hampir 18.000 tentara mengambil bagian dalam latihan tahunan yang dijuluki Balikatan, atau “bahu bahu” dalam bahasa Filipina.
Ini untuk pertama kalinya akan mencakup latihan tembakan langsung di Laut China Selatan, yang hampir seluruhnya diklaim Beijing.
Latihan tersebut mengikuti kesimpulan dari latihan militer China selama tiga hari yang mensimulasikan serangan yang ditargetkan dan blokade Taiwan yang dianggap Beijing sebagai bagian dari wilayahnya.
Balikatan akan mencakup pendaratan helikopter militer di satu pulau Filipina di ujung utara pulau utama Luzon, hampir 300 kilometer (180 mil) dari Taiwan, dan merebut kembali pulau lain dengan pasukan amfibi.
Ini akan menjadi pertama kalinya latihan diadakan di bawah Presiden Ferdinand Marcos, yang berusaha memperkuat hubungan dengan Amerika Serikat setelah pendahulunya Rodrigo Duterte menghancurkan aliansi tersebut.
“Agar kami dapat melindungi wilayah kedaulatan kami, kami benar-benar harus mengebor dan melatih bagaimana kami akan merebut kembali satu pulau yang telah diambil dari kami,” ungkap juru bicara latihan Filipina Kolonel Michael Logico kepada wartawan setelah upacara pembukaan di kamp militer di Manila.
Dalam beberapa bulan terakhir, Manila dan Washington telah sepakat memulai kembali patroli maritim bersama di Laut China Selatan dan mencapai kesepakatan memperluas jejak pasukan AS di Filipina, yang membuat marah China.
Pasukan AS akan diizinkan menggunakan empat pangkalan militer Filipina tambahan di bawah pakta tersebut, termasuk pangkalan angkatan laut tidak jauh dari Taiwan.
Kedekatan Filipina dengan pulau itu berpotensi menjadikannya mitra utama AS jika terjadi invasi China.
Pada konferensi pers bersama Selasa, kedua pihak tidak menjawab pertanyaan tentang ketegangan Taiwan dan kemungkinan peran Filipina jika China menginvasi Taiwan.
Berita tentang akses pangkalan yang diperluas telah mendorong China menuduh Amerika Serikat “membahayakan perdamaian dan stabilitas regional.”
“Negara-negara di bagian dunia ini harus menjunjung tinggi kemerdekaan strategis dan dengan tegas menentang mentalitas Perang Dingin dan konfrontasi blok,” tegas Duta Besar China untuk Manila, Huang Xilian, pekan lalu.
Sekitar 12.200 tentara Amerika, 5.400 Filipina dan lebih dari 100 tentara Australia akan berpartisipasi dalam latihan Balikatan selama dua pekan. Jumlah itu sekitar dua kali lebih banyak dari tahun lalu.
Sekitar 50 pengunjuk rasa sayap kiri menggelar protes di luar tempat upacara pembukaan, menyerukan pemerintah Filipina membatalkan latihan tersebut.
Sebagai bagian dari latihan, pasukan akan melakukan pendaratan amfibi di pulau barat Palawan, daratan terdekat Filipina ke Kepulauan Spratly, di mana Beijing dan Manila memiliki klaim yang bersaing.
Amerika juga akan menggunakan rudal Patriot mereka, yang dianggap sebagai salah satu sistem pertahanan udara terbaik di dunia, dan sistem roket presisi HIMARS, yang telah membantu pasukan Ukraina melawan penjajah Rusia.
“Kedua tentara awalnya berencana menembakkan peluru tajam ke laut lepas provinsi utara Ilocos Norte, sekitar 355 kilometer dari pantai selatan Taiwan, tetapi kemudian harus memindahkannya lebih jauh ke Laut China Selatan,” papar Mayor Jenderal Angkatan Darat Filipina Marvin Licudine.
Situs asli “tidak cukup siap” untuk membongkar peralatan yang dibutuhkan, menurut dia.
Tempat baru tersebut berjarak kurang dari 300 kilometer di sebelah timur Scarborough Shoal yang dikuasai China.
“Latihan tersebut akan meningkatkan taktik, teknik dan prosedur di berbagai operasi militer,” ungkap juru bicara militer Filipina Kolonel Medel Aguilar.
Segera setelah upacara pembukaan di Manila, menteri pertahanan dan luar negeri Filipina akan bersama-sama bertemu dengan menteri luar negeri AS di Washington.
(sya)