Bukan Belarusia, Senjata Nuklir Rusia di Lokasi Ini yang Paling Mengancam NATO
loading...
A
A
A
MOSKOW - Presiden Vladimir Putin mengumumkan bahwa Rusia akan mengerahkan senjata nuklir taktis ke Belarusia, negara yang berbatasan langsung dengan Ukraina dan beberapa negara NATO.
Keputusan itu dibuat ketika perang Rusia di Ukraina semakin memanas dan tak ada tanda-tanda akan segera berakhir.
Mantan Penasihat Keamanan Nasional Amerika Serikat (AS) John Bolton pada Senin mengatakan Putin mungkin tidak menggertak tentang pengumumannya tersebut.
Pengumuman pemimpin Kremlin itu telah dikecam oleh AS dan NATO—dan Ukraina menyebut langkah itu sebagai "pemerasan nuklir."
“Ya, saya pikir dia menggertak ketika dia mencoba mengayunkan pedang nuklir sebelumnya. Dia mungkin tidak menggertak di sini dalam arti dia mungkin benar-benar memindahkan senjata nuklir taktis ke Belarusia, yang merupakan masalah tersendiri,” kata Bolton tentang langkah Putin dalam program CNN This Morning,Selasa (28/3/2023).
Dia mengemukakan kekhawatiran bahwa Belarusia, yang pernah menjadi bagian dari Uni Soviet, berpotensi diserap kembali ke Rusia."Kemungkinan itu sesuatu yang menurut saya tidak cukup kita perhatikan," kata Bolton.
“Tetapi secara militer, bahkan jika dia melakukan itu, itu benar-benar tidak akan membuat banyak perbedaan dalam pandangan saya, karena apa yang kita ketahui adalah pasokan nuklir yang luas, rudal, rudal jelajah, drone dan hulu ledak, di Kaliningrad, sebuah eksklave, sepotong Rusia yang dipisahkan dari Rusia sendiri oleh Lituania dan Polandia,” kata Bolton.
“Itu adalah tempat yang pada dasarnya telah lama menjadi fasilitas militer Rusia sejak zaman Uni Soviet,” ujar Bolton.
“Jadi kemampuan yang sudah dimiliki Rusia di kantong Kaliningrad adalah yang paling mengancam. Saya tidak berpikir gagasan untuk memindahkan beberapa senjata nuklir taktis ke Belarusia mengubah keseimbangan itu.”
Bolton mencatat bahwa rudal telah berada di Kaliningrad yang melanggar Perjanjian Pasukan Nuklir Jarak Menengah, pakta kontrol senjata era Soviet di mana AS menarik diri darinya pada tahun 2018.
Putin, dalam pengumuman pada akhir pekan lalu, mengatakan bahwa menempatkan senjata nuklir taktis di Belarusia tidak akan melanggar perjanjian nonproliferasi internasional karena Moskow akan mempertahankan kendali atas senjata tersebut.
Dia menambahkan bahwa Rusia akan menyelesaikan pembangunan fasilitas penyimpanan senjata pada 1 Juli, dan Rusia telah menempatkan 10 pesawat di Belarusia yang mampu membawa senjata nuklir taktis.
Retorika Putin seputar senjata nuklir selama invasi Rusia ke Ukraina selama setahun telah memicu kekhawatiran tentang risiko eskalasi.
Juru bicara Dewan Keamanan Nasional AS John Kirby mengatakan pada hari Minggu di "Face the Nation" CBS bahwa AS belum melihat indikasi Putin telah "menepati janji tersebut" atau telah memindahkan senjata nuklir apa pun.
“Kami sebenarnya tidak melihat indikasi bahwa dia memiliki niat untuk menggunakan senjata nuklir, titik, di dalam Ukraina,” kata Kirby.
Keputusan itu dibuat ketika perang Rusia di Ukraina semakin memanas dan tak ada tanda-tanda akan segera berakhir.
Mantan Penasihat Keamanan Nasional Amerika Serikat (AS) John Bolton pada Senin mengatakan Putin mungkin tidak menggertak tentang pengumumannya tersebut.
Pengumuman pemimpin Kremlin itu telah dikecam oleh AS dan NATO—dan Ukraina menyebut langkah itu sebagai "pemerasan nuklir."
“Ya, saya pikir dia menggertak ketika dia mencoba mengayunkan pedang nuklir sebelumnya. Dia mungkin tidak menggertak di sini dalam arti dia mungkin benar-benar memindahkan senjata nuklir taktis ke Belarusia, yang merupakan masalah tersendiri,” kata Bolton tentang langkah Putin dalam program CNN This Morning,Selasa (28/3/2023).
Dia mengemukakan kekhawatiran bahwa Belarusia, yang pernah menjadi bagian dari Uni Soviet, berpotensi diserap kembali ke Rusia."Kemungkinan itu sesuatu yang menurut saya tidak cukup kita perhatikan," kata Bolton.
Lokasi Senjata Nuklir Rusia yang Paling Berbahaya
Menurut Bolton, ada lokasi pengerahan senjata nuklir Rusia yang lebih berbahaya bagi NATO ketimbang Belarusia. Lokasi yang dia maksud adalah Kaliningrad.“Tetapi secara militer, bahkan jika dia melakukan itu, itu benar-benar tidak akan membuat banyak perbedaan dalam pandangan saya, karena apa yang kita ketahui adalah pasokan nuklir yang luas, rudal, rudal jelajah, drone dan hulu ledak, di Kaliningrad, sebuah eksklave, sepotong Rusia yang dipisahkan dari Rusia sendiri oleh Lituania dan Polandia,” kata Bolton.
“Itu adalah tempat yang pada dasarnya telah lama menjadi fasilitas militer Rusia sejak zaman Uni Soviet,” ujar Bolton.
“Jadi kemampuan yang sudah dimiliki Rusia di kantong Kaliningrad adalah yang paling mengancam. Saya tidak berpikir gagasan untuk memindahkan beberapa senjata nuklir taktis ke Belarusia mengubah keseimbangan itu.”
Bolton mencatat bahwa rudal telah berada di Kaliningrad yang melanggar Perjanjian Pasukan Nuklir Jarak Menengah, pakta kontrol senjata era Soviet di mana AS menarik diri darinya pada tahun 2018.
Putin, dalam pengumuman pada akhir pekan lalu, mengatakan bahwa menempatkan senjata nuklir taktis di Belarusia tidak akan melanggar perjanjian nonproliferasi internasional karena Moskow akan mempertahankan kendali atas senjata tersebut.
Dia menambahkan bahwa Rusia akan menyelesaikan pembangunan fasilitas penyimpanan senjata pada 1 Juli, dan Rusia telah menempatkan 10 pesawat di Belarusia yang mampu membawa senjata nuklir taktis.
Retorika Putin seputar senjata nuklir selama invasi Rusia ke Ukraina selama setahun telah memicu kekhawatiran tentang risiko eskalasi.
Juru bicara Dewan Keamanan Nasional AS John Kirby mengatakan pada hari Minggu di "Face the Nation" CBS bahwa AS belum melihat indikasi Putin telah "menepati janji tersebut" atau telah memindahkan senjata nuklir apa pun.
“Kami sebenarnya tidak melihat indikasi bahwa dia memiliki niat untuk menggunakan senjata nuklir, titik, di dalam Ukraina,” kata Kirby.
(min)